Minggu, 24 Mei 2009

LAPORAN PENDAHULUAN
RETARDASI MENTAL (RM)

A. Pengertian
1. Retardasi mental adalah keadaan fungsi intelektual umum yang bertaraf subnormal yang dimulai dalam masa perkembangan individu dan berhubungan dengan terbatasnya baik kemampuan belajar maupun daya penyesuaian diri dan proses pendewasaan individu tersebut/keduanya (Depkes RI, 1989).
2. Retardasi mental adalah fungsi intelektual di bawah rata-rata yang muncul dengan kurangnya perilaku adaptif, awitannya sebelum 18 tahun (Wong, Donna L, 2003).
3. Retardasi mental adalah keadaan yang penting secara klinis maupun sosial. Kelainan ini ditandai oleh keterbatasan kemampuan yang diakibatkan oleh gangguan yang bermakna dalam intelegensi terukur dan perilaku penyesuaian diri (adaptif). Retardasi mental juga mencakup status sosial, hal ini dapat menyebabkan cacat khusus itu sendiri (Behrman, 1999).
4. Retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi (WHO dikutip dari Menkes RI, 1990).
5. Retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang rendah yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi pada tuntutan masyarakat yang dianggap normal (Carter CH dikutip dari Toback C).
6. Retardasi mental adalah fungsi intelegensi yang rendah disertai kendala dalam penyesuaian perilaku dan gejalanya timbul pada masa perkembangan (Crocker AC, 1983).
7. Menurut Melly Budiman seseorang dikatakan retardasi mental apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Fungsi intelektual umum dibawah normal.
2. Terdapat kendala dalam perilaku adaptif sosial.
3. Gejalanya timbul pada masa perkembangan yaitu di bawah usia 18 tahun.
Fungsi intelektual dapat diketahui dengan tes fungsi kecerdasan dan hasilnya dinyatakan sebagai suatu taraf kecerdasan atau IQ (Intelegence Quotient).
IQ = X 100%
MA = Mental Age, umur mental yang didapat dari hasil tes.
CA = Chronological Age, umur berdasarkan perhitungan tanggal lahir.
8. Retardasi mental adalah kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul pada masa kanak-kanak (sebelum usia 18 tahun) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan dibawah normal (IQ 70-75 atau kurang) dan disertai keterbatasan-keterbatasan merawat diri, kerumahtanggaan, ketrampilan sosial, penggunaan sarana prasarana komunitas, pengarahan diri, kesehatan dan keamanan, akademik fungsional, bersantai dan bekerja (American Association on Mental Retardation (AAMR), 1992).

B. Klasifikasi
Menurut Wong, Donna L (2003) berdasarkan IQ-nya retardasi mental dibagi menjadi :
1. Retardasi mental ringan
Ketrampilan sosial dan komunikasinya mungkin adekuat dalam tahun pertama prasekolah, tetapi saat anak menjadi lebih besar terjadi defisit kognitif tertentu seperti kemampuan buruk untuk berfikir abstrak dan egosentrik mungkin membedakan dirinya dengan anak lain seusianya.
2. Retardasi mental sedang
Ketrampilan komunikasi berkembang lebih lambat. Isolasi sosial mungkin dimulai pada usia sekolah dasar, dapat dideteksi lebih dini jika dibandingkan retardasi mental ringan.
3. Retardasi mental berat
Bicara anak terbatas dan perkembangan motorik buruk, pada usia prasekolah sudah nyata ada gangguan, pada usia sekolah mungkin kemampuan bahasanya kurang berkembang.
4. Retardasi mental sangat berat
Ketrampilan komunikasi dan motoriknya sangat terbatas pada masa dewasa dapat terjadi perkembangan bicara dan mampu menolong diri sendiri secara sederhana, tetapi seringkali masih membutuhkan perawatan orang lain.

Penggolongan intelegensi seseorang (Sulaiman, 1989) :
Nilai IQ
a. Sangat superior 130 atau lebih
b. Superior 120-129
c. Diatas rata-rata 110-119
d. Rata-rata 90-110
e. Dibawah rata-rata 80-89
f. Retardasi mental borderline 70-79
g. Retardasi mental ringan (mampu didik) 60-69
h. Retardasi mental sedang (mampu latih) 50-59
i. Retardasi mental berat 40-49
j. Retardasi mental sangat berat <40

Klasifikasi retardasi mental menurut American Psychiatric Association : Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV), 1994 yaitu :
1. Retardasi mental berat sekali
IQ dibawah 20 atau 25, sekitar 1-2% dari orang yang terkena retardasi mental.
2. Retardasi mental berat
IQ sekitar 20-25 samapi 35-40, sebanyak 4% dari orang yang terkena retardasi mental.
3. Retardasi mental sedang
IQ sekitar 35-40 sampai 50-55, sekitar 10% dari orang yang terkena retardasi mental.
4. Retardasi mental sedang
IQ sekitar 50-55 sampai 70, sekitar 85% dari orang yang terkena retardasi mental. Pada umumnya anak-anak dengan retardasi mental ringan tidak dikenali sampai anak tersebut menginjak tingkat pertama atau kedua di sekolah.

C. Etiologi
Penyebab dari retardasi mental sangat kompleks dan multifaktorial. Ada beberapa faktor potensial yang berperan dalam terjadinya retardasi mental seperti yang dinyatakan oleh Taft LT (1983) dan Shonkoff JP (1992). Menurut Soetjiningsih (1995) faktor-faktor yang potensial sebagai penyebab retardasi mental adalah :
1. Non-Organik
a. Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis
b. Faktor sosiokultural
c. Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik
d. Penelantaran anak
2. Organik
a. Faktor Prakonsepsi
1). Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolik, kelainan neurocutaneous).
2). Kelainan kromosom
b. Faktor Prenatal
1). Gangguan pertumbuhan otak trimester I
a). Kelainan kromosom
b). Infeksi intrauterin, misalnya HIV
c). Zat-zat teratogen (alkohol, radiasi)
d). Disfungsi plasenta
e). Kelainan kongenital dari otak
2). Gangguan pertumbuhan otak trimester II dan III
a). Zat-zat teratogen (alkohol, kokain, logam-logam berat)
b). Ibu DM, PKU
c). Toksemia gravidarum
d). Disfungsi plasenta
e). Ibu malnutrisi
c. Faktor Perinatal
1). Asfiksia neonatorum
2). Trauma lahir : perdarahan intra kranial
3). Meningitis
4). Kelainan metabolik : hipoglikemia, hiperbilirubinemia
d. Faktor Postnatal
1). Trauma berat pada kepala/susunan syaraf pusat
2). Neurotoksin
3). CVA (Cerebro Vascular Accident)
4). Anoksia, misalnya tenggelam
5). Metabolik
a). Gizi buruk
b). Kelainan hormonal, misalnya hipotiroid, pseudohipoparatiroid
c). Aminoaciduria, misalnya PKU (Pherylketonuria)
d). Kelainan metabolisme karbohidrat, galaktosemia
e). Polisakaridosis, misalnya sindrom Hurler
f). Cerebral Lipidosis dengan hepatomegali
g). Penyakit degeneratif/metabolik lainnya
e. Infeksi
a). Meningitis, ensefalitis
b). Sub akut sklerosing panensefalitis
f. Keadaan sosial ekonomi rendah
a). Keracunan logam berat yang subklinik dalam jangka waktu ynag lama dapat mempengaruhi kemampuan kognitif, ternyata lebih banyak pada anak-anak dikota dari golongan sosial ekonomi rendah.
b). Infeksi citomegalovirus (CMV)
c). Kurang gizi, baik pada ibu hamil maupun pada anaknya setelah lahir dapat mempengaruhi pertumbuhan anak.

Etiologi retardasi mental menurut Behrman (1999) adalah :
1. Defisit sistem syaraf sentral yang terkait dengan infeksi
2. Kelainan metabolik
3. Malformasi struktural otak
4. Malnutrisi/jejas hipoksik-iskemik

D. Patofisiologi
Menurut Soetjiningsih (1995) penyebab retardasi mental dapat digolongkan menjadi 3 yaitu :
1. Faktor nonorganik seperti kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis. Faktor kultural, interaksi anak-pengasuh yang tidak baik, penelantaran anak berpengaruh terhadap beban stres sosial yang komulatif maupun kerentanan biologik.
2. Faktor organik dibagi menjadi :
a. Prakonsepsi : kelainan kromosom
b. Pranatal : infeksi intra uterin
c. Prenatal : asfiksia neonatorum
d. Postnatal : trauma kepala berat
3. Faktor sosial ekonomi yang rendah seperti kurang gizi, keracunan logam berat.
Dari ke-3 penyebab tersebut memungkinkan terjadinya malformasi struktural otak, kelainan metabolik, defisit sistem syaraf sentral yang mengakibatkan gangguan neurologis disfungsi otak. Hal inilah yang menjadi dasar dari retardasi mental. Adanya retardasi mental menyebabkan gangguan kognitif, lambatnya ekspresi dan resepsi bahasa, tonus otot abnormal, kurangnya penerimaan keluarga terhadap anak retardasi mental.


E. Pathway Keperawatan

Faktor sosial ekonomi rendah : kurang gizi
Gangguan neurologis, disfungsi otak
RETARDASI MENTAL
Malformasi struktural otak, kelainan metabolik, defisit sistem syaraf sentral
Gangguan kognitif
Lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa
Tonus otot abnormal
Keterlambatan tumbuh kembang
Kerusakan komunikasi verbal
Koping keluarga tidak efektif
Kurang perawatan diri
Perubahan proses keluarga
Faktor Organik :
1. Prakonsepsi : kelainan kromosom
2. Pranatal : infeksi intra uterin
3. Prenatal : asfiksia neonatorum
4. Postnatal : trauma kepala berat
Kurang pengetahuan
Cemas
Kurangnya penerimaan keluarga terhadap anak retardasi mental
Kerusakan mobilitas fisik
Resiko cedera
Faktor Non organik :
1. Kemiskinan
2. Psikopatologi orang tua
F. Manifestasi Klinis
Menurut Sulaiman (1989) tanda dan gejala retardasi mental adalah :
1. Retardasi mental ringan (mampu didik)
a. Rasa ingin tahu kurang, minat dan spontanitas kurang
b. Pemahaman/pengamatan lingkungan lambat
c. Sering tidak dapat dibedakan dengan anak normal
d. Sangat dipengaruhi stimulus
e. Tidak bisa menangkap yang esensial konkrit
f. Keras kepala
g. Respon emosi kurang
h. Perkembangan bicara lambat
i. Komunikasi verbal sukar
j. Dapat dididik sampai kelas 6 SD
k. Impulsif
l. Seksualitas lambat
m. Ingin tampak cerdas
n. Lebih suka bergaul dengan anak yang lebih muda dari umurnya
o. Kurang dapat membedakan hal-hal yang penting
p. Mandiri penuh dalam merawat diri
2. Retardasi mental sedang (mampu latih)
a. Ada kelainan jasmani
b. Pada usia prasekolah baru dapat bicara dan berkomunikasi
c. Mampu latih kemampuan bekerja
d. Pendidikan hanya sampai kelas 2 SD
e. Kesadaran normal sosial buruk
f. Semangat/dorongan kurang
g. Dapat bepergian sendirian ke tempat yang sudah dikenal
h. Usia dewasa dapat bekerja pekerjaan kasar dengan pengawasan/bimbingan
i. Lambat dalam mengembangkan pemahaman dan penggunaan bahasa
j. Kurang dalam mengembangkan pemahaman dan penggunaan bahasa
k. Kurang tahan terhadap stres kecil
3. Retardasi mental berat
a. Sering terjadi kecacatan fisik sejak lahir
b. Fungsi kognitif sangat rendah
c. Ketrampilan adaptasi minimal
d. Kognitif rendah
e. Terbatas kemampuan untuk memahami/mematuhi permintaaan
f. Inkontinensia
g. Mampu mengadakan komunikasi nonverbal yang belum sempurna
h. Perlu pengawasan dan bantuan dalam memenuhi kebutuhan dasar pada masa dewasa sulit diharapkan dapat mengerjakan tugas yang sederhana
i. Sulit untuk menerima pelajaran vokasional
4. Retardasi mental sangat berat
a. Butuh perawatan terus-menerus
b. Sangat terbatas kemampuan dalam memahami dan mematuhi instruksi
c. Sangat terbatas dalam gerakan

Menurut Betz, Cecily L (2002) tanda dan gejala retardasi mental adalah :
1. Gangguan kognitif
2. Lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa
3. Gagal melewati tahap perkembangan yang utama
4. Lingkar kepala diatas/ dibawah normal.
5. Kemungkinan lambatnya pertumbuhan
6. Kemungkinan tonus otot abnormal
7. Kemungkinan ciri-ciri dismorfik
8. Terlambatnya perkembangan motorik halus dan kasar

G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Shonkoff JP (1992) beberapa pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada anak yang menderita retardasi mental, yaitu :
1. Kromosom kariotipe
a. Terdapat kelainan fisik yang tidak khas
b. Anamnesis ibu tercemar zar-zat teratogen
c. Terdapat beberapa kelainan kongenital
d. Genetalia abnormal
2. EEG (Elektroesenfalogram)
a. Gejala kejang yang dicurigai
b. Kesulitan mengerti bahasa yang berat
3. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance Imaging)
a. Pembesaran kepala yang progresif
b. Dicurigai kelainan otak yang luas
c. Kejang lokal
d. Dicurigai adanya tumor intra kranial
4. Serum asam urat (Uric Acid Serum)
a. Gout
b. Sering mengantuk
5. Laktat dan piruvat darah
a. Asidosis metabolik
b. Kelemahan yang progresif
c. Ataksia
d. Degenerasi retina
e. Ophtalmoplegia
f. Kista pada ginjal
6. Serum asam amino/asam organik
a. Kejang yang tidak diketahui
b. Gagal tubuh
c. Bau yang tidak biasa pada air seni/kulit
d. Warna rambut yang tidak biasa
e. Microchepali
f. Asidosis yang tidak diketahui
7. Plasma amonik
a. Muntah-muntah dengan asidosis metabolik

H. Komplikasi
Menurut Betz, Cecily R (2002) komplikasi retardasi mental adalah :
1. Serebral palsi
2. Gangguan kejang
3. Gangguan kejiwaan
4. Gangguan konsentrasi/hiperaktif
5. Defisit komunikasi
6. Konstipasi (karena penurunan motilitas usus akibat obat-obatan, kurang mengkonsumsi makanan berserat dan cairan).

I. Penatalaksanaan
Menurut Soetjiningsih (1995) penatalaksanaan pasien dengan retardasi mental adalah :
1. Penatalakanaan Medis
Obat-obatan yang digunakan adalah :
a. Obat-obat psikotropika (tiroidazin, mellaril) untuk remaja dengan perilaku yang membahayakan diri sendiri.
b. Psikostimulan menunjukkan tanda-tanda gangguan konsentrasi.
c. Antidepresan (imipromin)
d. Karbamazepin (tegretol) dan propanol (inderal)
2. Melibatkan bantuan dari :
a. Psikolog untuk menilai perkembangan mental anak terutama kemampuan kognitifnya.
b. Dokter anak untuk memeriksa fisik anak, menganalisa penyebab, dan mengobati penyakit/kelainan yang mungkin ada.
c. Pekerja sosial diperlukan apabila anak juga menderita epilepsi, serebral palsi.
d. Psikiater diperlukan apabila anak menunjukkan kelainan tingkah laku/apabila orang tuanya membutuhkan dukungan terapi keluarga.
e. Ahli rehabilitasi medis diperlukan untuk merangsang perkembangan motorik dan sensoriknya.
f. Ahli terapi wicara untuk memperbaiki gangguan bicaranya/untuk merangsang perkembangan bicaranya, serta diperlukan guru pendidikan luar biasa untuk anak-anak yang retardasi mental.
g. Pada orang tuanya perlu diberi penerangan yang jelas mengenai keadaan anaknya, dan apa yang dapat diharapkan dari terapi yang diberikan. Disamping itu, diperlukan kerjasama yang baik antara guru dengan orang tuanya, agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam strategi penanganan anak di sekolah dan di rumah.
h. Anak dengan retardasi emntal memerlukan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan taraf IQ-nya, mereka digolongkan yang mampu dididik untuk golongan retardasi mental ringan, dan yang mampu dilatih anak dengan retardasi emntal sedang.
i. Semua anak yang retardasi mental juga memerlukan penanganan, seperti pemeriksaan kesehatan yang rutin, imunisasi, dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya.

J. Pencegahan
Menurut Sulaiman (1989) cara pencegahan retardasi mental adalah :
Karena penyembuhan dari retardasi mental ini boleh dikatakan tidak ada sebab kerusakan dari sel-sel otak tidak mungkin fungsinya dapat kembali normal, maka yang penting adalah pencegahan primer yaitu usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit. Dengan memberikan perlindungan terhadap penyakit-penyakit yang potensial dapat mengakibatkan retardasi mental, misalnya melalui imunisasi/konseling perkawinan, pemeriksaan kehamilan rutin, nutrisi yang baik selama kehamilan, dan bersalin pada tenaga kesehatan yang berwenang, maka dapat membantu menurunkan angka kejadian retardasi mental.


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN GANGGUAN RETARDASI MENTAL

A. Pengkajian
Menurut Wong, Donna L (2003) pengkajian pada pasien retardasi mental adalah :
Data demografi : nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, suku, alamat.
Riwayat kesehatan pasien :
a. Riwayat kesehatan sekarang
1. Alasan datang ke rumah sakit
2. Sejak kapan
b. Riwayat kesehatan dahulu
1. Genogram
2. Proses kehamilan, persalinan, dan perkembangan
3. Adanya trauma
Lakukan pemeriksaan fisik.
Pasien dengan retardasi mental dapat ditemukan berbagai macam perubahan bentuk fisik, misalnya perubahan bentuk kepala : mikresefali, hidrosefali, dan sindrom down. Wajah pasien retardasi mental sangat mudah dikenai seperti hipertelorisme, lidah yang menjulur keluar, gangguan pertumbuhan gigi, dan ekspresi wajah tampak tumpul.
Lakukan pengkajian perkembangan.
Dengan pemeriksaan DDST untuk menilai tumbuh kembang anak.
Lakukan pengkajian mengenai riwayat keluarga dengan menanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita retardasi mental karena retardasi mental merupakan penyakit yang herediter/keturunan.
Pengkajian riwayat kesehatan
a. Kaji adanya trauma prenatal, perinatal/pascanatal atau cedera fisik.
b. Kaji adanya infeksi prenatal, infeksi yang menyerang otak (meningitis, ensefalitis)
c. Kaji apakah ibu pernah mengkonsumsi obat/alkohol.
d. Kaji apakah ada malnutrisi sewaktu ibu hamil.
e. Apakah ada abnormalitas kromosom
Observasi adanya manifestasi klinis dari retardasi mental, seperti :
1. Tidak responsif terhadap kontak
2. Kontak mata buruk selama menyusu
3. Penurunan aktivitas spontan
4. Penurunan kesadaran terhadap suara/gerakan
5. Menyusu lambat

B. Diagnosa Keperawatan
1. Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan kekurangan mental dan emosi.
2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa.
3. Kurang perawatan diri berhubungan dengan ketidakmampuan fisik dan mental.
4. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan kurangnya penerimaan keluarga terhadap anak retardasi mental.
5. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita retardasi mental.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai retardasi mental.
7. Cemas berhubungan dengan kegiatan di panti/RS dan perpisahan.
8. Resiko cedera berhubungan dengan kordinasi gerak tak terkontrol.

C. Intervensi
Dx I : Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan kekurangan mental dan emosi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan setiap hari tentang Developmental Enhancement diharapkan sering menunjukkan pertumbuhan yang sesuai dengan skala 4 sehingga keterlambatan tumbuh kembang tidak terjadi, BB sesuai dengan umur, dan lingkar kepala sesuai dengan umur.
NOC : Growth
Kriteria Hasil :
1. BB sesuai dengan jenis kelamin.
2. BB sesuai de ngan umur
3. BB sesuai dengan TB
4. Kecepatan memperoleh BB
5. Kecepatan memperoleh TB
6. Lingkar kepala sesuai dengan umur
Skala :
Tidak menunjukkan
Jarang menunjukkan
Kadang menunjukkan
Sering menunjukkan
Selalu menunjukkan
NIC : Developmental Enhancement
Aktivitas :
Bina hubungan saling percaya dengan anak.
Identifikasi kebutuhan-kebutuhan anak.
Demonstrasikan aktivitas yang dapat meningkatkan perkembangan.
Ajari anak untuk mengikuti petunjuk.
Baca cerita untuk anak.
Pergi jalan-jalan dengan anak.

Dx II : Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa.
Tujuan : Setelah dilakukkan tindakan keperawatan selama 1 minggu tentang perbaikan komunikasi diharapkan kemampuan pesan tertulis sering dilakukan dengan skala 3 sehingga tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal, mampu menggunakan pesan tertulis, dan bahasa percakapan verbal.
NOC : Kemampuan Pesan Tertulis
Kriteria Hasil :
Menggunakan pesan tertulis
Menggunakan bahasa percakapan verbal
Menggunakan percakapan yang jelas.
Menggunakan gambar/lukisan
Menggunakan bahasa nonverbal
Skala :
Tidak pernah dilakukan
Jarang dilakukan
Kadang dilakukan
Sering dilakukan
Selalu dilakukan
NIC : Perbaikan Komunikasi
Aktivitas :
Bantu keluarga dalam memahami pembicaraan pasien.
Berbicara kepada pasien dengan lambat dan dengan suara yang jelas.
Gunakan kata dan kalimat yang singkat.
Dengarkan pasien dengan baik.
Berikan reinforcement/pujian positif pada keluarga.
Anjurkan pasien mengulangi pembicaraannya jika belum jelas.

Dx III : Kurang perawatan diri berhubungan dengan ketidakmampuan fisik dan mental.
Tujuan : Setelah dilakukkan tindakan keperawatan setiap hari tentang Self Care : Activities of Daily Living (ADL) diharapkan Self Care Assisitance : ADL sering dilakukan dengan skala 5 sehingga tidak terjadi kurang perawatan diri, mampu melakukan ADL secara mandiri, dan klien terbebas dari bau badan.
NOC : Self Care : Activities of Daily Living (ADL)
Kriteria Hasil :
Klien terbebas dari bau badan
Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan ADL
Dapat melakukan ADL tanpa bantuan
Skala :
Tergantung total
Dibantu oleh orang lain dan alat
Dibantu oleh orang lain
Dibantu oleh alat
Mandiri
NIC : Self Care Assisitance : ADL
Aktivitas :
Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.
Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat abntu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting, dan makan.
Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki.
Dorong untuk melakukan secara mandiri, tetapi beri bantuan ketika pasien tidak mampu melakukannya.
Ajarkan pasien dan keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk melakukannya.
Pertimbangkan usia pasien jika mendorong pelaksanaan aktivitas sehari-hari.

Dx IV : Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan kurangnya penerimaan keluarga terhadap anak retardasi mental sehingga koping keluarga efektif, mampu mengekspresikan perasaan, dan emosional dengan bebas.
Tujuan : Setelah dilakukkan tindakan keperawatan selama 1 minggu tentang Family Coping diharapkan Family Support sering dilakukan dengan skala 4 sehingga koping keluarga efektif, mampu mengatur masalah, dan mampu mengekspresikan perasaan dan emosi secara bebas.
NOC : Family Coping
Kriteria Hasil :
Mengatur masalah
Mengekspresikan perasaan dan emosional dengan bebas
Menggunakan strategi pengurangan stres
Membuat jadwal untuk rutinitas dan kegiatan keluarga
Skala :
Tidak pernah dilakukan
Jarang dilakukan
Kadang dilakukan
Sering dilakukan
Selalu dilakukan
NIC : Family Support
Aktivitas :
Dengarkan perasaan keluarga.
Bangun hubungan kepercayaan dengan keluarga.
Sediakan keluarga informasi tentang perkembangan pasien.
Sertakan anggota keluarga untuk mermbuat keputusan tentang perawatan pasien.
Gunakan mekanisme koping adaptif.
Hargai dan dukung mekanisme koping yang adaptif yang digunakan oleh keluarga.
Sediakan umpan balik untuk memperhatikan koping keluarga.
Konsultasikan dengan anggota keluarga untuk menambahkan koping yang efektif.

Dx V : Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita retardasi mental.
Tujuan : Setelah dilakukkan tindakan keperawatan selama 1 minggu tentang Family Functioning diharapkan Conseling sering dilakukan dengan skala 4 sehingga tidak terjadi perubahan proses keluarga, dan anggota keluarga mampu menunjukkan perannya masing-masing.
NOC : Family Functioning
Kriteria Hasil :
Sosialisasi baru anggota keluarga
Keluarga mampu merawat secara mandiri
Mengatur perilaku anggota keluarga
Anggota keluarga menunjukkan perannya masing-masing
Menyesuikan perubahan perkembangan
Sertakan keluarga dalam memecahkan masalah
Ciptakan lingkungan dimana anggota keluarga dapat mengekspresikan perasaannya.
Skala :
Tidak pernah dilakukan
Jarang dilakukan
Kadang dilakukan
Sering dilakukan
Selalu dilakukan
NIC : Conseling
Aktivitas :
Kaji pemahaman keluarga tentang penyakit dan rencana tindakan yang akan diberikan.
Kenali masalah keluarga dan kebutuhan akan informasi dukungan.
Jelaskan dan tekankan penjelasan profesional kesehatan tentang kondisi anak, prosedur, dan terapi yang dianjurkan serta prognosisnya.
Gunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan pemahaman keluarga tentang penyakit dan terapinya.
Ulangi informasi sesering mungkin.

Dx VI : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai retardasi mental
Tujuan : Setelah dilakukkan tindakan keperawatan selama 1 minggu tentang Knowledge : Disease Process diharapkan Teaching : Disease Process sering dilakukan dengan skala 4 sehingga pengetahuan pasien dan keluarga bertambah mengenai proses penyakit, faktor penyebab, tanda dan gejala, komplikasi, dan tindakan pencegahan terhadap komplikasi.
NOC : Knowledge : Disease Process
Kriteria Hasil :
1. Mengenal nama penyakit
2. Deskripsi proses penyakit
3. Deskripsi faktor penyebab
4. Deskripsi tanda dan gejala
5. Deskripsi cara meminimalkan perkembangan penyakit
6. Deskripsi komplikasi penyakit
7. Deskripsi tindakan pencegahan terhadap komplikasi
Skala :
tidak ada
sedikit
sedang
luas
lengkap
NIC : Teaching : Disease Process
Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakit
Jelaskan tanda dan gejala penyakit
Jelaskan proses penyakit
Identifikasi penyebab penyakit
Berikan informasi mengenai kondisi klien
Berikan informasi tentang hasil pemeriksaan diagnostik
Diskusikan perubahan gaya hidup untuk mencegah komplikasi

Dx VII : Cemas berhubungan dengan kegiatan di panti/RS dan perpisahan.
Tujuan : Setelah dilakukkan tindakan keperawatan selama 1 minggu tentang Kontrol Cemas diharapkan Penurunan Kecemasan dilakukan dengan skala 4 sehingga tidak terjadi cemas, pasien mampu menyingkirkan tanda kecemasan, menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan kecemasan, dan melaporkan tidur yang adekuat.
NOC : Kontrol Cemas
Kriteria Hasil :
Monitor intensitas kecemasan
Menyingkirkan tanda kecemasan
Menurunkan stimulasi lingkungan ketika cemas
Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan kecemasan
Mempertahankan konsentrasi
Melaporkan penurunan tidur adekuat
Skala :
Tidak pernah dilakukan
Jarang dilakukan
Kadang dilakukan
Sering dilakukan
Selalu dilakukan
NIC : Penurunan Kecemasan
Aktivitas :
Tenangkan klien.
Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada klien dan perasaan yang mungkin muncul pada saat melakukan tindakan.
Berusaha memahami keadaan klien.
Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan (takikardi, takipnoe, ekspresi cemas nonverbal).
Gunakan pendekatan dan sentuhan (permisi) verbalisasi untuk meyakinkan pasien tidak sendiri dan mengajukan pernyataan.
Temani pasien untuk mendukung keamanan dan menurunkan rasa takut.
Instruksikan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.

Dx VIII : Resiko cedera berhubungan dengan kordinasi gerak tak terkontrol.
Tujuan : Setelah dilakukkan tindakan keperawatan selama 1 minggu tentang Risk Control diharapkan Enviromental Management sering dilakukan dengan skala 4 sehingga tidak terjadi cedera, klien terbebas dari faktor resiko, memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi faktor resiko, dan mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
NOC : Risk Control
Kriteria Hasil :
Monitor lingkungan dari faktor resiko
Monitor perilaku dari faktor resiko
Klien terbebas dari cedera
Mampu memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi resiko
Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
Mampu mengenali perubahan status kesehatan
Skala :
Tidak pernah dilakukan
Jarang dilakukan
Kadang dilakukan
Sering dilakukan
Selalu dilakukan
NIC : Enviromental Management
Aktivitas :
Sediakan lingkungan yang nyaman.
Identifikasi kebutuhan keamanan pasien sesuai dengan kondisi fisik da fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit pasien.
Hindarkan lingkungan yang berbahaya, misalnya : memindahakan perabotan.
Sediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih.
Batasi pengunjung.
Beri penerangan yang cukup.
Anjurkan keluarga untuk menemani pasien.

D. Evaluasi
Dx I : Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan kekurangan mental dan emosi.
NOC : Growth
KRITERIA HASIL
SKALA
1. BB sesuai dengan jenis kelamin.
2. BB sesuai de ngan umur
3. BB sesuai dengan TB
4. Kecepatan memperoleh BB
5. Kecepatan memperoleh TB
6. Lingkar kepala sesuai dengan umur
4
4
4
4
4
4

Dx II : Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa.
NOC : Kemampuan Pesan Tertulis
KRITERIA HASIL
SKALA
Menggunakan pesan tertulis
Menggunakan bahasa percakapan verbal
Menggunakan percakapan yang jelas.
Menggunakan gambar/lukisan
Menggunakan bahasa nonverbal
3
3
3
3
3

Dx III : Kurang perawatan diri berhubungan dengan ketidakmampuan fisik dan mental.
NOC : Self Care : Activities of Daily Living (ADL)
KRITERIA HASIL
SKALA
Klien terbebas dari bau badan
Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan ADL
Dapat melakukan ADL dengan bantuan
5
5

5

Dx IV : Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan kurangnya penerimaan keluarga terhadap anak retardasi mental.
NOC : Family Coping
KRITERIA HASIL
SKALA
Mengatur masalah
Mengekspresikan perasaan dan emosional dengan bebas
Menggunakan strategi pengurangan stres
Membuat jadwal untuk rutinitas dan kegiatan keluarga
4
4

4
4

Dx V : Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita retardasi mental.
NOC : Family Functioning
KRITERIA HASIL
SKALA
Sosialisasi baru anggota keluarga
Keluarga mampu merawat secara mandiri
Mengatur perilaku anggota keluarga
Anggota keluarga menunjukkan perannya masing-masing
Menyesuikan perubahan perkembangan
Sertakan keluarga dalam memecahkan masalah
Ciptakan lingkungan dimana anggota keluarga dapat mengekspresikan perasaannya
4
4
4
4

4
4
4


Dx VI : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai retardasi mental
NOC : Knowledge : Disease Process
KRITERIA HASIL
SKALA
1. Mengenal nama penyakit
2. Deskripsi proses penyakit
3. Deskripsi faktor penyebab
4. Deskripsi tanda dan gejala
5. Deskripsi cara meminimalkan perkembangan penyakit
6. Deskripsi komplikasi penyakit
7. Deskripsi tindakan pencegahan terhadap komplikasi
4
4
4
4
4
4
4

Dx VII : Cemas berhubungan dengan kegiatan di panti/RS dan perpisahan.
NOC : Kontrol Cemas
KRITERIA HASIL
SKALA
Monitor intensitas kecemasan
Menyiingkirkan tanda kecemasan
Menurunkan stimulasi lingkunagn ketika cemas
Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan kecemasan
Mempertahankan konsentrasi
Melaporkan penurunan tidur adekuat
4
4
4
4

4
4

Dx VIII : Resiko cedera berhubungan dengan kordinasi gerak tak terkontrol.
NOC : Risk Control
KRITERIA HASIL
SKALA
Monitor lingkungan dari faktor resiko
Monitor perilaku dari faktor resiko
Klien terbebas dari cedera
Mampu memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi resiko
Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
Mampu mengenali perubahan status kesehatan
4
4
4
4

4
4












DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Richard E, dkk. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Volume 1. Jakarta : EGC.

Betz, Cecily L. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC.

Departemen Kesehatan RI Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. 1989. Perawatan Bayi dan anak. Edisi 1. Jakarta : Departemen Kesehatan Anak.

Endang Warsiki Ghosali. 2008. RetardasiMetal. Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya. http:///www.google.com. Diakses 29 Mei 2008.

Jhonson, Marion, dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louis Missouri : Mosby INC.

Maramis, Willy F. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabya : Airlangga University Press.

Mc. Closkey, Cjoane, dkk. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC). St. Louis Missouri : Mosby INC.

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.

Sacharin, Rosa M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta : EGC.

Santosa, Budi. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006 : Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC.

Soetjiningsih. 1995. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. Jakarta : EGC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar