Minggu, 24 Mei 2009

LAPORAN PENDAHULUAN
MORBILI
A.Pengertian
1. Morbili adalah Penyakit infeksi virus akut ,menular yang ditandai dengan stadium yaitu : stadium kataral, stadium erupsi, stadium konvalesensi.( Staf pengajar ilmu kesehatan anak edisi 2 fak. Kedokteran UI,1991).
2. Morbili adalah Penyakit menular yang lazim biasanya di tandai dengan gejala –gejala utama ringan , ruam serupa dengan campak ringan atau demam,pembesaran serta nyeri limpa nadi.( Ilmu Kesehatan Anak Vol 2, Nelson,EGC,2000 ).
3. Morbili adalah Penyait virus akut , menular yang ditandai dengan stadium yaitu stadium katar, stadium erupsi, stadium konvalensi. ( Mansjoer,Arif ,2000 ).
4. Morbili adalah Penyakit virus akut ,menular yang ditandai 3 stadium, yaitu stadium katar, stadium erupsi, stadium konvalensi ( Ngastiyah, 2005 ).
B. Etiologi
Virus morbili yang terdapat pada sekret nasofaring dan darah selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak – bercak merah di kulit dan selaput lendir.Cara penularan dengan droplet dan kontak. ( Ngastiyah, 2005 )
Virus morbili dapat di isolasi dalam biakan embrio manusia atau jaringan ginjal kera rhesus, perubahan sitopatik, tampak dalam 5 – 10 hari, terdiri dari sel raksasa multi nucleus dengan 1 neklusi intra nuclear.Anti bodi dalam sirkulasi dapat di deteksi bila ruam muncul. ( Richard E. Berhman, 1999 )
Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam famili paramyxovirus yaitu genus virus morbili.Virus ini sangat sensitive terhadap panas dan dingin dan dapat diinaktifkan pada suhu 30 derajat celcius dan – 20 derajat celcius,sinar ultraviolet, eter, tripsin dan betapropiolakton sedang formalin dapat memusnahkan daya infeksinya tetepi tidak mengganggu aktivitas komplemen.( Rampengan,T.h.,1993 )
C. Patofisiologi
Sebagai reaksi terhadap virus maka akan terjadi eksudat yang serous dan proliferasi sel mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus disekitar kapiler.Kelainan ini terdapat pada kulit, bronkus , selaput lender nasofaring, dan konjungtiva.Biasanya terjadi hyperplasia jaringan limfoid,terutama pada apendiks,dimana sel raksasa multi nucleus berdiameter sampai 100 um ( sel raksasa retikuloendotelial warthin- finkeldey ) dapat ditemukan dikulit,reaksinya terutama menonjol sekitar kelenjar sebasea dan folikel rambut, bercak koplik terdiri dari eksudat serosa dan proliferasi sel endotel serupa dengan bercak lesi pada kulit.Reaksi radang menyeluruh pada mukosa bukal dan faring meluas kedalam jaringan limfoid dan membrane mukosa trakeobronkial.Pneumonitis intestinal akibat dari virus morbili mengambil bentuk pneumonia sel raksasa hecht.Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh infeksi bakteri sekunder.






D. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis menurut Ngastiyah : 2005 adalah masa tunas 10 – 20 hari.Penyakit ini dibagi dalam 3 stadium yaitu : stadium kataralis, stadium erupsi, stadium konvalensi.
1. Stadium kataralis
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4 – 5 hari disertai panas tubuh, malaise ( lemah ), batuk , pilek, mata merah, fotofobia atau takut cahaya ( siiau ), konjungtivitis dan koriza ( katar hidung ),diare karena adanya peradangan saluran pernapasan dan pencernaan.pada stadium ini gejalanya mirip influenza,namun diagnosa kearah morbili bila menjelang akhir stadium kataralis dan 24 jam timbul enamtema ( ruam pada selaput lendir ),timbul bercak koplik yang patognomonik bagi morbili tetapi jarang dijumpai.Bercak koplik berwarna putih kelabu ,sebesar ujung jarum dan dikelilingi eritema.Lokasinya dimukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah.
2. Stadium erupsi
Koriza dan batuk- batuk bertambah Timbul enamtema atau titik merah di palatum durum dan palatum molle, kadang-kadang terlihat juga bercak koplik.Terjadinya eritema yang berbentuk macula-papula disertai meningkatnya suhu tubuh,diantara macula-papula terdapat kulit yang normal.Mula – mula macula timbul dibelakang telinga,dibagian atas lateral tengkuk sepanjang rambut dan bagian belakang pipi, dalam 2 hari bercak-bercak menjalar ke muka, lengan atas dan bagian dada, punggung, perut dan tungkai bawah.Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit, ruam mencapai anggota bawah umumnya pada hari ke – 3 dan akan menghilang seperti terjadinya.Terdapat pemebesaran getah bening di sudut mandibula dan di daerah leher belakang.terdapat sedikit spenomegali serta sering pula disertai diare dan muntah.Variasi dari morbili yang biasa ini adalah black measles yaitu morbili yang disertai perdarahan paa kulit,mulut,hidung dan traktus digestivus.
3. Stadium konvalensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua ( hiperpigmentasi ) yang lama-kelamaan akan hilang sendiri selain itu pada anak Indonesia sering pula ditemukan kulit bersisik.Hiperpigmentasi ini merupakan gejala yang patognomonik untuk morbili.Pada penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi.suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila tidak ada komplikasi.
E.Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul antara lain :
- Bronkopneumonia ( infeksi saluran napas )
- Otitis media ( infeksi telinga )
- Laringitis ( infeksi laring )
- Diare
- Kejang demam ( step )
- Ensefalitis ( radang otak )






F.Pemeriksaan Diagnostik ( Rampengan,T.H., 1993 )
a. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya lekopenia.Dalam sputum , sekresi nasal, sediment urin dapat ditemukan adanya multinucleated giant cells yang khas.
b. Pada pemeriksaan serologis dengan cara Hemaglutination inhibition test dan Complemen fixation test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1 – 3 hari setelah timbulnya rashdan mencapai puncaknya pada 2 – 4 minggu kemudian.tes ini cukup praktis dan spesifik untuk mendiagnosis morbili atipik atau subklinik.
G.Diagnosa Banding ( Rampengan,T.H, 1993 )
1. Eksantema Subitum
Penyakit ini juga disebabkan pleh virus, biasanya timbul pada bayi berumur 6 -36 bulan.Perlangsungan penyakitnya mirip morbili, beda rash timbul pada saat panas turun.
2. German Measles
Gejala lebih ringan dari morbili terdiri dari infeksi saluran napas bagian atas , demam ringan, pembesaran kelenjar regional di daerah occipital dan post aurikuler.Rash lebih halus yang mula – mula pada wajah lalu menyebar ke batang tubuh dan menghilang dalam waktu 3 hari.
3. Rash karena obat – obatan
Lebih bersifat urtikaria,sehingga rashnya lebih besar , luas, menonjol dan umumnya tidak disertai panas.


4. Infeksi oleh Ricketsia
Gejala prodomal lebih ringan , rash tidak dijumpai diwajah dan koplik’s spot tidak ada.
5. Infeksi mononukleosus
Dijumpai limfadenopati umum dan peningkatan jumlah monosit.
H. Penatalaksanaan ( Rampengan,T.H. , 1993 )
1. Pengobatan
Morbili merupakan suatu penyakit self-limiting, sehingga pengobatanya hanya bersifat simtomatis yaitu :
- Memperbaikai keadaan umum
- Antipiretika bila suhu tinggi
- Sedativum
- Obat batuk
Antibiotik diberikan bila ternyata terdapat infeksi sekunder.
Kortikosteroid dosis tinggi biasanya diberikan kepada penderita morbili yang mengalami ensefalitis yaitu :
- Hidrokortison 100 – 200 mg/hari selama 3 – 4 hari
- Prednison 2 mg/kg.bb/hari untuk jangka waktu 1 minggu
2. Pencegahan
Morbili dapat dicegah dengan pemberian imunisasi.Imunisasi yang diberikan dapat berupa pasif dan aktif.
a.Imunisasi Aktif
Vaksin yang diberikan adalah “Live attenuated measles vaccine”.Mula-mula diberikan strain Edmonson B tetapi ‘ strain ‘ ini dapat menimbulkan panas tinggi dan ekhsanthem pada hari ketujuh – kesepuluh post vaksinasi, sehingga strain vaksin ini sering diberikan bersama – sama dengan gamma –globulin dilengan lain.
Sekarang digunakan strin schwart dan Moraten dan tidak diberikan bersama dengan Gamma glubolin.Vaksin ini diberikan secara subkutan dan dapat menimbulkan kekebalan yang berlangsung lama.Di Indonesia digunakan vaksin buatan perum Biofarma yang terdiri dari vaksin morbili hidup yang sudah dilemahkan yaitu Strain Schwarz.Tiap dosis yang sudah dilarutkan mengandung virus morbili tidak kurang dari 1.000 TCID50 dan neomisin B Sulfat tidak lebih dari 50 mikrogram.
Vaksin ini diberikan secara subkutan sebanyak 0,5 ml pada umur 9 bulan.Pada anak umur 9 bulan umumnya tidak dapat memberikan kekebalan yang baik, karena gangguan dari antibodi yang dibawa sejak lahir.
Pemberian imunisasi ini akan menyebabkan anergi pada tuberculin selama 2 bulan setelah vaksinasi .Bila anak telah mendapatkan imunoglubolin atau tranfusi darah sebelumnya maka vaksinasi ini hanya ditanguhkan sekurang – kurangnya 3 bulan.
Vaksinasi ini tidak boleh dilakukan bila :
1. Menderita infeksi saluran pernapasan akut atau infeksi akut lainnya yang disertai dengan demam lebih dari 38 derajat selsius
2. Riwayat kejang demam
3. Sedang mendapat pengobatan kortikosteroid dan imonosopresif.






Efek samping :
1. HIperpireksia (5 – 15 % )
2. Gejala infeksi saluran pernapasan bagian atas (10 -20 % )
3. Morbili From rash (3 -15 % )
4. Kejang demam (0,2 % )
5. Ensefalitis (1 diantara 1,16 juta anak )
6. Demam (13,95 % )
b.Imunisasi Pasif
Tidak banyak dianjurkan, karena resiko terjadinya ensefalitis dan aktivasi tuberkulosa.
I.Indikasi Masuk Rumah Sakit Dianjurkan Bila :- Morbili yang disertai komplikasi berat
Morbili dengan kemungkinan terjadinya komplikasi berat yaitu bila ditemukan :
1. Bercak/exanthema merah kehitaman yang menimbulkan desquamasi dengan squama yang lebar dan tebal
2. Suara parau,terutama disertai tanda penyumbatan seperti laryngitis dan pneumonia
3. Dehidrasi berat
4. Kejang dengan kesadaran menurun
5. PEM berat






ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
MORBILI
A.PENGKAJIAN
1. Riwayat keperawatan :
- Riwayat imunisasi
- Kontak dengan orang yang terinfeksi
2. Pada pengkajian anak dengan morbili dapat ditemukan adanya tanda – tanda :
- Demam
- Nyeri tenggorokan
- Napsu makan menurun
- Adanya bercak putih kelabu
- Kelemahan pada ekstremitas
- Apabila terjadi komplikasi pada telinga dapat ditemukan adanya serumen atau cairan yang keluar dari telinga
- Apabila pada bronkus yang menyebabkan brokopneumonia,terjadi masalah pernapasan
3. Pemeriksaan fisik :
1. Mata : Terdapat konjungtivitis, fotophobia
2. Kepala : Sakit kepala
3. Hidung : Banyak terdapat secret, influenza,rhinitis / koriza, perdarahan hidung ( pada stadium erupsi )
4. Mulut dan bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit
5.Kulit : Permukaan kulit kering, rasa gatal, ruam makuler pada leher, muka, lengan dan kaki pada stadium konvalensi, evitema, panas ( demam ).
6. Pernafasan : Pola napas, respirasi, sesak napas, wheezing, ronchi, sputum
7. Tumbuh kembang : BB, TB, BB lahir
8. Pola defekasi : BAK, BAB, Diare
9. Status nutrisi : intake-output makanan, nafsu makan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko infeksi berhubungan dengan organisme purulen
2. Kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan penurunan imunitas
3. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan
4. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan dalam memasukan, mencerna dan mengabsorpsi makanan
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan
6. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury
C. INTERVENSI
DX I
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi.
NOC : Immune status
Kriteria hasil :
- Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
- Mendeskripsikan proses penularan penyakit faktor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaan
- Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
- Jumlah leukosit dalam batas normal
- Menunjukan perilaku hidup sehat
Indikator skala :
1 : Tidak pernah menunjukan
2 : Jarang menunjukan
3 : Kadang menunjukan
4 : Sering menunjukan
5 : Selalu menunjukan
NIC : Infection control
Intervensi :
- Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
- Batasi pengunjung bila perlu
- Pertahankan teknik isolasi
- Berikan antibiotic bila perlu
- Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan
- Intrusikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
DX II
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan kerusakan intregitas kulit tidak terjadi.
NOC : Tissue integrity : skin and mucous membranes
Kriteria hasil :
- Intregitas kulit yang baik dapat dipertahankan ( sensasi, elastisitas, temperature, hidrasi, pigmentasi )
- Tidak ada luka atau lesi pada kulit
- Perusi jaringan baik
- Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera berulang
- Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami
Indikator skala :
1 : Tidak pernah menunjukan
2 : Jarang menunjukan
3 : Kadang menunjukan
4 : Sering menunjukan
5 : Selalu menunjukan
NIC : Pressure Management
Intervensi :
- Anjurkan pasien untuk memakai pakaian yang longgar
- Hindari kerutan pada tempat tidur
- Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
- Mobilisasi pasien ( ubah posisi pasien setiap 2 jam sekali )
- Monitor kulit adanya kemerahan

DX III
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan jalan napas efektif.
NOC : Respiratory status : Ventilation
Kriteria hasil :
- Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosisi dan dypsneu
- Menunjukan jalan napas yang paten
- Mampu mencegah dan mengidentifikasi factor yang dapat menghambat jalan napas
Indikator skala :
1 : Tidak pernah menunjukan
2 : Jarang menunjukan
3 : Kadang menunjukan
4 : Sering menunjukan
5 : Selalu menunjukan
NIC : Air way management
Intervensi :
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Identifikasi pasien perlunya alat jalan nafas buatan
- Lakukan fisioterapi dada bila perlu
- Keluarkan secret dengan batuk atau suction
- Monitor status respirasi dan O2
DX IV
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan nutrisi pasien terpenuhi.
NOC : Nutritional status : Food and fluid intake
Kriteria hasil :
- Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
- Tidak ada tanda – tanda malnutrisi
- Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti


Indikator skala :
1 : Tidak pernah menunjukan
2 : Jarang menunjukan
3 : Kadang menunjukan
4 : Sering menunjukan
5 : Selalu menunjukan
NIC : Nutrition management
Intervensi :
- Kaji adanya alerg makanan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
- Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake protein, Fe dan vitamin C
- Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
- Berikan makanan yang terpilih
DX V
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan pasien dan keluarga mengerti tentang penyakitnya
NOC : Knowledge : Disease process
Kriteria hasil :
- Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tantang penyakitnya, kondisi , prognosis dan program pengobatan
- Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
- Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat atau tim kesehatan lainnya


Indikator skala :
1 : Tidak pernah menunjukan
2 : Jarang menunjukan
3 : Kadang menunjukan
4. : Sering menunjukan
5. : Selalu menunjukan
NIC : Mengajarkan proses penyakit
Intervensi :
- Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit dengan cara yang benar
- Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat
- Hindarkan harapan kosong
- Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
- Identifikasi kemungkinan penyebab dengan cara yang tepat
DX VI
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan di harapkan nyeri dapat teratasi.
NOC : Pain Level
Kriteria hasil :
- Mampu mengontrol nyeri ( tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri ).
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri.
- Mampu mengenali nyeri ( skala , intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang


Indikator skala :
1 : Tidak pernah menunjukan
2 : Jarang menunjukan
3 : Kadang menunjukan
4 : Sering menunjukan
5 : Selalu menunjukan
NIC : Management Pain
Intervensi :
- Lakukan pengkajian nyeri skala komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan factor predisposisi.
- Observasi reaksi non verbal dan ketidaknyamanan
- Ajarkan tentang teknik non farmakologi















D EVALUASI
DX I
Kriteria hasil :
- Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
- Mendeskripsikan proses penularan penyakit factor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaan
- Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
- Jumlah leukosit dalam batas normal
- Menunjukan perilaku hidup sehat
Indikator skala :
1 : Tidak pernah menunjukan
2 : Jarang menunjukan
3 : Kadang menunjukan
4 : Sering menunjukan
5 : Selalu menunjukan
DX II
Kriteria hasil :
- Intregitas kulit yang baik dapat dipertahankan ( sensasi, elastisitas, temperature, hidrasi, pigmentasi )
- Tidak ada luka atau lesi pada kulit
- Perusi jaringan baik
- Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera berulang
- Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami


Indikator skala :
1 : Tidak pernah menunjukan
2 : Jarang menunjukan
3 : Kadang menunjukan
4 : Sering menunjukan
5 : Selalu menunjukan
DX III
Kriteria hasil :
- Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosisi dan dypsneu
- Menunjukan jalan napas yang paten
- Mampu mencegah dan mengidentifikasi factor yang dapat menghambat jalan napas
Indikator skala :
1 : Tidak pernah menunjukan
2 : Jarang menunjukan
3 : Kadang menunjukan
4 : Sering menunjukan
5 : Selalu menunjukan
DX IV
Kriteria hasil :
- Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
- Tidak ada tanda – tanda malnutrisi
- Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti


Indikator skala :
1 : Tidak pernah menunjukan
2 : Jarang menunjukan
3 : Kadang menunjukan
4 : Sering menunjukan
5 : Selalu menunjukan
DX V
Kriteria hasil :
- Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognsis dan program pengobatan
- Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
- Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang di jelaskan perawat atau tim kesehatan lainnya
Indikator skala :
1 : Tidak pernah menunjukan
2 : Jarang menunjukan
3 : Kadang menunjukan
4 : Sering menunjukan
5 : Selalu menunjukan






DX VI
Kriteria hasil :
- Mampu mengontrol nyeri ( tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri ).
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri.
- Mampu mengenali nyeri ( skala , intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Indikator skala :
1 : Tidak pernah menunjukan
2 : Jarang menunjukan
3 : Kadang menunjukan
4 : Sering menunjukan
5 : Selalu menunjukan













DAFTAR PUSTAKA
Hidayat,Aziz Alimul .A.2006.Penyakit Ilmu Keperawatan Anak.Jakarta : EGC.

Nastiyah.2005.Perawatan Anak Sakit.Jakarta : EGC.
Richard,E.Behkman.1999.Ilmu Kesehatan Anak Nelson.Jakarta: EGC
Mansjoer,Arif.2000.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta : Media Aeskulapius.

Rampengan,T.H.1993.Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak.Jakarta : EGC.
Ovedoff,david.2002.Kapita Selekta Kedokteran Jilid I.Batam Center : Binarupa Aksara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar