BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dua dari 10.000 orang mengalami sindroma nefrotik. Sindom Nerfrotik sulit ditentukan pada usia dewasa, karena biasanya kondisinya menyerupai penyakit lain. Pada anak-anak, biasanya lebih banyak dialami oleh anak laki dibandingkan perempuan, usia antara 2 -3 tahun. Oleh karena itu SN harus benar-benar diketahui sedini mungkin tentang proses dan perjalanan penyakitnya supaya nantinya kita tahu, cepat dan dapat menentukan diagnosa keperawatan serta intervensi yang tepat dalam menangani pasien dengan SN, maka dengan latar belakang tersebut penulis penyusun laporan ini.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
a. Memenuhi tugas terstruktur Mata Kuliah Keperawatan Anak
b. Menerapkan ilmu yang dipelajari di Podi Keperawatan Purwokerto
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami pengertian dan maksud penyakit sindrom nefrotik
b. Mengetahui dan memhami tentang proses penykit sindrom nefrotik
c. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan, factor penyebab, resiko, komplikasi, manifestasi dari sindrom nefrotik
d. Mengetahui dan memahami tentang pengobatan sindrom nefrotik
C. METODE PENULISAN
Dalam penulisan laporan ini penulis menggunakan berbagai sumber termasuk internet dengan metode Studi Pustaka, dengan metode ini diharapkan penulis dapat melengkapi laporan sesuai bahan-bahan yang penulis ambil dari buku-buku referensi sebagai bahan pendukung dan pelengkap materi.
BAB 2
ISI
LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT
A. PENGERTIAN
Merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh adanya injury glomerular yang terjadi pada anak dengan karkteristik, proteinuria, hypoproteinuria, hypoalbuminemia, hyperlipidemia, dan edema.
Status kedaan klinis yang ditandai dengan peningkatan permeabilitas membran glomerulus terhadap protein, yang mengakibatkan kehilangan protein urinarius yang masif
Merupakan proses akut masif yang ditandai oleh :
a. Peningkatan protein dalam urin
b. Hypoalbuminemia
c. Edema
d. Serum kolesterol yang tinggi dan Lipoprotein densitas rendah (Hipolipidemia)
Kerusakan membran kapiler glomerulus
Peningkatan permeabilitas glomerulus
Sindrom Nefrotik ditandai oleh Proteinuria masif, hipoalbuminemia, edema dan hiperlipidemia. Insiden tertinggi pada usia 3-4 tahun, rasio lelaki dan perempuan 2:1 (Kapita Selekta Kedokteran, 2000:488)
Sekumpulan manifestasi klinis yang ditandai oleh proteinuria masif (> 3,5 g/1,73m2 luas permukaan tubuh per hari), hipoalbuminemia
Keadaan dimana terjadi ganggun pada system filtrasi ginjal, yaitu terutama pada glomerulusnya. Dalam keadaan normal glomeruli ginjal berfungsi melakukan filtrasi terhadap protein yang akan dikeluarkn oleh air seni. (http://id.wikipedia.org/wiki/Nefrotik Syndrom)
Kesimpulan : Sindrom Nefrotik adalah keadaan dimana ginjal terutama bagian glomerulusnya tidak berfungsi secara normal (peningkatan permeabilitas) biasanya terjadi pada anak (3-4tahun) yang ditandai dengan : Proteinuria, hypoprteinuria, edema, hypoalbuminemia, hyperlipidemia, lipiduria.
B. ETIOLOGI
Berdasarkan etiologinya Sindrom Nefrotik dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Primer / Idiopatik
a. Yang berhubungan dengan kelainan primer glomerulus dengn sebab tidak diketahui.
b. Banyak terjadi pada usia sekolah (74% pada usia 2 – 7 tahun)
c. Pria dan wanita 2 : 1
d. Diawali dengan infeksi virus pada saluran nafas atas.
2. Sekunder
a. Disebabkan oleh kerusakan glomerulus (akut/kronik) karena penyakit tertentu.
b. Karena infeksi, keganasan, obat-obtan, penyakit multisistem dan jaringan ikat, reaksi alergi, bahan kimia, penyakit metabolik, penyakit kolagen, toksin, transplantasi ginjal, trombosis vena renalis, stenosis arteri renalis, obesitas masif, glomerulonefritis akut/kronis.
c. Banyak terjadi pada anak dengan penurunan daya tahan tubuh/ gangguan imunitas, respon alergi, glomerulonefritis. Dikaitkan dengan respon imun (abnormal immunoglobulin)
d. Pada orang dewasa SN skunder terbanyak disebabkan oleh dibetes melitus
3. Kongenital
a. Diturunkan sebagai resesif autosom atau karena reaksi fetomaternal
b. Herediter Resisten gen
c. Tidak resisten terhadap terapi malalui Transplantasi Ginjal
Beberapa penyakit yang dapat secara spesifik menyebabkan rusaknya glomeruli ginjal dan sering mengakibatkan timbulnya proteinuria tentunya mempercepat timbulnya Nefrotik sindrome.
a. Amiloidosis
b. Congenital nephrosis
c. Focal segmental glomerular sclerosis (FSGS)
Terjadi kerusakan pada jaringan glomeruli, sehingga merusak membran pelindung protein
d. Glomerulonephritis (GN)
e. IgA nephropathy (Berger's disease)
f. Minimal change disease (Nil's disease)
g. Pre-eclampsia
Terjadinya Sindroma Nefrotik juga tergantung usia kejadiannya:
a. Usia kurang dari 1 tahun
Congenital nephrosis
b. Usia kurang dari 15 tahun
Minimal change disease
FSGS atau yang lainnya
c. Usia 15 sampai 40 tahun
Minimal change disease
FSGS atau yang lainnya.
C. PATOFISIOLOGI
1. Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular (kebocoran glomerulus) akan berakibat pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi Proteinuria.
2. Perubahan integritas membrana basalis glomerulus menyebabkan peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma dan protein utama yang
diekskresikan dalam urin adalah albumin, sehingga menyebabkan Hypoalbuminemia
3. Dengan menurunnya albumin, tekanan osmotic plasma menurun sehingga cairan intravascular perpindah kedalam interstisial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan intravascular berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hypovolemi. Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang produksi renin-angiotensin dan peningkatan sekresi antidiuretik hormone (ADH) dan sekresi aldesteron yang kemudian terjadi retensi natrium dan air. Dengan retensi natrium dan air, serta menyebabkan mudahnya cairan tubuh keluar dari jaringan akan menyebabkan Edema.
4. Terjadi peningkatan kolesterol dan triglicerida serum akibat dari peningkatan stimulasi produksi lipoprotein Karena penurunan plasma albumin atau penurunan onkotik plasma, sehingga menyebabkan Hyperlipidemia.
5. Adanya Hyperlipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipoprotein dalam hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein, dan lemak akan banyak dalam urin, Lemak bebas (oval fat bodies) sering ditemukan pada
sedimen urin (Lipiduria). Sumber lemak ini berasal dari filtrat lipoprotein melalui membrana basalis glomerulus yang permeable
6 Menurunnya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinn disebabkan oleh karena hypoalbuminemia, hyperlipidemia atua defisiensi seng. Hal ini menyebabkan kerentanan terhadap infeksi
D. PATHWAY KEPERAWATAN
Etiologi
Kerusakan glomerulo ginjal
Proteinuria masif
Hipoalbuminemia/Hipoproteinemia Meningkatkan sintesa protein dan lemak di hepar
Hipovolemia menurunkan tekanan onkotik Hiperlipidemia
Menurunkan aliran darah Meningkatkan sekresi peningkatan metabolisme lipid
ADH&aldesteron
Pelepasan rennin Retensi Na&air Edema Peningkatan benda keton
Vasokontriksi Meningkatkan tekanan kegawatan
hidrostatik
Hospitalisasi
Knowledge def. Cemas
Saluran pencernaan Pernafasan Kardiovaskuler Integumen
Mual, absorbsi sesak nafas
Perubahan nutrisi Intoleransi aktivitas Kelebihan dan
Kurang Kekurangan cairan
Risiko kerusakan Risiko
Integritas kulit infeksi Sumber : Alex Habel, 1990
E. MANIFESTASI KLINIS
Normalnya, protein akan dibuang melalui urine sebanyak 150mg dalam waktu 24 jam. Sedangkan pada keadaan nefrotik, mengalami proteinuria, yaitu protein yang dikeluarkan melalui urine jauh melebihi normal yaitu diatas 3,5 gram selama periode waktu 24 jam, atau 25 kali dari batas normal. Ini adalah indikator utama Sindroma Nefrotik.
Terdapat 3 gejala dari sindrom nefrotik yang berhubungan dengan banyaknya
protein yang keluar melalui urine:
1. Hypoalbuminemia (rendahnya kadar albumin dalam darah)
2. Edema
3. Hiperkolesterolemia (tingginya kadar kolesterol dalam darah)
Hipoalbuminemia
Adalah rendahnya kadar albumin (protein) didalam darah akibat dari proteinuria. Rendahnya albumin didalam darah menyebabkan mudahnya cairan tubuh keluar dari jaringan dan mengakibatkan edema. Dengan perpindahan volume plasma ke rongga ketiga dapat terjadi syok, bila edema berat dapat timbul dispnoe akibat efusi pleura. Episode pertama penyakit sering mengikuti sindrom seperti influenza, bengkak periorbotal dan oliguria. Dalam beberapa hari edema semakin jelas dan menjadi anarsaka.
Edema akibat nefrotik membuat jaringan bengkak, dan bila dilakukan penekanan tidak cepat kembali ke keadaan semula. Edema umumnya terjadi pada kaki dan pergelangan kaki.terlebih bila berdiri dalam waktu yang lama. Hal ini menyebabkan perasaan berat serta dingin pada extremitas dan mempengaruhi gerakan. Pada stadium lanjut, edema bisa terjadi di perut atau abdomen yang biasa disebut asites dan dinding perut sangat tegang, serta edema di tangan dan sekitar lingkar mata pada pagi hari yang disebut edema preorbital. Pada stadium keadaan yang lebih lanjut lagi terjadi pembengkakan jaringan seluruh tubuh (edema anasarka) serta akan menimbulkan peningkatan berat badan, anorexia, penurunan nafsu makan, fatigue, nyeri abdomen,malaise ringan, mual, muntah, sesak nafas .
Hiperkolesterolemia
Tingginya kadar kolesterol dalam darah, hal ini disebabkan karena terdapat enzim penting yang mengatur kadar kolesterol yang dipengaruhi oleh glomeruli ginjal, sehingga akibatnya terjadi peningkatan kadar kolesterol.
F. KOMPLIKASI
Sindroma nefrotik berhubungan dengan gagal ginjal. Penyakit yang disebabkan karena nefrotik sindrome dapat menyebabkan glomeruli ginjal rusak dan tentunya dapat mempengaruhi kemampuan untuk membersihkan darah. Edema yang awalnya terjadi di daerah kaki, tentunya dapat juga mempengaruhi (terjadi edema) jaringan ginjalnya sendiri dan mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membersihkan darah. Gagal ginjal dapat berupa CRF (cronic renal failure) atau ARF (Acute renal failure).
Hiperkoagulasi, yaitu keadaan dimana darah cepat menjadi beku. Ini artinya mereka memiliki risiko tinggi terjadi bekuan darah di vena-vena kaki dan vena ginjal yang mengangkut darah dari ginjal. Banyak pasien yang mendapatkan obat pengencer darah untuk menghindari komplikasi. Berikut beberpa komplikasi yang dapat terjadi :
1. Hypovolemia berat
2. Infeksi skunder ( Pnemococcus, Bronkopnemonia, Peritonitis)
3. Dehidrasi
4. Proteinuria berat
5. Ganggun koagulasi (Venous Trhombosis, Emboli pulmoner, syok)
6. Malnutrisi (Hypoalbunemia berat dan berlangsung lama )
7. Gagal ginjal akut ( penurunan fungsi ginjal yang irreversible )
8. Peningkatan terjadinya aterosklerosis, peningkatan serum kolesterol total yang berlangsung lama dan tidak terkontrol.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Selain proteinuria massif, sediment urin bisanya normal. Bila terjadi hematuria mikroskopik (>20 eritrosit/LPB) dicurigai adanya lesi glomerular (missal sclerosis glomerulus fokal). Albumin plasma darah dan lipid meningkat. IgM dapat meningkat, sedangkan IgG turun,. Komplemen serum normal dan tidak ada krioglobulin. Serta adanya tanda klinis pada anak, riwayat infeksi saluran nafas atas. Analis urin (meningkatnya protein dalam urine ), menurunnya serum protein serta Biopsi ginjal.
H. PENATALAKSANAAN
Pengobatan yaitu dengan cara menghentikan kehilangan protein didalam urine, dan meningkatkan jumlah urine. Umumnya dokter akan memberikan obat prednison. Banyak anak-anak yang keadaannya membaik dengan pemberian obat ini. Prednison digunakan untuk menghentikan kehilangan protein dalam darah yang keluar melalui urine. Setelah 4 minggu terapi, umumnya anak sudah mulai lancar miksi. Bila urin lancar edemanya pun hilang. Bila sudah tidak ada protein dalam urine, dokter akan mulai menurunkan dosis prednison untuk beberapa minggu. Namun tidak pernah menghentikan pemakaian prednison. Jika obat ini dihentikan atau diberikan terlalu banyak atau terlalu sedikit, anak akan menderita sakit.
Suatu saat anak akan merasa sehat, namun suatu saat akan menderita lagi, setelah beberapa waktu ia merasa sehat. Sakit akan terjadi lagi saat pasien mengalami nifeksi virus, seperti saat flu atau demam.
Prednison adalah obat yang baik, tetapi memiliki banyak efek samping. Misalnya:
1. terasa lapar
2. badan menjadi gemuk
3. jerawat
4. perubahan mood (kadang sedih, kadang gembira)
5. overactive
6. mudah mengalami infeksi
7. terjadi pertumbuhan yang lambat
Efek samping akan tampak bila dosis prednison besar dan digunakan terus menerus, bila penggunaan dihentikan, semua efek samping akan hilang.
Jika prednison tidak dapat bekerja atau jika anak mengalami efek samping yang serius, dokter dapat mengganti dengan obat lain, yang disebut obat immunosuppresive. Obat ini menurunkan sistem immune tubuh. Banyak yang efektif dengan obat ini, namun tidak untuk semua anak. Dokter akan menjelaskan tentang baik buruknya penggunaan obat ini. Karena efek sampingnya adalah peningkatan kejadian infeksi, rambut rontok dan peningkatan produksi sel darah. Orang tua harus memperhatikan anak yang menggunakan obat ini karena dapat terjadi infeksi virus chicken pox. orang tua harus segera melaporkan ke dokter bila terkena infeksi chicken pox saat menggunakan obat ini.
Pasien juga biasanya diberikan diuretik. Obat ini membantu ginjal dalam mengatur fungsi pengeluaran garam dan air. Obat yang biasa digunakan adalah furosemid. Bila pasien mulai mengalami masalah mual atau diare, harus segera dilaporkan karena dikhawatirkan kehilangan cairan terlalu banyak. Bila protein sudah tidak ada didalam urine, diuretik harus dihentikan.
Pasien juga harus menjalani diit rendah natrium dan tinggi protein, serta menjalani tirah baring untuk meningkatkan diuresis. Cegah infeksi, antibiotic hanya diberikan bila ada infeksi. Pungsi asites maupun hidrotoraks dilakukan bila ada indikasi vital
I. PROGNOSIS
Kadang-kadang, bila nefrotik sindrom tidak memiliki gangguan spesifik, sebagian besar anak akan sembuh setelah mengalami sakit sekitar 10 tahun atau menjelang dewasa. Beberapa anak mengalami hanya satu serangan nefrotik sindrom. Bila pasien tidak mengalami serangan lagi selama tiga tahun, prognosisnya akan baik.
Banyak anak yang mengalami dua atau lebih serangan. Serangan lebih sering tejadi pada satu atau dua tahun pertama. Setelah 10 tahun, hanya satu dari lima anak yang akan mengalami serangan. Bila seorang anak mengalami beberapa kali serangan, sebagian besar dari mereka akan mengalami kerusakan ginjal permanen. Yang menjadi masalah besar adalah mengkontrol akumulasi cairan dengan menggunakan prednison dan diuretik. Prognosis baik bila penyakit memberikan respon yang baik terhadap kortikosteroid dan jarang terjadi relaps
DAFTAR PUSTAKA
Habel, Alex. 1990. Segi Praktis Ilmu Penyakit Anak. Jakarta:Bina Rupa Aksara.
Jhonson, Marion, dkk. 1997. Iowa Outcomes Project Nursing Classification (NOC) Edisi 2. St Louis, Missouri : Mosby.
Mc Closkey, Joanner. 1996. Iowa Intervention Project Nursing Intervention Classification (NIC) Edisi 2. Westline Industrial Drive, St. Louis : Mosby.
Mansjoer A, Suprohaita, Wahyu IW, Wiwiek S, editor.2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta: Media Aesculapius
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit 2. Jakarta : EGC.
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa keperawatan NANDA Definisi dan klasifikasi 2005-2006. Jakarta : Prima Medika.
Short Jhon R, Gray O, Jadodge.1994. Ikhtisar Penyakit Anak Edisi Ke Enam. Jakarta: Bina Rupa Aksara
___.1985. Buku Kulih 2 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak,Bagin Ilmu Kesehatan Anak FKUI.
Buku Panduan Handout Mata Kuliah Keperawatan Anak P. Wahyudi
www.google.com, blog dokter, Carta A. Gunawan
http://id.wikipedia.org/wiki/Nefrotik Syndrom
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN SINDROM NEFROTIK
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat Kesehatan
Riwayat penyakit yang lalu : Apakah mempunyai riwayat penyakit sistemik, DM, penyakit ginjal, dll
2. Pemeriksaan Fisik
Riwayat Sekarang
a. Pemeriksaan fisik fokus khususnya pada edema : Periorbital wajah dan anasarka
b. Monitor tanda-tanda vital dan deteksi infeksi dini atau hypovolemi
c. Status hidrasi : Diare, monitor adanya retensi cairan, intake dan output, urinalisis, output urin menurun.
d. Anoreksia, lemah
e. Peningkatan berat badan dan lingkar abdomen
f. Sesak nafas
g. Suhu meningkat
h. Albumin, monitor hasil laboratorium, dan pantau urin setiap hari, adanya protein
i. Pengkajian pengetahuan kelurga tentang kondisi dan pengobatan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. DX1 : Kerusakan integritas kulit b.d Perubahan sirkulasi (edema) dan
Menurunnya tingkat aktivitas.
2. DX2 : Risiko infeksi b.d Imunosupresive dan hilangnya gama globulin
3. DX3 : Risiko kekurangan volume cairan (intravaskular) b.d Medikasi diuretik, proteinuria, edema.
4. DX4 : Kelebihan volume cairan b.d Kelebihan intake sodium dan retensi air,eningkatan permeabilitas dinding glomerulus dan perubahan mekanisme regulasi
5. DX5 : Intoleransi aktivitas b.d Kelemahan secara menyeluruh
6. DX6 : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan b.d Pembatasan cairan diit dan hilangnya protein
7. DX7 : Cemas b.d Perubahan dalam status kesehatan dan lingkungan
(hospitalisasi)
8. DX8 : Kurang pengetahuan tentang penyakit sindrom nefrotik b.d
Keterbatsan paparan informasi, kognisi dan tidak familiar dengan
sumber informasi
C. INTERVENSI
1. DX1 : Kerusakan integritas kulit b.d Perubahan sirkulasi (edema) dan menurunnya tingkat aktivitas
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperwtan dihrapkan edem pasien berkurang atau hilang dn ktivitas pasien membaik dengan Kriteria Hasil sebagai berikut :
NOC : Tissue integrity : Skin and mucous membranes
a. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperature, hidrasi, pigmentasi)
b. Tidak ada luka atau lesi pada kulit
c. Perfusi jaringan baik, edema berkurang.
d. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera berulang
e. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami
NIC : Pressure Management
a. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakain longgar
b. Hindari kerutan pada tempat tidur
c. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
d. Monitor kulit akan adanya kemerahan
e. Oleskan lotion atau baby oil pada daerah yang tertekan
f. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
g. Monitor status nutrisi pasien
h. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
2. DX2 : Risiko infeksi b.d Imunosupresive dan hilangnya gamaglobulin
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan infeksi dapat dicegah dengan Kriteria Hasil sebagai berikut :
NOC : Risk Control
a. Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi
b. Jumlah leukosit dalam batas normal
c. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah terjadinya infeksi
NIC : Infection Protection
a. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
b. Monitor kerentanan terhadap infeksi
c. Batasi pengunjung
d. Saring pengunjung terhadap penyakit menular
e. Monitor hitung granulasi WBC
f. Pertahankan teknik asepsis pada pasien yang berisiko
g. Berikan perawatan kulit pada adaerah epidemi
h. Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase.
i. Dorong masukan nutrisi yang cukup
j. Dorong istirahat
k. Instruksikan kepada pasien (keluarga) untuk meminum antibiotik sesuai resep
l. Anjurkan pada keluarga tanda dan gejala infeksi
m. Laporkan kecurigaan infeksi
n. Laporkan kultur positif.
3. DX3 : Risiko kekurangan volume cairan (intravaskular) b.d Medikasi efek diuretik, proteinuria, edema.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan cairan pasien dapat terpenuhi dengan criteria hasil sebagai berikut :
NOC : Fluid Balance
Hydration
Nutritional status : Food and Fliud Intake
a. Mempertahankan urin output sesuai dengan usia dan berat badan, BJ urin normal, HT normal
b. Vital sign dalam batas normal
c. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor baik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus ang berlebihan
NIC : Fluid Management
a. Timbang popok atau pembalut jika diperlukan
b. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
c. Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi adekut, tekanan darah ortostatik) jika diperlukan
d. Monitor vital sign
e. Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian
f. Kolaborasi pemberian cairan IV
g. Monitor status nutrisi
h. Dorong masukan oral
i. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
j. Tawarkan snack (jus buah, buah segar)
k. Kolaborasi medis/dokter jika cairan berlebihan muncul memburuk
l. Atur kemungkinan transfuse
4. DX4 : Kelebihan volume cairan b.d Kelebihan intake sodium dan retensi air, peningkatan permeabilitas dinding glomerulus dan perubahan mekanisme regulasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan edema berkurang atau hilang dengan criteria hasil sebagai berikut :
NOC : Keseimbangan Cairan
a. Terbebas dari edema dan efusi anasarka
b. Bunyi nafas bersih, tidak ada dyspnu atau ortopnue
c. Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung dan vital sign dalam batas normal
d. Terbebas dari kecemasan, kelelahan dan kebingungan.
NIC : Fluid Management
a. Timbang popok atau pembalut jika diperlukan
b. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
c. Pasang urin kateter jika diperlukan
d. Monitor hasil laboratorium yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, HMT )
e. Monitor status hemodinamika
f. Monitor vital sign
g. Monitor indikasi retensi atau kelebihan cairan (edema, asites, distensi vena leher )
h. Kaji kalori dan luas edema
i. Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian
j. Monitor status nutrisi
k. Berikan diuretic sesuai instruksi
l. Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatremia dilusi dengan serum natrium < 130 mEq/l
m. Kolaborasi medis/dokter jika cairan berlebihan muncul memburuk
5. DX5 : Intoleransi aktivitas b.d Kelemahan secara menyeluruh, fatigue
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat melakukan aktifitas seperti biasa dan pasien dapat pulih dari kelemahan dengan criteria hasil sebagai berikut :
NOC : Konservasi Energi
a. Istirahat dan aktivitas seimbang
b. Tidur siang
c. Mengetahui keterbatasan energinya
d. Mengubah gaya hidup sesuai dengan tingkat energi
e. Menggunakan teknik konservasi energi
NIC : Terapi aktivitas
a. Menentukan penyebab intoleransi aktivitas (fisik, psikologis, emosional)
b. Berikan periode aktivitas selama beraktivitas
c. Pantau respon kardiopulmonal setelah melakukan aktivitas dan sebelum melakukan aktivitas
d. Minimalkan kerja kardiovaskular dengan memberi posisi dari tidur keposisi setengah duduk
e. Kolaborsikan dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan program terapi yang tepat
f. Bantu pasien untuk mengidentifikasikan aktivitas yang mampu dilakukan
g. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologis dan social.
h. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan unutk aktivitas yang diinginkan
i. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
j. Bantu pasien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
k. Bantu pasien atau keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
l. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual
6. DX6 : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan b.d Pembatasan cairan diit dan hilangnya protein
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi dengan criteria hasil sebagai berikut :
NOC : Nutritional Status : Nutrient Intake
a. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
b. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
c. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
d. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
NIC : Nutritional Management
a. Kaji adanya alergi makanan
b. Kolaborsi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake protein, Fe dan vitamin C
d. Berikan substansi gula
e. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
f. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
g. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
h. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan.
7. DX7 : Cemas b.d Perubahan dalam status kesehatan dan lingkungan (hospitalisasi)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat tenang tidak cemas dengan criteria hasil sebagai berikut :
NOC : Koping
Anxiety Control
a. Vital sign dalam batas normal
b. Postur tubuh ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukan berkurangnya kecemasan
c. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
NIC : Anxiety Reduction
a. Gunakan pendekatan yang menenangkan
b. Pahami perspektif pasien tehadap situasi stress
c. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
d. Dorong kelurga untuk menemani anak
e. Lakukan back / neck rub
f. Dengarkan dengan penuh perhatian
g. Identifikasi tingkat kecemasan
h. Bantu psien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
i. Dorong psien untuk mengungkapkan kecemasan, perasaan, ketakutan dan persepsi
j. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
k. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
8. DX8 : Kurang pengetahuan tentang penyakit sindrom nefrotik b.d keterbatasan paparan informasi, kognisi dan tidak familiar dengan sumber informasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kelurga tahu tentang penyakit anaknya dengan criteria hasil sebagai berikut :
NOC : Pengetahuan tentang proses penyakit
Indicator
a. Familiar dengan proses penyakit
b. Mendiskripsikan proses penyakit
c. Mendiskripsikan factor penyebab
d. Mendiskripsikan factor resiko
e. Mendiskripsikan efek penyakit
f. Mendiskripsikan tanda dan gejala
g. Mendiskripsikan perjalanan penyakit
h. Mendiskripsikan tindakan pencegahan untuk mencegah komplikasi
NIC : Mengajarkan Proses Penyakit
a. Menentukan tingkat kemampuan keluarga sebelumnya
b. Mengobservasi kesiapan keluarga untuk mendengarkan
c. Menjelaskan proses penyakit (pengertian, etiologi, tanda dan gejala), trnsmisi dan efek jangka panjang
d. Diskusikan perubahan gaya hidup yang bisa untuk mencegah komplikasi atau mengontrol proses penyakit
e. Diskusikan tentang pilihan terapi atau perawatan
f. Jelaskan secara rasional tentang pengelolaan terapi atau perawatan yang dianjurkan
g. Ajarkan pengobatan
D. EVALUASI
Skala
1. DX1 : Kerusakan integritas kulit b.d Perubahan sirkulasi
(edema) dan Menurunnya tingkat aktivitas.
NOC : Tissue integrity : Skin and mucous membranes
a. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan 5
(sensasi, elastisitas, temperature, hidrasi, pigmentasi)
b. Tidak ada luka atau lesi pada kulit 5
c. Perfusi jaringan baik, edema berkurang. 5
d. Menunjukkan pemahaman dalam proses 5
perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera berulang
e. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan 5
kelembaban kulit dan perawatan alami
2. DX2 : Risiko infeksi b.d Imunosupresive dan hilangnya
gama globulin
NOC : Risk Control
a. Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi 5
b. Jumlah leukosit dalam batas normal 5
c. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah terjadinya infeksi 5
3. DX3 : Risiko kekurangan volume cairan (intravaskular) b.d
Medikasi efek diuretik, proteinuria, edema.
NOC : Fluid Balance
Hydration
Nutritional status : Food and Fliud Intake
a. Mempertahankan urin output sesuai dengan 5
usia dan berat badan, BJ urin normal, HT normal
b. Vital sign dalam batas normal 5
c. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas 5
turgor baik, membrane mukosa lembab,
tidak ada rasa haus ang berlebihan
4. DX4 : Kelebihan volume cairan b.d Kelebihan intake sodium
dan retensi air, peningkatan permeabilitas dinding
glomerulus dan perubahan mekanisme regulasi
NOC : Keseimbangan Cairan
a. Terbebas dari edema dan efusi anasarka 5
b. Bunyi nafas bersih, tidak ada dyspnu atau ortopnue 5
c. Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, 5
output jantung dan vital sign dalam batas normal
d. Terbebas dari kecemasan, kelelahan dan kebingungan. 5
5. DX5 : Intoleransi aktivitas b.d Kelemahan secara menyeluruh
NOC : Konservasi Energi
a. Istirahat dan aktivitas seimbang 5
b. Tidur siang 5
c. Mengetahui keterbatasan energinya 5
d. Mengubah gaya hidup sesuai dengan tingkat energi 5
e. Menggunakan teknik konservasi energi 5
6. DX6 : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan b.d
Pembatasan cairan diit dan hilangnya protein
NOC : Nutritional Status : Nutrient Intake
a. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan 5
b. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi 5
c. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan 5
d. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti 5
7. DX7 : Cemas b.d Perubahan dalam status kesehatan
dan lingkungan (hospitalisasi)
NOC : Koping
Anxiety Control
a. Vital sign dalam batas normal 5
b. Postur tubuh ekspresi wajah, bahasa tubuh dan 5
tingkat aktivitas menunjukan berkurangnya kecemasan
c. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala 5
cemas
8. DX8 : Kurang pengetahuan tentang penyakit sindrom
nefrotik b.d Keterbatasan paparan informasi,
kognisi dan tidak familiardengan sumber informasi
NOC : Pengetahuan tentang proses penyakit
Indicator
a. Familiar dengan proses penyakit 5
b. Mendiskripsikan proses penyakit 5
c. Mendiskripsikan factor penyebab 5
d. Mendiskripsikan factor resiko 5
e. Mendiskripsikan efek penyakit 5
f. Mendiskripsikan tanda dan gejala 5
g. Mendiskripsikan perjalanan penyakit 5
h. Mendiskripsikan tindakan pencegahan 5
untuk mencegah komplikasi
Keterangan Skala :
DX2, DX5, DX7, DX8
1 : Tidak dilakukan sama sekali
2 : Jarang dilakukan
3 : Kadang dilakukan
4 : Sering dilakukan
5 : Selalu dilakukan
DX1, DX3, DX4, DX6
1 : Tidak pernah menunjukan
2 : Jarang menunjukan
3 : Kadang menunjukan
4 : Sering menunjukan
5 : Selalu menunjukan
BAB 4
PENUTUP
KESIMPULAN
Disini dapat diambil kesimpulan bahwa Sindrom Nefrotik merupakan keadaan dimana ginjal terutama bagian glomerulusnya tidak berfungsi secara normal (peningkatan permeabilitas) yang ditandai dengan : Proteinuria, hypoprteinuria, edema, hypoalbuminemia, hyperlipidemia, lipiduria, penatalaksanaan yang biasa dilakukan yaitu dengan pemberian prednisone, terapi diuretic dengan diit rendah natrium atau garam untuk mengurangi edema dan kehilangan protein dalam urin.
Diagnosa keperwatan yang muncul ada delapan dan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan diantaranya adalah meningkatkan intregitas kulit, mencegah infeksi dengan control infeksi, meningkatkan hidrasi secara adekuat, mengurangi kecemasan pada anak dan keluarga. Dengan kriteria hasil diharapkan semua masalah dapat teratasi dengan skala 5.
Demikian Laporan Penyakit dan Asuhan Keperawatan Sindrom Nefrotik yang dapat penyususn sampaikan semoga laporan penulisan ini dapat berguna bagi siapa saja yang membacanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar