Rabu, 03 Maret 2010

BAB I
KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN
Pruritus adalah gatal atau kegatalan. (Ahmad Ramali, 2005)
Pruritus adalah gatal-gatal. (Sue Hincliff, 1999)

B. ETIOLOGI
Pruritus dapat juga menjadi petunjuk pertama yang mengindikasikan kelainan sistemik internal seperti diabetes melitus, kelainan darah atau kanker. Rasa gatal dapat juga menyertai penyakit ginjal, hepar dan tyroid. Beberapa preperat oral yang sering dipakai seperti aspirin , terapi antibiotic, hormone (esterogen, testosterone atau kontrasepsi oral) dan apoid (morfin atau kokain) dapat menimbulkan pruritus pula (Sher, 1992).
Sabun dan zat kimia tertentu, penanganan radioterapi, biang keringat (miliaria) dan kontak dengan pakaian dari bahan wol juga dapat berkaitan dengan pruritus. Pruritus dapat terjadi pada orang yang berusia lanjut sebagai akibat dari kulit yang kering. Rasa gatal dapat pula disebabkan oeh factor psikologik seperti stress yang berlebihan dalam keluarga atau lingkunagn kerja. Seseorang dengan pruritus dapat memperlihatkan ruam tetapi bisa pula tidak.
Gangguan sistemik yang disertai dengan pruritus yang menyeluruh
• Renal
Penyakit ginjal kronik
• Endokrin
Hipotiroidisme, Diabetes Melitus
• Hematopoletik
Anemia, gangguan psikiatri, stress emosional
• Gangguan mieloprolifetatif
Penyakit Hodgkin, Limfoma, Leukemia
• Malignansi visceral
Karsinoma mamae, Karsinoma lambung, Karsinoma paru
• Kelainan neurologik
Multiple skerosis, Abses otak, Tumor otak
• Infestasi
Skabies
• Lain-lain
Serosis

C. PATOFISIOLOGI
Pruritus merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang paling sering dijumpai pada gangguan dermatologic yang menimbulkan gangguan dermatologic yang menimbulkan gangguan rasa nyaman dan perubahan integritas kulit jika pasien meresponnya dengan garukan.
Reseptor rasa gatal tidak bermielin, mempunyai ujung saraf mirip sikat (peniciate) yang hanya ditemukan dalam kuit, membrane mukosa dan kornea (Sher, 1992).
Garukan menyebabkan terjadinya inflamasi sel dan pelepasan histamine oleh ujung saraf yang memperberat gejala pruritus yang selanjutnya menghasilkan lingkaran setan rasa gatal dan menggaruk.
Meskipun pruritus biasanya disebabkan oleh penyakit kulit yang primer dengan terjadinya ruam atau lesi sebagai akibatnya, namun keadaan ini bisa timbul tanpa manifestasi kulit apapun. Keadaan ini disebut sebagai esensial yang umumnya memiliki awitan yang cepat, bias berat dan menganggu aktivitas hidup sehari-hari yang normal.

D. KLASIFIKASI
PRURITUS PERIANAL
Pruritus di daerah anus dan genital dapat terjadi akibat partikel kecil feces yang terjepit dalam lipatan perianal atau yang melekat pada rambut anus, atau akibat kerusakan kulit perianal karena garukan, keadaan basah dan penurunan sesistensi kulit yang disebabkan oleh terapi kortikosteroid atau antibiotic. Keadaan lain yang dapat menyebabkan gatal-gatal di daerah sekitar anus (Pruritis Perianal) adalah iritan local seperti scabies serta tuma, lesi local seperti hemoroid, infeksi jamur atau kandida, dan infestasi cacing kerawit. Keadaan seperti DM, Anemia, Hipertiroidisme, dan kehamilan dapat pula menyebabkan pruritus perianal.

E. MANIFESTASI KLINIS
Pruritus secara khas akan menyebabkan pasien menngaruk yang biasanya dilakukan semakin intensif pada malam hari. Pruritus tidak sering dilaporkan pada saat terjaga karena perhatian pasien teralih pada aktifitas sehari-hari. Pada malam hari dimana ha-hal yang bisa mengalihkan perhatian hanya sedikit, keadaan priritus yang ringan sekalipun tidak mudah diabaikan. Efek sekunder mencakup ekskorisi, kemerahan bagian kulit yang menonjol (bidur), infeksi dan perubahan pigmentasi. Rasa gatal yang hebat akan menganggu penampilan pasien.

F. PENATALAKSANAAN
Anamnesis riwayat sakit dan pemeriksaan jasmani yang sempurna biasanya akan menghasilkan bukti-bukti yang menunjukan penyebab yang ada dibalik pruritus (alergi, baru saja minum obat yang baru, pergantian kosmetik). Setelah penyebabnya berhasil teridentifikasi yang dihilangkan, terapi keadaan tersebut harus meredakan pruritus. Tanda-tanda infeksi dan bukti lingkungan seperti udara yang panas, kering, atau seprei/selimut yang menyebabkan iritasi, harus dikenal.
Secara umum, tindakan membasuh kulit yang gatal dengan sabun dan air panas harus dihindari kendati mandi air hangat dengan sabun lembut yang diikuti dengan pengolesan preparat emolien pada kulit basah dapat mengendalikan keadaan serosis (kulit yang kering). Penggunaan kompres dingin, es batu, atau bedak dingin yang mengandung mentol yang menimbukan vasokontriksi dapat pula menolong. Jika pruritus terus berlanjut, penyelidikan lebih lanjut terhadap masalah sisitemik perlu dianjurkan.
Minyak mandi yang mengandung surfaktan dan membuat minyak bercampur dengan air rendaman mungkin memadai untuk membersihkan kulit. Namun demikian, pasien yang berusia lanjut atau pasien dengan gangguan keseimbangan tubuh harus menghindari penambahan minyak karena hal ini akan meningkatkan bahaya tergelincir dalam bak mandi rendam (bathtub).
Preparat kortikosteroid topical mungkin bermanfaat sebagai obat anti infamasi untuk mengurangi rasa gatal. Antihistamin oral bahkan lebih efektif lagi karena dapat mengatasi efek pelepasan histamine dari sel-sel mast yang rusak. Antihistamin seperti difenhidramin (Benadryl) yang diresepkan dengan takaran sedative pada saat akan tidur malam merupakan obat yang efektif untuk menghasikan tidur yang nyenyak dan menyenangkan. Obat antihistamine konsedasi seperti terfenadin (Seldane) harus dipakai untuk meredakan pruritus pada siang harinya.
Anti depresan trisiklik seperti doksepin (Sinegnan) dapat diresepkan untuk mengobati pruritus yang asalnya neuropsikogen.

PRURITUS PERIANAL
Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan dirumah. Kepada pasien harus diinstruksikan untuk mengikuti prosedur pemeliharaan kebersihan diri (hygiene) yang benar dan menghentikan pemakaian obat-obatan yang dibeli bebas. Daerah perianal harus dibilas dengan air suam-suam kuku, dan kemudian dikeringkan dengan kapas, kertas tissue yang sudah dibasahi dapat dipakai untuk membersihkan diri seteah defekasi.
Sebagai bagian dari penyuluhan kesehatan. Perawat harus memberitahukan kepada pasien untuk menghindari mandi rendam dalam air yang terlalu panas dan tidak memakai larutan busa sabun, natrium bikarbonat ataupun sabun deterjen yang semuanya dapat memperburuk kekeringan kulit. Untuk menjaga agar kulit perianal tetap kering pasien harus menghindari pakaian dalam yang dibuat dari bahan sintetik. Preparat anestesi local tidak boleh digunakan karena kemungkinan terjadinya efek alergen. Pasien juga harus menghindari pemakaian preparat atau stimulant (alcohol, kopi) dan iritan mekanis, pakaian yang kasar atau terbuat dari wol.






G. PATHWAY

Bahan pengiritasi Reaksi hipersensitifitas Sirkulasi darah berkurang

Eritema, parut lesikel


Erupsi


PRURITUS


Menggaruk daerah yang sakit


Infeksi sekunder Ekskoriasis, Erosi


Kerusakan integritas kulit


Resiko terhadap Gangguan citra tubuh Pola tidur tidak efektif
infeksi


Kurang pengetahuan


Sumber : Long (1996), Carpenito (2001), and Fiedman (1998)
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN
• Biodata
Cantumkan biodata klien secara lengkap yang mencakup umur, jenis kelamin, suku bangsa.
• Keluhan utama
Biasanya klien datang ke tempat pelayanan kesehatan dengan keluhan gatal pada kulitnya, intensitas gatal lebih sering terasa pada malam hari.
• Riwayat penyakit sekarang
Factor pencetus timbulnya pruritus dapat disebabkan oleh adanya kelainan sistemik internal seperti diabetes melitus, kelainan darah atau kanker, penggunaan preperat oral seperti aspirin , terapi antibiotic, hormone. Adanya alergi, baru saja minum obat yang baru, pergantian kosmetik dapat menjadi factor pencetus adanya pruritus. Tanda-tanda infeksi dan bukti lingkungan seperti udara yang panas, kering, atau seprei/selimut yang menyebabkan iritasi, harus dikenal.
Pruritus dapat terjadi pada orang yang berusia lanjut sebagai akibat dari kulit yang kering.
• Riwayat penyakit dahulu
Pruritus merupakan penyakit yang hilang/ timbul, sehingga pada riwayat penyakit dahulu sebagian besar klien pernah menderita penyakit yang sama dengan kondisi yang dirasa sekarang.
• Riwayat penyakit keluarga
Diduga factor genetic tidak mempengaruhi timbulnya pruritus. Kecuali dalam keluarga ada kelainan sistemik internal yang bersifat herediter mungkin juga mengalami pruritus.
• Riwayat psikososial
Rasa gatal dapat pula disebabkan oeh factor psikologik seperti stress yang berlebihan dalam keluarga atau lingkunagn kerja. Pruritus menimbulkan gangguan rasa nyaman dan perubahan integritas kulit. Rasa gatal yang hebat akan menganggu penampilan pasien.

• Kebiasaan sehari-hari
Penggunaan sabun dan zat kimia tertentu, biang keringat (miliaria) dan kontak dengan pakaian dari bahan wol juga dapat berkaitan dengan pruritus.

DIAGNOSA
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya lesi, erosi.
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya kerusakan integritas kulit.
3. Pola tidur tidak efektif berhubungan dengan adanya rasa gatal.
4. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan adanya lesi.
5. Kurang pengetahuan kurang terpapar informasi.





















DAFTAR PUSTAKA

Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan, Edisi 17. Jakarta : EGC

Johnson, Marion, dkk. 2000. IOWA Intervention Project Nursing Outcomes Classifcation (NOC), Second edition. USA : Mosby.

McCloskey, Joanne C. dkk. 1996. IOWA Intervention Project Nursing Intervention Classifcation (NIC), Second edition. USA : Mosby.

Ramali, Ahmad. 2005. Kamus Kedokteran: Arti dan Keterangan Istilah., cetakan 26. Jakarta : EGC.

Smeltzer, Suzanne. 2001. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8. Jakarta :EGC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar