Assalamua'laikum........
assalamuallaikum. Terimkasih telah mengunjungi blog saya, mudahan apa yang diblog disini dapat diambil manfaatnya....... amin... Allahuakbar blogger mvzpry
Minggu, 18 Maret 2012
NAIK TURUNNYA IMAN
Sebab-sebab Naik-turunnya Iman Dan Cara
Meningkatkan Keimanan
CARA
MENAIKKAN KADAR IMAN :
1.
Pelajarilah berbagai ilmu agama Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits
a.
Perbanyaklah membaca Al-Qur’an dan renungkan maknanya
Ayat-ayat Al-Qur’an memiliki target yang luas dan spesifik sesuai kebutuhan masing-masing orang yang sedang mencari atau memuliakan Tuhannya. Sebagian ayat Al-Qur’an mampu menggetarkan kulit seseorang yang sedang mencari kemuliaan Allah, dilain pihak Al-Qur’an mampu membuat menangis seorang pendosa, atau membuat tenang seorang pencari ketenangan.
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS, Shaad 38:29)
”Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang lalim selain kerugian.” (QS, al-Israa’ 17:82)
Ayat-ayat Al-Qur’an memiliki target yang luas dan spesifik sesuai kebutuhan masing-masing orang yang sedang mencari atau memuliakan Tuhannya. Sebagian ayat Al-Qur’an mampu menggetarkan kulit seseorang yang sedang mencari kemuliaan Allah, dilain pihak Al-Qur’an mampu membuat menangis seorang pendosa, atau membuat tenang seorang pencari ketenangan.
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS, Shaad 38:29)
”Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang lalim selain kerugian.” (QS, al-Israa’ 17:82)
b.
Pelajarilah ilmu mengenai Asma’ul Husna, Sifat-sifat Yang Maha Agung.
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Mendengar, Maha Melihat dan Maha Mengetahui, maka ia akan menahan lidahnya, anggota tubuhnya dan gerakan hatinya dari apapun yang tidak disukai Allah.
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Indah, Maha Agung dan Maha Perkasa, maka semakin besarlah keinginannya untuk bertemu Allah di hari akhirat sehingga iapun secara cermat memenuhi berbagai persyaratan yang diminta Allah untuk bisa bertemu dengan-Nya (yaitu dengan memperbanyak amal ibadah).
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Santun, Maha Halus dan Maha Penyabar, maka iapun merasa malu ketika ia marah, dan hidupnya merasa tenang karena tahu bahwa ia dijaga oleh Tuhannya secara lembut dan sabar.
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Mendengar, Maha Melihat dan Maha Mengetahui, maka ia akan menahan lidahnya, anggota tubuhnya dan gerakan hatinya dari apapun yang tidak disukai Allah.
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Indah, Maha Agung dan Maha Perkasa, maka semakin besarlah keinginannya untuk bertemu Allah di hari akhirat sehingga iapun secara cermat memenuhi berbagai persyaratan yang diminta Allah untuk bisa bertemu dengan-Nya (yaitu dengan memperbanyak amal ibadah).
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Santun, Maha Halus dan Maha Penyabar, maka iapun merasa malu ketika ia marah, dan hidupnya merasa tenang karena tahu bahwa ia dijaga oleh Tuhannya secara lembut dan sabar.
c. Pelajari
dengan cermat sejarah (Siroh) kehidupan Rasulullah SAW.
Dengan memahami perilaku, keagungan dan perjuangan Rasulullah, akan menumbuhkan rasa cinta kita terhadapnya, kemudian berkembang menjadi keinginan untuk mencontoh semua perilaku beliau dan mematuhi pesan-pesan beliau selaku utusan Allah.
Seorang sahabat r.a. mendatangi Rasulullah saw dan bertanya, “Wahai Rasul Allah, kapan tibanya hari akhirat?”. Rasulullah saw balik bertanya : “Apakah yang telah engkau persiapkan untuk menghadapi hari akhirat?”. Si sahabat menjawab , “Wahai Rasulullah, aku telah sholat, puasa dan bersedekah selama ini, tetap saja rasanya semua itu belum cukup. Namun didalam hati, aku sangat mencintai dirimu, ya Rasulullah”. Rasulullah saw menjawab, “Insya Allah, di akhirat kelak engkau akan bersama orang yang engkau cintai”. (HR Muslim) Inilah hadits yang sangat disukai para sahabat Rasulullah SAW. Jelaslah bahwa mencintai Rasulullah adalah salah satu jalan menuju surga, dan membaca riwayat hidupnya (siroh) adalah cara terpenting untuk lebih mudah memahami dan mencintai Rasulullah SAW.
Dengan memahami perilaku, keagungan dan perjuangan Rasulullah, akan menumbuhkan rasa cinta kita terhadapnya, kemudian berkembang menjadi keinginan untuk mencontoh semua perilaku beliau dan mematuhi pesan-pesan beliau selaku utusan Allah.
Seorang sahabat r.a. mendatangi Rasulullah saw dan bertanya, “Wahai Rasul Allah, kapan tibanya hari akhirat?”. Rasulullah saw balik bertanya : “Apakah yang telah engkau persiapkan untuk menghadapi hari akhirat?”. Si sahabat menjawab , “Wahai Rasulullah, aku telah sholat, puasa dan bersedekah selama ini, tetap saja rasanya semua itu belum cukup. Namun didalam hati, aku sangat mencintai dirimu, ya Rasulullah”. Rasulullah saw menjawab, “Insya Allah, di akhirat kelak engkau akan bersama orang yang engkau cintai”. (HR Muslim) Inilah hadits yang sangat disukai para sahabat Rasulullah SAW. Jelaslah bahwa mencintai Rasulullah adalah salah satu jalan menuju surga, dan membaca riwayat hidupnya (siroh) adalah cara terpenting untuk lebih mudah memahami dan mencintai Rasulullah SAW.
d.
Mempelajari Jasa-jasa dan Kualitas Agama Islam
Perenungan terhadap syariat Islam, hukum-hukumnya, akhlak yang diajarkannya, perintah dan larangannya, akan menimbulkan kekaguman terhadap kesempurnaan ajaran agama Islam ini. Tidak ada agama lain yang memiliki aturan dan etiket yang sedemikian rincinya seperti Islam, dimana untuk makan dan ke WC pun ada adabnya, untuk aspek hukum dan ekonomi ada aturannya, bahkan untuk berhubungan suami -istripun ada aturannya.
Perenungan terhadap syariat Islam, hukum-hukumnya, akhlak yang diajarkannya, perintah dan larangannya, akan menimbulkan kekaguman terhadap kesempurnaan ajaran agama Islam ini. Tidak ada agama lain yang memiliki aturan dan etiket yang sedemikian rincinya seperti Islam, dimana untuk makan dan ke WC pun ada adabnya, untuk aspek hukum dan ekonomi ada aturannya, bahkan untuk berhubungan suami -istripun ada aturannya.
e.
Mempelajari Kehidupan Orang-orang Sholeh (generasi Shalafus Sholihin, para
sahabat Rasulullah SAW, murid-murid para sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in)
Mereka adalah generasi-generasi terbaik dari Islam. Mereka adalah orang-orang yang kadar keimanannya diibaratkan sebesar gunung Uhud sementara manusia zaman kini diibaratkan kadar keimananya tak lebih dari sebutir debu dari gunung Uhud. Umar r.a. pernah memuntahkan makanan yang sudah masuk ke perutnya ketika tahu bahwa makanan yang diberikan padanya kurang halal sumbernya. Sejarah lain menceritakan tentang lumrahnya seorang tabi’in meng-khatamkan Qur’an dalam satu kali sholatnya. Atau cerita tentang seorang sholeh yang lebih dari 40 tahun hidupnya berturut-turut tidak pernah sholat wajib sendiri kecuali berjamaah di mesjid. Atau seorang sholeh yang menangis karena lupa mengucap doa ketika masuk mesjid. Inilah cerita-cerita teladan yang mampu menggetarkan hati seorang yang sedang meningkatkan keimanannnya.
Mereka adalah generasi-generasi terbaik dari Islam. Mereka adalah orang-orang yang kadar keimanannya diibaratkan sebesar gunung Uhud sementara manusia zaman kini diibaratkan kadar keimananya tak lebih dari sebutir debu dari gunung Uhud. Umar r.a. pernah memuntahkan makanan yang sudah masuk ke perutnya ketika tahu bahwa makanan yang diberikan padanya kurang halal sumbernya. Sejarah lain menceritakan tentang lumrahnya seorang tabi’in meng-khatamkan Qur’an dalam satu kali sholatnya. Atau cerita tentang seorang sholeh yang lebih dari 40 tahun hidupnya berturut-turut tidak pernah sholat wajib sendiri kecuali berjamaah di mesjid. Atau seorang sholeh yang menangis karena lupa mengucap doa ketika masuk mesjid. Inilah cerita-cerita teladan yang mampu menggetarkan hati seorang yang sedang meningkatkan keimanannnya.
2.
Renungkanlah tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di alam (ma’rifatullah)
Singkirkan dulu kesombongan akal kita, renungkan secara tulus bagaimana alam ini diciptakan. Sungguh pasti ada kekuatan luar biasa yang mampu menciptakan alam yang sempurna ini, sebuah struktur dan sistem kehidupan yang rapi, mulai dari tata surya, galaksi hingga struktur pohon dan sel-sel atom.
Renungkan pula rahasia dan mukjizat Qur’an. Salah satu keajaiban Al Qur’an adalah struktur matematis Al Qur’an. Walau wahyu Allah diturunkan bertahap namun ketika seluruh wahyu lengkap maka ditemukan bahwa kata tunggal “hari” disebut sebanyak 365 kali, sebanyak jumlah hari pada satu tahun syamsiyyah (masehi). Kata jamak hari disebut sebanyak 30 kali, sama dengan jumlah hari dalam satu bulan. Sedang kata Syahrun (bulan) dalam Al Quran disebut sebanyak 12 kali sama dengan jumlah bulan dalam satu tahun. Kata Saa’ah (jam) disebutkan sebanyak 24 kali sama dengan jumlah jam sehari semalam. Dan semua kata-kata itu tersebar di 114 surat dan 6666 ayat dan ratusan ribu kata yang tersusun indah. Dan masih banyak lagi keajaiban dan mukjizat Al Quran dari sisi pandang lainnya yang membuktikan bahwa itu bukan karya manusia. Masih banyak pula mukjizat lainnya di alam ini yang membuktikan bahwa alam ini memiliki struktur yang sangat sempurna dan tidak mungkin tercipta dengan sendirinya. Adalah lumrah, bahwa sesuatu yang tidak mungkin diciptakan manusia, pastilah diciptakan sesuatu yang Maha Kuasa, Maha Besar. Inilah yang menambah kecilnya diri kita dan menambah kekaguman dan cinta serta iman kita kepada Sang Pencipta alam semesta ini.
Singkirkan dulu kesombongan akal kita, renungkan secara tulus bagaimana alam ini diciptakan. Sungguh pasti ada kekuatan luar biasa yang mampu menciptakan alam yang sempurna ini, sebuah struktur dan sistem kehidupan yang rapi, mulai dari tata surya, galaksi hingga struktur pohon dan sel-sel atom.
Renungkan pula rahasia dan mukjizat Qur’an. Salah satu keajaiban Al Qur’an adalah struktur matematis Al Qur’an. Walau wahyu Allah diturunkan bertahap namun ketika seluruh wahyu lengkap maka ditemukan bahwa kata tunggal “hari” disebut sebanyak 365 kali, sebanyak jumlah hari pada satu tahun syamsiyyah (masehi). Kata jamak hari disebut sebanyak 30 kali, sama dengan jumlah hari dalam satu bulan. Sedang kata Syahrun (bulan) dalam Al Quran disebut sebanyak 12 kali sama dengan jumlah bulan dalam satu tahun. Kata Saa’ah (jam) disebutkan sebanyak 24 kali sama dengan jumlah jam sehari semalam. Dan semua kata-kata itu tersebar di 114 surat dan 6666 ayat dan ratusan ribu kata yang tersusun indah. Dan masih banyak lagi keajaiban dan mukjizat Al Quran dari sisi pandang lainnya yang membuktikan bahwa itu bukan karya manusia. Masih banyak pula mukjizat lainnya di alam ini yang membuktikan bahwa alam ini memiliki struktur yang sangat sempurna dan tidak mungkin tercipta dengan sendirinya. Adalah lumrah, bahwa sesuatu yang tidak mungkin diciptakan manusia, pastilah diciptakan sesuatu yang Maha Kuasa, Maha Besar. Inilah yang menambah kecilnya diri kita dan menambah kekaguman dan cinta serta iman kita kepada Sang Pencipta alam semesta ini.
3. Berusaha
keras melakukan amal perbuatan yang baik secara ikhlas
Amal perbuatan perlu digerakkan. Dimulai dari hati, kemudian terungkap melalui lidah kita dan kemudian anggota tubuh kita. Selain ikhlas, diperlukan usaha dan keseriusan untuk melakukan amalan-amalan ini.
a. Amalan Hati
Dilakukan melalui pembersihan hati kita dari sifat-sifat buruk, selalu menjaga kesucian hati. Ciptakan sifat-sifat sabar dan tawakal, penuh takut dan harap akan Allah. Jauhi sifat tamak, kikir, prasangka buruk dan sebagainya.
b. Amalan Lidah
Perbanyak membaca Al-Qur’an, zikir, bertasbih, tahlil, takbir, istighfar, mengirim salam dan sholawat kepada Rasulullah dan mengajak orang lain kepada kebaikan, melarang kemungkaran.
c. Amalan Anggota Tubuh
Dilakukan melalui kepatuhan dalam sholat, pengorbanan untuk bersedekah, perjuangan untuk berhaji hingga disiplin untuk sholat berjamaah di mesjid (khususnya bagi pria).
Amal perbuatan perlu digerakkan. Dimulai dari hati, kemudian terungkap melalui lidah kita dan kemudian anggota tubuh kita. Selain ikhlas, diperlukan usaha dan keseriusan untuk melakukan amalan-amalan ini.
a. Amalan Hati
Dilakukan melalui pembersihan hati kita dari sifat-sifat buruk, selalu menjaga kesucian hati. Ciptakan sifat-sifat sabar dan tawakal, penuh takut dan harap akan Allah. Jauhi sifat tamak, kikir, prasangka buruk dan sebagainya.
b. Amalan Lidah
Perbanyak membaca Al-Qur’an, zikir, bertasbih, tahlil, takbir, istighfar, mengirim salam dan sholawat kepada Rasulullah dan mengajak orang lain kepada kebaikan, melarang kemungkaran.
c. Amalan Anggota Tubuh
Dilakukan melalui kepatuhan dalam sholat, pengorbanan untuk bersedekah, perjuangan untuk berhaji hingga disiplin untuk sholat berjamaah di mesjid (khususnya bagi pria).
SEBAB-SEBAB
TURUNNYA KADAR IMAN :
Sebab-sebab
dari dalam diri kita sendiri (Internal) :
1. Kebodohan
Kebodohan merupakan pangkal dari berbagai perbuatan buruk. Seseorang berbuat jahat boleh jadi karena ia tak tahu bahwa perbuatan itu dilarang agama, atau ia tidak tahu ancaman dan bahaya yang akan dihadapinya kelak di akhirat, atau ia tidak tahu keperkasaan Sang Maha Kuasa yang mengatur denyut jantungnya, mengatur musibah dan rezekinya.
Kebodohan merupakan pangkal dari berbagai perbuatan buruk. Seseorang berbuat jahat boleh jadi karena ia tak tahu bahwa perbuatan itu dilarang agama, atau ia tidak tahu ancaman dan bahaya yang akan dihadapinya kelak di akhirat, atau ia tidak tahu keperkasaan Sang Maha Kuasa yang mengatur denyut jantungnya, mengatur musibah dan rezekinya.
2.
Ketidakpedulian, keengganan dan melupakan
Ketidakpedulian menyebabkan pikiran seseorang diisi dengan hal-hal duniawi yang hanya ia sukai (yang ia pedulikan), sedangkan yang bukan ia sukai tidak diberi tempat dipikirannya. Ini menyebabkan ia tidak ingat (dzikir) pada Allah, sifatnya tidak tulus, tidak punya rasa takut dan malu (kepada Allah), tidak merasa berdosa (tidak perlu tobat), dan bisa jadi ia menjadi sombong karena tidak merasakan pentingnya berbuat rendah hati dan sederhana.
Kengganan seseorang untuk melakukan suatu kebaikan padahal ia tahu hal itu telah diperintahkan Allah, maka ia termasuk orang yang men-zhalimi (melalaikan) dirinya sendiri. Allah akan mengunci hatinya dari jalan yang lurus (al-Kahfi 18:5), dan ia akan menjadi teman syeitan (Thaaha 20:124).
Melupakan kewajiban dan kepatuhan seseorang dalam beribadah berawal dari sifat lalai atau lemah hatinya. Waktu dan energinya harus didorong agar diisi lebih banyak dengan perbuatan amal sholeh, kalau tidak maka kesenangan duniawi akan semakin menguasai dirinya hingga ia semakin jauh dari ingat (dzikir) kepada Allah.
Ketidakpedulian menyebabkan pikiran seseorang diisi dengan hal-hal duniawi yang hanya ia sukai (yang ia pedulikan), sedangkan yang bukan ia sukai tidak diberi tempat dipikirannya. Ini menyebabkan ia tidak ingat (dzikir) pada Allah, sifatnya tidak tulus, tidak punya rasa takut dan malu (kepada Allah), tidak merasa berdosa (tidak perlu tobat), dan bisa jadi ia menjadi sombong karena tidak merasakan pentingnya berbuat rendah hati dan sederhana.
Kengganan seseorang untuk melakukan suatu kebaikan padahal ia tahu hal itu telah diperintahkan Allah, maka ia termasuk orang yang men-zhalimi (melalaikan) dirinya sendiri. Allah akan mengunci hatinya dari jalan yang lurus (al-Kahfi 18:5), dan ia akan menjadi teman syeitan (Thaaha 20:124).
Melupakan kewajiban dan kepatuhan seseorang dalam beribadah berawal dari sifat lalai atau lemah hatinya. Waktu dan energinya harus didorong agar diisi lebih banyak dengan perbuatan amal sholeh, kalau tidak maka kesenangan duniawi akan semakin menguasai dirinya hingga ia semakin jauh dari ingat (dzikir) kepada Allah.
3.
Menyepelekan dan melakukan perbuatan dosa
Awal dari perbuatan dosa adalah sikap menyepelekan (tidak patuh terhadap) perintah dan larangan Allah. Perbuatan dosa umumnya dilakukan secara bertahap, misalnya dimulai dari zinah pandangan mata yang dianggap dosa kecil kemudian berkembang menjadi zinah tubuh. Dosa-dosa kecil yang disepelekan merupakan proses pendidikan jahat (pembiasaan) untuk menyepelekan dosa-dosa besar. Karena itu basmilah dosa-dosa kecil selagi belum tumbuh menjadi dosa besar.
Awal dari perbuatan dosa adalah sikap menyepelekan (tidak patuh terhadap) perintah dan larangan Allah. Perbuatan dosa umumnya dilakukan secara bertahap, misalnya dimulai dari zinah pandangan mata yang dianggap dosa kecil kemudian berkembang menjadi zinah tubuh. Dosa-dosa kecil yang disepelekan merupakan proses pendidikan jahat (pembiasaan) untuk menyepelekan dosa-dosa besar. Karena itu basmilah dosa-dosa kecil selagi belum tumbuh menjadi dosa besar.
4. Jiwa yang
selalu memerintahkan berbuat jahat
Ibnul Qayyim Al Jauziyyah mengatakan, Allah menggabungkan dua jiwa, yakni jiwa jahat dan jiwa yang tenang sekaligus dalam diri manusia, dan mereka saling bermusuhan dalam diri seorang manusia. Disaat salah satu melemah, maka yang lain menguat. Perang antar keduanya berlangsung terus hingga si empunya jiwa meninggal dunia. Adalah sungguh merugi orang-orang yang jiwa jahatnya menguasai tubuhnya. Seperti sabda Rasulullah, “..barang siapa yang diberi petunjuk Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang disesatkannya maka tidak ada seorangpun yang dapat memberinya petunjuk”. Sifat lalai, tidak mau belajar agama, sombong dan tidak peduli merupakan beberapa cara untuk membiarkan jiwa jahat dalam tubuh kita berkuasa. Sedangkan sifat rendah hati, mau belajar, mau melakukan instropeksi (muhasabah) merupakan cara untuk memperkuat jiwa kebaikan (jiwa tenang) yang ada dalam tubuh kita.
Ibnul Qayyim Al Jauziyyah mengatakan, Allah menggabungkan dua jiwa, yakni jiwa jahat dan jiwa yang tenang sekaligus dalam diri manusia, dan mereka saling bermusuhan dalam diri seorang manusia. Disaat salah satu melemah, maka yang lain menguat. Perang antar keduanya berlangsung terus hingga si empunya jiwa meninggal dunia. Adalah sungguh merugi orang-orang yang jiwa jahatnya menguasai tubuhnya. Seperti sabda Rasulullah, “..barang siapa yang diberi petunjuk Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang disesatkannya maka tidak ada seorangpun yang dapat memberinya petunjuk”. Sifat lalai, tidak mau belajar agama, sombong dan tidak peduli merupakan beberapa cara untuk membiarkan jiwa jahat dalam tubuh kita berkuasa. Sedangkan sifat rendah hati, mau belajar, mau melakukan instropeksi (muhasabah) merupakan cara untuk memperkuat jiwa kebaikan (jiwa tenang) yang ada dalam tubuh kita.
Sebab-sebab
dari luar diri kita (External) :
1. Syaitan
Syaitan adalah musuh manusia. Tujuan syaitan adalah untuk merusak keimanan orang. Siapa saja yang tidak membentengi dirinya dengan selalu mengingat Allah maka ia menjadi sarang syaitan, menjerumuskannya dalam kesesatan, ketidak patuhan terhadap Allah, membujuknya melakukan dosa.
Syaitan adalah musuh manusia. Tujuan syaitan adalah untuk merusak keimanan orang. Siapa saja yang tidak membentengi dirinya dengan selalu mengingat Allah maka ia menjadi sarang syaitan, menjerumuskannya dalam kesesatan, ketidak patuhan terhadap Allah, membujuknya melakukan dosa.
2. Bujukan
dan rayuan dunia
Allah SWT berfirman : “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”. (QS, al-Hadiid 57:20).
Tujuan hidup manusia seluruhnya untuk akhirat. Apapun kegiatan dunia yang kita lakukan, seperti mencari nafkah, menonton TV, bertemu teman dan keluarga, seharusnya semua itu ditujukan untuk meraih pahala akhirat. Tidak secuilpun dari kegiatan duniawi boleh dilepaskan dari aturan main yang diperintahkan atau dilarang Allah. Ibnul Qayyim mengibaratkan hati sebagai suatu wadah bagi tujuan hidup manusia (akhirat dan duniawi) dengan kapasitas (daya tampung) tertentu. Ketika tujuan duniawi tumbuh maka ia akan mengurangi porsi tujuan akhirat. Ketika porsi tujuan akhirat bertambah maka porsi tujuan duniawi berkurang. Dalam situasi dimana tujuan dunia menguasai hati kita maka hanya tersisa sedikit porsi akhirat di hati kita, dan inilah awal dari menurunnya keimanan kita.
Allah SWT berfirman : “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”. (QS, al-Hadiid 57:20).
Tujuan hidup manusia seluruhnya untuk akhirat. Apapun kegiatan dunia yang kita lakukan, seperti mencari nafkah, menonton TV, bertemu teman dan keluarga, seharusnya semua itu ditujukan untuk meraih pahala akhirat. Tidak secuilpun dari kegiatan duniawi boleh dilepaskan dari aturan main yang diperintahkan atau dilarang Allah. Ibnul Qayyim mengibaratkan hati sebagai suatu wadah bagi tujuan hidup manusia (akhirat dan duniawi) dengan kapasitas (daya tampung) tertentu. Ketika tujuan duniawi tumbuh maka ia akan mengurangi porsi tujuan akhirat. Ketika porsi tujuan akhirat bertambah maka porsi tujuan duniawi berkurang. Dalam situasi dimana tujuan dunia menguasai hati kita maka hanya tersisa sedikit porsi akhirat di hati kita, dan inilah awal dari menurunnya keimanan kita.
3. Pergaulan
yang buruk
Rasulullah bersabda : “Seseorang itu terletak pada agama teman dekatnya, sehingga masing-masing kamu sebaiknya melihat kepada siapa dia mengambil teman dekatnya” (HR Tirmidzi, Abu Dawud, al-Hakim, al-Baghawi).
Seorang teman yang sholeh selalu memperhatikan perintah dan larangan Allah, karenanya ia selalu mengajak siapa saja orang disekitarnya untuk menuju kepada kebaikan dan mengingatkan mereka bila mendekati kemungkaran. Teman dan sahabat yang sholeh sangat penting kita miliki di zaman kini dimana pergaulan manusia sudah sangat bebas dan tidak lagi memperhatikan nilai-nilai agama Islam. Berada diantara teman-teman yang sholeh akan membuat seorang wanita tidak merasa asing bila mengenakan jilbab. Demikian pula seorang pria bisa merasa bersalah bila ia membicarakan aurat wanita diantara orang-orang sholeh. Sebaliknya berada diantara orang-orang yang tidak sholeh atau berperilaku buruk menjadikan kita dipandang aneh bila berjilbab atau bahkan ketika hendak melakukan sholat.
Rasulullah bersabda : “Seseorang itu terletak pada agama teman dekatnya, sehingga masing-masing kamu sebaiknya melihat kepada siapa dia mengambil teman dekatnya” (HR Tirmidzi, Abu Dawud, al-Hakim, al-Baghawi).
Seorang teman yang sholeh selalu memperhatikan perintah dan larangan Allah, karenanya ia selalu mengajak siapa saja orang disekitarnya untuk menuju kepada kebaikan dan mengingatkan mereka bila mendekati kemungkaran. Teman dan sahabat yang sholeh sangat penting kita miliki di zaman kini dimana pergaulan manusia sudah sangat bebas dan tidak lagi memperhatikan nilai-nilai agama Islam. Berada diantara teman-teman yang sholeh akan membuat seorang wanita tidak merasa asing bila mengenakan jilbab. Demikian pula seorang pria bisa merasa bersalah bila ia membicarakan aurat wanita diantara orang-orang sholeh. Sebaliknya berada diantara orang-orang yang tidak sholeh atau berperilaku buruk menjadikan kita dipandang aneh bila berjilbab atau bahkan ketika hendak melakukan sholat.
Menaikkan
kadar iman bukanlah suatu pekerjaan mudah, karena begitu banyak usaha (menuntut
ilmu, amalan-amalan) yang harus kita lakukan disamping godaan (syaitan,
duniawi) yang akan kita hadapi. Paling tidak kita termasuk orang-orang yang
lebih beruntung dibanding orang lain yang belum sempat mengetahui “sebab-sebab
naik-turunnya iman” dalam tulisan ini. Mari kita ingatkan teman-teman kita
dengan menyebarkan tulisan ini.
Sumber :
1. Sebab-sebab Naik Turunnya Iman, oleh Syaikh Abdur Razzaaq al-Abbaad
2. Asma’ul Husna, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
3. Penawar Hati yang Sakit, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
1. Sebab-sebab Naik Turunnya Iman, oleh Syaikh Abdur Razzaaq al-Abbaad
2. Asma’ul Husna, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
3. Penawar Hati yang Sakit, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
http://kebunhidayah.wordpress.com/2009/05/19/sebab-sebab-naik-turunnya-iman-dan-cara-meningkatkan-keimanan/
Sabtu, 20 Maret 2010
Rabu, 03 Maret 2010
LAPORAN PENDAHULUAN SIADH
(SINDROME OF INAPPROPRIATE ANTIDIURETIK HORMON)
A. PENGERTIAN
1) SIADH adalah suatu karakteristik atau ciri dan tanda yang disebabkan oleh ketidakmampuan ginjal mengabsorpsi atau menyerap air dalam bentuk ADH yang berasal dari hipofisis posterior. (Barbara K.Timby)
2) SIDH adalah syndrome yang diakibatkan karena ekresi ADH yang berlebihan dari lobus posterior dan dari sumber ektopik yang lain. (Black dan Matassarin Jacob, 1993)
3) SIADH adalah gangguan yang berhubungan dengan peningkatan jumlah ADH akibat ketidakseimbangan cairan. (Corwin, 2001)
4) SIADH adalah gangguan pada hipofisis posterior akibat peningkatan pengeluaran ADH sebagai respon terhadap peningkatan osmolaritas darah dalam tingkat yang lebih ringan. (Corwin, 2001)
B. ETIOLOGI
Produksi dari vasopressin oleh sel tumor (seperti bronkogenik, pankreatik, kanker prostate dan limfoma dari duodenum, tymus dan kandung kemih adalah yang paling umum sering meyebabkan SIADH). (Black dan Matassarin, 1993) factor lain yang menyebabkan SIADH :
- Kelebihan vasopressin
- Peningkatan tekanan intracranial baik pada proses infeksi maupun trauma pada otak.
- Proses inflamasi (virus dan bakteri pneumonia)
- Obat yang dapat merangsang atau melepaskan vasopressin (vinuristin, cisplatin, dan ocytocin)
- Penyakit endokrin seperti insufislensi adrenal, mixedema dan insufisiensi pituitary anterior
1
- Analgesic
- Muntah
Faktor Pencetus :
1. Trauma Kepala
2. Meningitis.
3. Ensefalitis.
4. Neoplasma.
5. Cedera Serebrovaskuler.
6. Pembedahan.
7. Penyakit Endokrin.
C. PATOFISIOLOGI
Pengeluaran berlanjut dari ADH menyebabkan retensi air dari tubulus ginjal dan duktus. Volume cairan ekstra selluler meningkat dengan hiponatremi delusional. Dalam kondisi hiponatremi menekan rennin dan sekresi aldosteron menyebabkan penurunan Na direabsorbsi tubulus proximal. Dalam keadaan normal, ADH mengatur osmolaritas serum. Bila osmolaritas serum menurun, mekanisme feedback akan menyebabkan inhibisi ADH. Hal ii akan mengembalikan dan meningkatkan ekskresi cairan oleh ginjal untuk meningkatkan osmolaritas serum menjadi normal.
Pada pelepasan ADH berlanjut tanpa control umpan balik, walaupun osmolaritas plasma darah dan volume darah meningkat. Kelainan biokimiawi pada keadaan yang kronik, Na turun Kalium naik, kadang-kadang terdapat keadaan yang disertai semua kadar elektrolit dalam serum masih normal dan satu-satunya kelainan biokimiawi hanya hipoglikemi. Atrofi adrenal yang idiopatik menyebabkan korteks kolaps, sel-sel kolaps yang masih hidup mengalami pembesaran dengan sitoplasma eosinofil. ( Black dan Matassarin Jacob, 1993)
2
D. PATHWAY
Out put ADH yang berlebih
Kelainan Retensi Pengingkatan Atrofi
biokimia air volume CES adrenal
Penurunan Na Intoksikasi Menekan renin Korteks
kenaikan cairan dan sekresi adrenal
hipoglekemia aldosteron kolaps
Penurunan Na di Sel korteks
tubulus proximal yang masih
Gangguan Perubahan hidup
proses pikir nutrisi kurang membesar
dari kebutuhan
tubuh
SIADH
Volume cairan berlebih
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi yang berhubungan dengan SIADH adalah :
1. hiponatremi, kebingungan, kesadaran menurun/letargi sensitive koma, mobilitas gastrointestinal menurun (Anorexia).
2. peningkatan berat badan secara tiba-tiba (tapa oedema) sekitar 5-10 %.
3. distensi vena jugularis.
4. takhipnea.
5. Kelemahan
6. Letargi
7. Peningkatan BB
3
8. Sakit kepala
9. Mual dan muntah
10. Kekacauan mental.
11. Kejang.
12. Penurunan keluaran urine
F. KOMPLIKASI
Gejala-gejala neurologis dapat berkisar dari nyeri kepala dan konfunsi sampai kejang otot,koma dan intoksikasi air.
G. PENATALAKSANAAN
a) Tujuan
• Mencari penyebabnya jika mungkin
• Ukur cairan elektrolit yang tidak seimbang
• Cegah komplikasi
b) Rencana non farmakologi
• Pembatasan cairan (control kemungkinan kelebihan cairan)
• Pembatasan sodium
c) Rencana farmakologi
• Penggunaan diuretic untuk mencari plasma osmolaritas rendah
• Obat/penggunaan obat demeeloculine, untuk menekan vosopresin
• Hiperosmolaritas, volume oedema menurun
• Ketidakseimbangan system metabolic, kandungan dari hipertonik saline 3 % secara perlahan-lahan mengatasihiponatremi dan peningkatan osmolaritas serum (dengan peningkatan = overload) cairan dengan cara penyelesaian ini mungkin disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif.
• Pengobatan khusus = prosedur pembedahan
4
Pengangkatan jaringan yang mensekresikan ADH, apabila ADH bersal dari produksi tumor ektopik, maka terapi ditujukan untuk menghilangkan tumor tersebut.
Penyuluhan yang dilakukan bagi penderita SIADH antara lain :
a. Pentingnya memenuhi batasan cairan untuk periode yang di programkan untuk membantu pasien merencanakan masukan cairan yang diizinkan(menghemat cairan untuk situasi social dan rekreasi).
b. Perkaya diit dengan garam Na dan K dengan aman. Jika perlu, gunakan diuretic secara kontinyu.
c. Timbang berat badan pasien sebagai indicator dehidrasi.
d. Indicator intoksikasi air dan hiponat : sakit kepala, mual, muntah, anoreksia segera lapor dokter.
e. Obat-obatan yang meliputi nama obat, tujuan, dosis, jadwal, potensial efek samping.
f. Pentingnya tindak lanjut medis : tanggal dan waktu.
g. Untuk kasus ringan,retreksi cairan cukup dengan mengontrol gejala sampai sindrom secara spontan lenyap.Apabila penyakit lebih parah,maka diberikan diuretik dan obat yang menghambat kerja ADH di tubulus pengumpul.Kadang-kadang digunakan larutan natrium klorida hipertonik untuk meningkatkan konsentrasi natrium plasma.
Apabila ADH berasal dari produksi tumor ektopik,maka terapi untuk menghilangkan tumor tersebut.
5
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA SIADH
A. PENGKAJIAN
o Pantau status cairan dan elektrolit.
o Monitor status neurologis yang berhubungan dengan hiponatremi dan segera lakukan tindakan untuk mengatasinya.
o Catat perubahan berat badan (BBI jika ada peningkatan dari 1 kg laporkan pada dokter).
Pengkajian Fisik
• Inspeksi
- Vena leher penuh.
- Twiching pada otot.
• Perkusi
- Penurunan refleks tendon dalam.
• Auskultasi
- Kardiovaskuler : Takikardia.
Pemeriksaan Diagnostik
Natrium serum menurun <135 M Eq/L.
Natrium urin kurang dari 15 M Eq/L,menandakan konservasi ginjal terhadap Na.Natrium urin > 20 M Eq/L menandakan SIADH.
Kalium serum,mungkin turun sesuai upaya ginjal untuk menghemat Na dan Kalium sedikit.
Klorida/bikarbonat serum:mungkin menurun,tergantung ion mana yang hilang dengan DNA.
Osmolalitas,umumnya rendah tetapi mungkin normal atau tinggi.
Osmolalitas urin,dapat turun/biasa < 100 m osmol/L kecuali pada SIADH dimana kasus ini akan melebihi osmolalitas serum.
Berat jenis urin:meningkat (< 1,020) bila ada SIADH.
6
Ht,tergantung pada keseimbangan cairan,misalnya:kelebihan cairan melawan dehidrasi.
Pemeriksaan darah yang mengatur peningkatan kadar ADH disertai penurunan osmolalitas plasma dan hiponatremia (penurunan konsentrasi natrium,natrium serum menurun sampai 170 M Eq/L.
Prosedur khusus :tes fungsi ginjal adrenal,dan tiroid normal.
Pengawasan di tempat tidur : peningkatan tekanan darah.
Pemeriksaan laboratorium : penurunan osmolalitas,serum,hiponatremia,hipokalemia,peningkatan natrium urin.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Volume cairan berlebih berhubungan dengan sekresi ADH yang berlebihan.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan perubahan absorbsi nutrisi dan natrium.
3. Gangguan proses pikir berhubungan dengan penurunan kadar Na.
C. INTERVENSI
DX I : Volume cairan berlebih berhubungan dengan sekresi ADH yang berlebihan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan terjadi keseimbangan cairan dan tidak ada oedem pada tubuh serta pengeluaran urin kembali seimbang.
NOC : Fluid Balance
Kriteria Hasil :
1. Tekanan darah normal.
2. Denyut nadi normal.
3. Denyut nadi teraba.
4. Tidak terjadi acites/oedema pada perut.
5. Masukan selama 24 jam seimbang.
6. BB tidak menurun.
7
7. Penegangan pada vena jugularis tidak teraba.
8. Hematokrit normal.
9. Turgor kulit baik.
NIC : Fluid/Electrolyte management.
Intervensi :
1. Kaji keadaan umum pasien.
2. Kaji tanda-tanda vital.
3. Monitor tanda dan gejala peningkatan retensi urine.
4. Pantau masukan dan keluaran urine serta hitung keseimbangan cairan.
5. Berikan/batasi ciaran tergantung pada status volume cairan.
6. Kolaborasi medis untuk pemberian obat-obatan.
DX II : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan perubahan absorbsi nutrisi dan natrium.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan BB stabil,pasien bebas dari tanda-tanda malnutrisi dan pasien dapat mengumpulkan energi untuk beraktivitas kembali.
NOC : Nutritional status:food and fluid intake.
Kriteria Hasil :
1. Asupan nutrisi.
2. Asupan makanan dan cairan.
3. BB meningkat.
4. Kekuatan dapat terkumpul kembali.
5. Stamina
NIC : 1. Nutrition Management
2. Nutrition terapi
Intervensi :
NIC I
1. Kaji BB
2. Berikan makanan tinggi kalori untuk peningkatan energi.
8
3. Berikan makanan tinggi Na.
4. Tingkatkan makanan yang mengandung protein,vitamin dan besi apabila dianjurkan.
NIC II
1. Berikan lingkungan nyaman pada saat pasien makan.
2. Lakukan perawatan mulut sebelum pasien makan.
3. Sediakan makanan yang menarik untuk pasien agar pasien merasa tertarik.
4. Ajari pasien dan keluarga tentang diet yang harus diberikan.
DX III : Gangguan proses pikir berhubungan dengan penurunan kadar Na.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan tingkat kesadaran dapat meningkat kembali.
NOC : Cognitive ability
Kriteria hasil :
1. Pasien mampu berkomunikasi dengan baik.
2. Pasien bisa meningkatkan konsentrasinya.
3. Orientasi pasien kembali normal.
4. Proses informasi bisa kembali lancar.
NIC : Electrolyte management ; Hyponatremia.
1. Kaji keadaan umum pasien.
2. Monitor TTV.
3. Batasi aktivitas pasien untuk mengumpulkan energi.
4. Berikan larutan hipertonik (3%-5%) 3ml/kg/jam sesuai dengan keluhan hyponatremia.
5. Monitor fungsi ginjal.
6. Timbang BB.
9
D. EVALUASI
DX KRITERIA HASIL SKALA INDICATOR SKALA
I - Tekanan darah normal.
- Denyut nadi normal.
- Denyut nadi teraba.
- Tidak terjadi acites/oedema pada perut.
- Masukan selama 24 jam seimbang.
- BB tidak menurun.
- Penegangan pada vena jugularis tidak teraba.
- Hematokrit normal.
- Turgor kulit baik.
3
3
4
4
3
3
3
4
4 1 : Tidak pernah menunjukkan.
2 : Jarang menunjukkan.
3 : Kadang menunjukkan.
4 : Sering menunjukkan.
5 : Selalu menunjukkan.
1 : Tidak pernah menunjukkan.
2 : Jarang menunjukkan.
3 : Kadang menunjukkan.
4 : Sering menunjukkan.
5 : Selalu menunjukkan.
II - Asupan nutrisi.
- Asupan makanan dan cairan.
- BB meningkat.
- kekuatan dapat terkumpul kembali.
- Stamina
3
3
3
3
3
1 : Tidak pernah menunjukkan.
2 : Jarang menunjukkan.
3 : Kadang menunjukkan.
4 : Sering menunjukkan.
5 : Selalu menunjukkan.
III -Pasien mampu berkomunikasi dengan baik.
-Pasien bisa meningkatkan konsentrasinya.
-Orientasi pasien kembali normal.
-Proses informasi bisa kembali lancar.
3
3
3
3
1 : Selalu kompromi.
2 : Sering kompromi.
3 : Kadang kompromi.
4 : Sering kompromi.
5 : Tidak kompromi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
SIADH ditandai oleh peningkatan pelepasan ADH dari hipofisis posterior.Peningkatan pengeluaran ADH biasanya terjadi sebagai respon terhadap peningkatan osmolalitas plasma (penurunan konsentrasi air plasma) atau penurunan tekanan darah.Penyebabnya adalah cedera,pembedahan,tumor-tumor si luar SSP terutama karsinoma bronkogenik.
Tanda-tanda : Retensi urine,penurunan pengeluaran urine,mual dan muntah yang semakin parah seiring dengan intoksikasi air.
B. Saran
Bagi penderita SIADH yang masih ringan,retriksi cairan cukup dengan pembatasan cairan dan pembatasan sodium.Dan penderita dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya dan mengikuti prosedur diit yang dianjurkan.
11
DAFTAR PUSTAKA
Black M. Matassarin and Jacob M.Ester, 1997. Medical Surgical Nursing Ed.3 . Philadelphia : W.B. sounders.
Corwin,J.Elizabet. 1996. Patofisiologi:Sistem Endokrin. Jakarta : EGC.
Doengoes,Marilyn C. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC.
Greenspan francis. 1998. Endokrinologi Dasar dan Klinik Edisi 4. Jakarta : EGC.
Jhonson,Marion,dkk. 1997. Iowa Outcomes Project Nursing Classification (NOC) Edisi 2. St. Louis ,Missouri ; Mosby.
Laura A. Talbot dan Mary Meyer . 1997. Pengkajian Keperawatan Kritis edisi 2. Jakarta : EGC.
Long,Barbara. 1996. Praktek Perawatan Medikal Bedah. Bandung : Yayasan IAPK.
Mc Closkey, Joanner. 1996 . Iowa Intervention Project Nursing Intervention Classification (NIC) Edisi 2. Westline Industrial Drive, St.
Louis :Mosby.
Price,Sylvia. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC.
Santosa,Budi . 2005 - 2006. Diagnosa Keperawatan NANDA . Jakarta : Prima Medika.
12
(SINDROME OF INAPPROPRIATE ANTIDIURETIK HORMON)
A. PENGERTIAN
1) SIADH adalah suatu karakteristik atau ciri dan tanda yang disebabkan oleh ketidakmampuan ginjal mengabsorpsi atau menyerap air dalam bentuk ADH yang berasal dari hipofisis posterior. (Barbara K.Timby)
2) SIDH adalah syndrome yang diakibatkan karena ekresi ADH yang berlebihan dari lobus posterior dan dari sumber ektopik yang lain. (Black dan Matassarin Jacob, 1993)
3) SIADH adalah gangguan yang berhubungan dengan peningkatan jumlah ADH akibat ketidakseimbangan cairan. (Corwin, 2001)
4) SIADH adalah gangguan pada hipofisis posterior akibat peningkatan pengeluaran ADH sebagai respon terhadap peningkatan osmolaritas darah dalam tingkat yang lebih ringan. (Corwin, 2001)
B. ETIOLOGI
Produksi dari vasopressin oleh sel tumor (seperti bronkogenik, pankreatik, kanker prostate dan limfoma dari duodenum, tymus dan kandung kemih adalah yang paling umum sering meyebabkan SIADH). (Black dan Matassarin, 1993) factor lain yang menyebabkan SIADH :
- Kelebihan vasopressin
- Peningkatan tekanan intracranial baik pada proses infeksi maupun trauma pada otak.
- Proses inflamasi (virus dan bakteri pneumonia)
- Obat yang dapat merangsang atau melepaskan vasopressin (vinuristin, cisplatin, dan ocytocin)
- Penyakit endokrin seperti insufislensi adrenal, mixedema dan insufisiensi pituitary anterior
1
- Analgesic
- Muntah
Faktor Pencetus :
1. Trauma Kepala
2. Meningitis.
3. Ensefalitis.
4. Neoplasma.
5. Cedera Serebrovaskuler.
6. Pembedahan.
7. Penyakit Endokrin.
C. PATOFISIOLOGI
Pengeluaran berlanjut dari ADH menyebabkan retensi air dari tubulus ginjal dan duktus. Volume cairan ekstra selluler meningkat dengan hiponatremi delusional. Dalam kondisi hiponatremi menekan rennin dan sekresi aldosteron menyebabkan penurunan Na direabsorbsi tubulus proximal. Dalam keadaan normal, ADH mengatur osmolaritas serum. Bila osmolaritas serum menurun, mekanisme feedback akan menyebabkan inhibisi ADH. Hal ii akan mengembalikan dan meningkatkan ekskresi cairan oleh ginjal untuk meningkatkan osmolaritas serum menjadi normal.
Pada pelepasan ADH berlanjut tanpa control umpan balik, walaupun osmolaritas plasma darah dan volume darah meningkat. Kelainan biokimiawi pada keadaan yang kronik, Na turun Kalium naik, kadang-kadang terdapat keadaan yang disertai semua kadar elektrolit dalam serum masih normal dan satu-satunya kelainan biokimiawi hanya hipoglikemi. Atrofi adrenal yang idiopatik menyebabkan korteks kolaps, sel-sel kolaps yang masih hidup mengalami pembesaran dengan sitoplasma eosinofil. ( Black dan Matassarin Jacob, 1993)
2
D. PATHWAY
Out put ADH yang berlebih
Kelainan Retensi Pengingkatan Atrofi
biokimia air volume CES adrenal
Penurunan Na Intoksikasi Menekan renin Korteks
kenaikan cairan dan sekresi adrenal
hipoglekemia aldosteron kolaps
Penurunan Na di Sel korteks
tubulus proximal yang masih
Gangguan Perubahan hidup
proses pikir nutrisi kurang membesar
dari kebutuhan
tubuh
SIADH
Volume cairan berlebih
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi yang berhubungan dengan SIADH adalah :
1. hiponatremi, kebingungan, kesadaran menurun/letargi sensitive koma, mobilitas gastrointestinal menurun (Anorexia).
2. peningkatan berat badan secara tiba-tiba (tapa oedema) sekitar 5-10 %.
3. distensi vena jugularis.
4. takhipnea.
5. Kelemahan
6. Letargi
7. Peningkatan BB
3
8. Sakit kepala
9. Mual dan muntah
10. Kekacauan mental.
11. Kejang.
12. Penurunan keluaran urine
F. KOMPLIKASI
Gejala-gejala neurologis dapat berkisar dari nyeri kepala dan konfunsi sampai kejang otot,koma dan intoksikasi air.
G. PENATALAKSANAAN
a) Tujuan
• Mencari penyebabnya jika mungkin
• Ukur cairan elektrolit yang tidak seimbang
• Cegah komplikasi
b) Rencana non farmakologi
• Pembatasan cairan (control kemungkinan kelebihan cairan)
• Pembatasan sodium
c) Rencana farmakologi
• Penggunaan diuretic untuk mencari plasma osmolaritas rendah
• Obat/penggunaan obat demeeloculine, untuk menekan vosopresin
• Hiperosmolaritas, volume oedema menurun
• Ketidakseimbangan system metabolic, kandungan dari hipertonik saline 3 % secara perlahan-lahan mengatasihiponatremi dan peningkatan osmolaritas serum (dengan peningkatan = overload) cairan dengan cara penyelesaian ini mungkin disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif.
• Pengobatan khusus = prosedur pembedahan
4
Pengangkatan jaringan yang mensekresikan ADH, apabila ADH bersal dari produksi tumor ektopik, maka terapi ditujukan untuk menghilangkan tumor tersebut.
Penyuluhan yang dilakukan bagi penderita SIADH antara lain :
a. Pentingnya memenuhi batasan cairan untuk periode yang di programkan untuk membantu pasien merencanakan masukan cairan yang diizinkan(menghemat cairan untuk situasi social dan rekreasi).
b. Perkaya diit dengan garam Na dan K dengan aman. Jika perlu, gunakan diuretic secara kontinyu.
c. Timbang berat badan pasien sebagai indicator dehidrasi.
d. Indicator intoksikasi air dan hiponat : sakit kepala, mual, muntah, anoreksia segera lapor dokter.
e. Obat-obatan yang meliputi nama obat, tujuan, dosis, jadwal, potensial efek samping.
f. Pentingnya tindak lanjut medis : tanggal dan waktu.
g. Untuk kasus ringan,retreksi cairan cukup dengan mengontrol gejala sampai sindrom secara spontan lenyap.Apabila penyakit lebih parah,maka diberikan diuretik dan obat yang menghambat kerja ADH di tubulus pengumpul.Kadang-kadang digunakan larutan natrium klorida hipertonik untuk meningkatkan konsentrasi natrium plasma.
Apabila ADH berasal dari produksi tumor ektopik,maka terapi untuk menghilangkan tumor tersebut.
5
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA SIADH
A. PENGKAJIAN
o Pantau status cairan dan elektrolit.
o Monitor status neurologis yang berhubungan dengan hiponatremi dan segera lakukan tindakan untuk mengatasinya.
o Catat perubahan berat badan (BBI jika ada peningkatan dari 1 kg laporkan pada dokter).
Pengkajian Fisik
• Inspeksi
- Vena leher penuh.
- Twiching pada otot.
• Perkusi
- Penurunan refleks tendon dalam.
• Auskultasi
- Kardiovaskuler : Takikardia.
Pemeriksaan Diagnostik
Natrium serum menurun <135 M Eq/L.
Natrium urin kurang dari 15 M Eq/L,menandakan konservasi ginjal terhadap Na.Natrium urin > 20 M Eq/L menandakan SIADH.
Kalium serum,mungkin turun sesuai upaya ginjal untuk menghemat Na dan Kalium sedikit.
Klorida/bikarbonat serum:mungkin menurun,tergantung ion mana yang hilang dengan DNA.
Osmolalitas,umumnya rendah tetapi mungkin normal atau tinggi.
Osmolalitas urin,dapat turun/biasa < 100 m osmol/L kecuali pada SIADH dimana kasus ini akan melebihi osmolalitas serum.
Berat jenis urin:meningkat (< 1,020) bila ada SIADH.
6
Ht,tergantung pada keseimbangan cairan,misalnya:kelebihan cairan melawan dehidrasi.
Pemeriksaan darah yang mengatur peningkatan kadar ADH disertai penurunan osmolalitas plasma dan hiponatremia (penurunan konsentrasi natrium,natrium serum menurun sampai 170 M Eq/L.
Prosedur khusus :tes fungsi ginjal adrenal,dan tiroid normal.
Pengawasan di tempat tidur : peningkatan tekanan darah.
Pemeriksaan laboratorium : penurunan osmolalitas,serum,hiponatremia,hipokalemia,peningkatan natrium urin.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Volume cairan berlebih berhubungan dengan sekresi ADH yang berlebihan.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan perubahan absorbsi nutrisi dan natrium.
3. Gangguan proses pikir berhubungan dengan penurunan kadar Na.
C. INTERVENSI
DX I : Volume cairan berlebih berhubungan dengan sekresi ADH yang berlebihan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan terjadi keseimbangan cairan dan tidak ada oedem pada tubuh serta pengeluaran urin kembali seimbang.
NOC : Fluid Balance
Kriteria Hasil :
1. Tekanan darah normal.
2. Denyut nadi normal.
3. Denyut nadi teraba.
4. Tidak terjadi acites/oedema pada perut.
5. Masukan selama 24 jam seimbang.
6. BB tidak menurun.
7
7. Penegangan pada vena jugularis tidak teraba.
8. Hematokrit normal.
9. Turgor kulit baik.
NIC : Fluid/Electrolyte management.
Intervensi :
1. Kaji keadaan umum pasien.
2. Kaji tanda-tanda vital.
3. Monitor tanda dan gejala peningkatan retensi urine.
4. Pantau masukan dan keluaran urine serta hitung keseimbangan cairan.
5. Berikan/batasi ciaran tergantung pada status volume cairan.
6. Kolaborasi medis untuk pemberian obat-obatan.
DX II : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan perubahan absorbsi nutrisi dan natrium.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan BB stabil,pasien bebas dari tanda-tanda malnutrisi dan pasien dapat mengumpulkan energi untuk beraktivitas kembali.
NOC : Nutritional status:food and fluid intake.
Kriteria Hasil :
1. Asupan nutrisi.
2. Asupan makanan dan cairan.
3. BB meningkat.
4. Kekuatan dapat terkumpul kembali.
5. Stamina
NIC : 1. Nutrition Management
2. Nutrition terapi
Intervensi :
NIC I
1. Kaji BB
2. Berikan makanan tinggi kalori untuk peningkatan energi.
8
3. Berikan makanan tinggi Na.
4. Tingkatkan makanan yang mengandung protein,vitamin dan besi apabila dianjurkan.
NIC II
1. Berikan lingkungan nyaman pada saat pasien makan.
2. Lakukan perawatan mulut sebelum pasien makan.
3. Sediakan makanan yang menarik untuk pasien agar pasien merasa tertarik.
4. Ajari pasien dan keluarga tentang diet yang harus diberikan.
DX III : Gangguan proses pikir berhubungan dengan penurunan kadar Na.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan tingkat kesadaran dapat meningkat kembali.
NOC : Cognitive ability
Kriteria hasil :
1. Pasien mampu berkomunikasi dengan baik.
2. Pasien bisa meningkatkan konsentrasinya.
3. Orientasi pasien kembali normal.
4. Proses informasi bisa kembali lancar.
NIC : Electrolyte management ; Hyponatremia.
1. Kaji keadaan umum pasien.
2. Monitor TTV.
3. Batasi aktivitas pasien untuk mengumpulkan energi.
4. Berikan larutan hipertonik (3%-5%) 3ml/kg/jam sesuai dengan keluhan hyponatremia.
5. Monitor fungsi ginjal.
6. Timbang BB.
9
D. EVALUASI
DX KRITERIA HASIL SKALA INDICATOR SKALA
I - Tekanan darah normal.
- Denyut nadi normal.
- Denyut nadi teraba.
- Tidak terjadi acites/oedema pada perut.
- Masukan selama 24 jam seimbang.
- BB tidak menurun.
- Penegangan pada vena jugularis tidak teraba.
- Hematokrit normal.
- Turgor kulit baik.
3
3
4
4
3
3
3
4
4 1 : Tidak pernah menunjukkan.
2 : Jarang menunjukkan.
3 : Kadang menunjukkan.
4 : Sering menunjukkan.
5 : Selalu menunjukkan.
1 : Tidak pernah menunjukkan.
2 : Jarang menunjukkan.
3 : Kadang menunjukkan.
4 : Sering menunjukkan.
5 : Selalu menunjukkan.
II - Asupan nutrisi.
- Asupan makanan dan cairan.
- BB meningkat.
- kekuatan dapat terkumpul kembali.
- Stamina
3
3
3
3
3
1 : Tidak pernah menunjukkan.
2 : Jarang menunjukkan.
3 : Kadang menunjukkan.
4 : Sering menunjukkan.
5 : Selalu menunjukkan.
III -Pasien mampu berkomunikasi dengan baik.
-Pasien bisa meningkatkan konsentrasinya.
-Orientasi pasien kembali normal.
-Proses informasi bisa kembali lancar.
3
3
3
3
1 : Selalu kompromi.
2 : Sering kompromi.
3 : Kadang kompromi.
4 : Sering kompromi.
5 : Tidak kompromi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
SIADH ditandai oleh peningkatan pelepasan ADH dari hipofisis posterior.Peningkatan pengeluaran ADH biasanya terjadi sebagai respon terhadap peningkatan osmolalitas plasma (penurunan konsentrasi air plasma) atau penurunan tekanan darah.Penyebabnya adalah cedera,pembedahan,tumor-tumor si luar SSP terutama karsinoma bronkogenik.
Tanda-tanda : Retensi urine,penurunan pengeluaran urine,mual dan muntah yang semakin parah seiring dengan intoksikasi air.
B. Saran
Bagi penderita SIADH yang masih ringan,retriksi cairan cukup dengan pembatasan cairan dan pembatasan sodium.Dan penderita dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya dan mengikuti prosedur diit yang dianjurkan.
11
DAFTAR PUSTAKA
Black M. Matassarin and Jacob M.Ester, 1997. Medical Surgical Nursing Ed.3 . Philadelphia : W.B. sounders.
Corwin,J.Elizabet. 1996. Patofisiologi:Sistem Endokrin. Jakarta : EGC.
Doengoes,Marilyn C. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC.
Greenspan francis. 1998. Endokrinologi Dasar dan Klinik Edisi 4. Jakarta : EGC.
Jhonson,Marion,dkk. 1997. Iowa Outcomes Project Nursing Classification (NOC) Edisi 2. St. Louis ,Missouri ; Mosby.
Laura A. Talbot dan Mary Meyer . 1997. Pengkajian Keperawatan Kritis edisi 2. Jakarta : EGC.
Long,Barbara. 1996. Praktek Perawatan Medikal Bedah. Bandung : Yayasan IAPK.
Mc Closkey, Joanner. 1996 . Iowa Intervention Project Nursing Intervention Classification (NIC) Edisi 2. Westline Industrial Drive, St.
Louis :Mosby.
Price,Sylvia. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC.
Santosa,Budi . 2005 - 2006. Diagnosa Keperawatan NANDA . Jakarta : Prima Medika.
12
KONSEP DASAR HYPOPARATIROIDISME
A. Definisi
Hypoparatiroidisme adalah kelainan metabolic yang ditandai oleh hipokalsemia dan dengan akibat perubahan-perubahan neuromuskuler dan mental
Hypoparatiroidisme adalah penurunan produksi hormone oleh kelenjar paratiroid, menyebabkan kadar kalsium dalam darah rendah. Hipokalsimea menyebabkan eksitabilitas neuromuscular dan kontraksi muscular.
Bagian tubuh yang terkena adalah kelenjar tiroid pada leher, gigi, yang mempengaruhi semua jaringan tubuh, terutama jantung, pembuluh darah, tulang, ginjal, gastrointestinal, saraf pusat dan kulit, menyerang pada semua jenis kelamin dan umur.
B. Etiologi
Hypoparatiroidisme dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
1. penyebab hypoparatiroidisme yang paling sering ditemukan adalah sekresi hormone paratiroid yang kurang adekuat akibat suplai darah terganggu. Hypofungsi paratiroid atas kehilangan fungsi kelenjar paratiroid.
2. komplikasi pembedahan (hipokalsemia) pada jaringan kelenjar paratiroid diangkat pada saat dilakukan tiroidektomi, paratiroidektomi, atau diseksi radikal leher.
3. kerusakan akibat radiasi atas kelenjar tiroid
4. kerusakan akibat perkembangan seperti pada sindrom Di George
5. destruksi autoimun dari kelenjar paratiroid
6. cedera leher
7. hemoksomatosis
8. Sindrom-sindrom autosomal dan gangguan metabolic yang jarang (hipomagnesia)
Risiko terjadinya hypoparatiroidisme meningkat apabila terdapat:
1. infeksi
2. kehamilan
3. obat diuretic
C. Patofisiologi
Gejala hypoparatiroidisme disebabkan oleh defisiensi parathormon yang mengakibatkan kenaikan kadar fosfat darah (hiperfosfatemia) dan penurunan konsentrasi kalsium darah (hipokalsemia). Tanpa adanya parathormon akan terjadi penurunan absorpsi intenstinal kalsium dari tulang dan di sepanjang tubulus renalis. Penurunan ekskresi fosfat melalui ginjal menyebabkan hipofusfaturia dan kadar kalsium serum yang rendah mengakibatkan hipokalsiuria.
Skema:
Defisiensi parathormon
Kenaikan kadar fosfat (hyperfosfatemia) dan penurunan konsentrasi kalsium darah (hipokalsemia)
Penurunan absorpsi intestinal kalsium dari makanan
Penuruna resorpsi kalsium dari tulang dan sepanjang tubulus renalis
Penurunan ekskresi fosfat
Hypoparatiroidisme
D. Phatway Keperawatan
Defisiensi Parathormon
Peningkatan Kadar Fosfat Darah dan Penurunan Konsentrasi Ca Darah
Iritabilitas Sistem Neuromuskuler
Tetanus Kejang
Laten Nyata
Ekstremitas Kaku Bronkospasme Disfagia
E. Manifestasi Klinik
Hipokalsemia menyebabkan iritabilitas sistem neuromuselcular dan turut menimbulkan gejala utama hypoparatiroidisme yang berupa tetanus. Tetanus merupakan hipertonia otot menyeluruh dengan disertai:
Tremor
Konstriksi spasmodic atau tak terkoordinasi yang terjadi dengan atau tanpa upaya untuk melakukan gerakan volunteer
1. Pada Tetanus Laten
Gejala patirasa
Kesemutan dan kram pada ekstremitas dengan keluhan perasaan kaku pada kedua belah tangan serta kaki
Pada tetanus laten, ditunjukkan oleh tanda Trousseau atau Chvostek yang positif.
• Tanda trousseau dianggap positif apabila terjadi spasme karpopedal yang ditimbulkan akibat penyumbatan aliran darah ke lengan selama 3 menit dengan manset tensimeter.
• Tanda chvostek menunjukkan hasil positif apabila pengetukan yang dilakukan secara tiba-tiba di daerah nervus fasialis tepat di depan kelenjar parotis dan di sebelah anterior telinga menyebabkan spasme atau gerakan kedutan di mulut, hidung, dan mata.
2. Pada Tetanus yang Nyata (Overt):
a. Bronkospasme
b. Spasme laring
c. Spasme karpopedal (fleksi sendi siku serta pergelangan tangan dan ekstensi sensi karpofalangeal)
d. Disfagia
e. Fotofobia
f. Aritmia jantung
g. Kejang
h. Ansietas
i. Iritabilitas
j. Depresi, kemunduran mental, psikosis
k. Kulit bersisik dan kuku patah
F. Komplikasi
1. Katarak
2. Kerusakan otak
3. Ketidaknormalan denyut jantung dan gagal jantung kongestif
G. Penatalaksanaan
Tujuan terapi adalah untuk menaikkkan kadar kalsium serum dan menghilangkan gejala hypoparatiroidisme serta hipokalsemia.
1. Pemberian kalsium glukonas intravena adalah terapi yang harus segera dilakukan apabila terjadi hipokalsemia dan tetanus pascatiroidiktomi. Jika terapi ini tidak segera menurunkan iriyabilitas neuromuscular dan serangan kejang, preparat sedative, seperti pentobarbital dapat diberikan.
2. Pemberian preparat parathormon parenteral dapat dilakukan untuk mengatasi hypoparatiroidisme akut diserti tetanus. Namun demikian, akibat tingginya insidens reaksi alergi pada penyuntikan parathormon, maka penggunaan preparat ini dibatasi hanya pada pasien hipokalsemia akut. Pasien yang mendapatkan parathormon memrlukan pemantulan akan adanya perubahan kadar kalsium serum dan reaksi alergi.
3. Preparat vitamin D dengan dosis yang bervariasi biasanya diperlukan dan akan meningkatkan absorpsi kalsium dari traktus gastrointestinal.
a. Dihidrotakiserol (AT 10 atau Hytakerol)
b. Ergokal siferol (vitamin D2)
c. Kolekalsiferol (vitamin D3)
4. Pengaturan lingkungan yang bebas dari suara bising, hembusan angin yang tiba-tiba, cahaya yang terang atau gerakan yang mendadak. Adanya iritabilitas neuromuskuler, penderita hipokalsemia sangat memerlukan lingkungan tersebut.
5. Trakeostomi atau ventilasi mekanis mungkin dibutuhkan bersama dengan obat-pbat bronkodilator jika pasien mengalami gangguan pernapasan. Misalnya; Aminophylin, Ventolin, Salbutamol.
6. Diet tinggi kalsium rendah fosfor
• Meskipun susu, produk susu dan kuning telur merupakan makanan yang tinggi kalsium, jenis makanan ini harus dibatasi karena kandungan fosfornya tinggi.
• Bayam juga perlu dihindari karena mengandung oksalat yang akan membentuk garam kalsium yang tidak larut.
• Tablet oral garam kalsium, seperti kalsium glukonat, dapat diberikan suplemen dalam diet.
• Gel aluminium hidroksida atau karbonat (gelusil, amphojel) diberikan sesudah makan untuk mengikat fosfat dan meningkatkan ekskresi lewat traktus gastrointestinal.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Kaji dengan cermat klien yang berisiko untuk mengalami hypoparatiroidisme akut, seperti pada klien pascatireidoktomi, terhadap terjadinya hipokalsemia tanyakan tentang adanya manifestasi bekas atau semutan disekitar mulut atau ujung jari kaki.
Periksa tanda chvesteks atau trousseaus positif
Mengkaji manifestasi distress pernafasan sekunder terhadap laringospasme
Perubahan fisik nyata seperti kulit dan rambut kering
Kaji terhadap sindrom Parkinson atau adanya katarak
1. Riwayat penyakit
sejak kapan pasien menderita penyakit
apakah ada anggota keluarga yang punya penyakit sama
apakah klien pernah mengalami tindakan operasi khususnya pengangkatan kelenjar parathyroid atau kelenjar tiroid
2. Keluhan utama, meliputi:
kelainan bentuk tulang
pendarahan yang sulit berhenti
kejang-kejang, kesemutan dan lemah
3. Pemeriksaan fisik, mencakup:
kelainan bentuk tulang
tetani
tanda trosseaus dan chovsteks
pernapasan berbunyi (stridor)
rambut jarang dan tipis; pertumbuhan kuku buruk, deformitas dan mudah patah; kulit kering dan kasar
B. Pemeriksaaan Penunjang
1. Sample darah dan urine
Untuk pemeriksaaan kadar kalsium serum
Kadar kalsium serum berkisar dari 5-6 mg/dl (1, hingga 1,5 mmol/L) atau lebih rendah lagi, kadar fosfat dalam serum meningkat.
2. EKG
3. Sinar X dari tulang akan memperlihatkan peningkatan densitas. Klasifikasi akan terlihat pada foto roentgen yang dilakukan terhadap jaringan subkutan atau basal ganglia otak.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif b.d. hipertonia otot pernapasan
2. Ketidakseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) b.d. penurunan absorpsi intestinal
3. Intoleransi aktivitas b.d. kekakuan ekstremitas
4. Resiko cedera b.d. kejang
D. Intervensi
1. DX I : Pola napas tidak efektif b.d.hipertonia otot pernafasan
NOC : Fungsi Otot
Tujuan : agar pola nafas pasien kembali normal
Kriteria hasil :
a. Kekuatan kontraksi otot
b. Irama otot
c. Massa otot
d. Kecepatan bergerak
e. Kontrol pergerakan
Skala : 1 = Sangat kompromi
2 = Cukup kompromi
3 = Sedang kompromi
4 = Sedikit kompromi
5 = Tidak kompromi
NIC : Peningkatan relaksasi otot
Intervensi :
a. Monitor kebutuhanpasien akan oksigen
b. Monitor kemampuan otot poernafasan dalam bernafas
c. Berikan latihan atau tindakan untuk mencegah terjadinya gangguan
d. Atur posisi yang tenang dan menyenangkan
e. Anjurkan pasien untuk bernafas dengan dalam dan pelan
2. DX II : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan absorpsi intestinal.
NOC : Status Nutrisi
Tujuan : Kebutuhan nutrisi pasien tercukupi
Kriteria hasi :
a. Melaporkan nutriosi adekuat
b. Input makanan dan cairan adekuat
c. Energi adekuat
d. Ukuran biokimia
Skala : 1 = Sangat kompromi
2 = Cukup kompromi
3 = Sedang kompromi
4 = Sedikit kompromi
5 = Tidak kompromi
NIC : Terapi Nutrisi
Intervensi :
a. Monitor makanan atau cairan yang dimakan dan dihitung masukan kalori tiap hari
b. Tentukan makanan kesukaan dengan mempertimbangkan budaya dan keyakinanya
c. Kolaborasi : Tentukan makanan yang tepat sebagai program diet
d. Dorong pasien untuk memilih makanan yang lunak
e. Dorong masukan makanan tinggi kalsium
f. Dorong masukan makanan dan cairan rendah pospor
3. DX III : Resiko cidera b.d kejang
NOC : Kontrol Resiko
Tujuan : Resiko cedera terkontrol dan berkurang
Kiteria Hasil :
a. mengetahui resiko
b. memonitor faktor resiko lingkungan
c. memonitor faktor rresiko perileku individu
d. mengembangkan strategi kontrol resiko yang efektif
e. memonitor perubahan status kesehatan
skala : 1 = tak pernah menunj
2 = jarang menunjukkan
3 = kadang menunjukkan
4 = sering menunjukkan
5 = selalu menunjukkan
NIC : Manajemen keamanan lingkungan
Intervensi :
a. identifikasi tingkat kebutuhan pasien akan keamanan
b. identifikasi bahaya yang ada di lingkungannya
c. atur lingkungan unuk meminimalkan resiko cedera
d. gunakan alat pelindung atas situasi yang berbahaya
e. monitor lingkungan untuk perubahan status keamanan
f. awasi pasien terhadap tindakan yang membahayakan.
4. DX IV : Intoleransi aktivitas b.d kekakuan ekstremitas tubuh
NOC : Perawatan diri :ADL
Tujuan : Aktivitas ADL pasien kembali normal
Kriteria Hasil :
a. Makan
b. Memakai pakaian
c. Mandi
d. Jalan
e. Duduk
Skala : 1 = tidak mandiri
2 = dengan bantuan orang lain dan alat
3 = dengan bantuan orang lain
4 = dengan bantuan alat
5 = mandiri
NIC : Terapi aktivitas
a. Rencanakan dan monitor program aktivitas yang tepat
b. Bantu pasien memilih aktivitas yang sesuai dengan kemampuannya
c. Bantu untuk memfokuskan apa yang dapat pasien lakukan
d. Buat lingkungan yang nyaman dan aman bagi pasien
e. Berikan reinforcement kepada pasien atas kemampuannya
f. Monitor respons emosi, fisik, social, dan spiritual dalam aktivitas.
E. EVALUASI
1. kekuatan otot pernafasan dalam bernafas
2. pola pernafasan
3. pergerakan
4. jumlah input dan output nutrisi pasien
5. energi
6. kadaf kalsium dan fosfoer dalam darah
7. kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
8. tingkat kenyamanan dan keamanan pasien terhadap lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
Jhonson, Marion,dkk. 2000. NOC. Missouri: Mosby
Griffin, Winter. 1994. Buku Pintar Kesehatan. Jakarta: Arca
Guyton, hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
Mc Closkey,Joane,dkk. 1995. NIC. Missouri: Mosby
Nanda. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan nanda 2005-2006. Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC
Price, Sylvia Anderson, dkk. 1985. Patofisiologi edisi 2 bagian 2. Jakarta: EGC
Rag, mark. 1994. Memahami Masalah Tiroid. Jakarta: Arcan.
Robbins, Stanley. Kumar, Vinay. 1995. Buku Ajar Potologi II edisi 4 (alih Bahasa: Staf Pengajar Laboratorium Patologi Anatomik fakultas Kedokteran Universitas Airlangga). Jakarta: EGC
Rumahorbo, Hotma. 1999. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan System Endokrin. Jakarta: EGC
www.google.com//sistemendokrin. Diakses tanggal 19 Maret 2008
A. Definisi
Hypoparatiroidisme adalah kelainan metabolic yang ditandai oleh hipokalsemia dan dengan akibat perubahan-perubahan neuromuskuler dan mental
Hypoparatiroidisme adalah penurunan produksi hormone oleh kelenjar paratiroid, menyebabkan kadar kalsium dalam darah rendah. Hipokalsimea menyebabkan eksitabilitas neuromuscular dan kontraksi muscular.
Bagian tubuh yang terkena adalah kelenjar tiroid pada leher, gigi, yang mempengaruhi semua jaringan tubuh, terutama jantung, pembuluh darah, tulang, ginjal, gastrointestinal, saraf pusat dan kulit, menyerang pada semua jenis kelamin dan umur.
B. Etiologi
Hypoparatiroidisme dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
1. penyebab hypoparatiroidisme yang paling sering ditemukan adalah sekresi hormone paratiroid yang kurang adekuat akibat suplai darah terganggu. Hypofungsi paratiroid atas kehilangan fungsi kelenjar paratiroid.
2. komplikasi pembedahan (hipokalsemia) pada jaringan kelenjar paratiroid diangkat pada saat dilakukan tiroidektomi, paratiroidektomi, atau diseksi radikal leher.
3. kerusakan akibat radiasi atas kelenjar tiroid
4. kerusakan akibat perkembangan seperti pada sindrom Di George
5. destruksi autoimun dari kelenjar paratiroid
6. cedera leher
7. hemoksomatosis
8. Sindrom-sindrom autosomal dan gangguan metabolic yang jarang (hipomagnesia)
Risiko terjadinya hypoparatiroidisme meningkat apabila terdapat:
1. infeksi
2. kehamilan
3. obat diuretic
C. Patofisiologi
Gejala hypoparatiroidisme disebabkan oleh defisiensi parathormon yang mengakibatkan kenaikan kadar fosfat darah (hiperfosfatemia) dan penurunan konsentrasi kalsium darah (hipokalsemia). Tanpa adanya parathormon akan terjadi penurunan absorpsi intenstinal kalsium dari tulang dan di sepanjang tubulus renalis. Penurunan ekskresi fosfat melalui ginjal menyebabkan hipofusfaturia dan kadar kalsium serum yang rendah mengakibatkan hipokalsiuria.
Skema:
Defisiensi parathormon
Kenaikan kadar fosfat (hyperfosfatemia) dan penurunan konsentrasi kalsium darah (hipokalsemia)
Penurunan absorpsi intestinal kalsium dari makanan
Penuruna resorpsi kalsium dari tulang dan sepanjang tubulus renalis
Penurunan ekskresi fosfat
Hypoparatiroidisme
D. Phatway Keperawatan
Defisiensi Parathormon
Peningkatan Kadar Fosfat Darah dan Penurunan Konsentrasi Ca Darah
Iritabilitas Sistem Neuromuskuler
Tetanus Kejang
Laten Nyata
Ekstremitas Kaku Bronkospasme Disfagia
E. Manifestasi Klinik
Hipokalsemia menyebabkan iritabilitas sistem neuromuselcular dan turut menimbulkan gejala utama hypoparatiroidisme yang berupa tetanus. Tetanus merupakan hipertonia otot menyeluruh dengan disertai:
Tremor
Konstriksi spasmodic atau tak terkoordinasi yang terjadi dengan atau tanpa upaya untuk melakukan gerakan volunteer
1. Pada Tetanus Laten
Gejala patirasa
Kesemutan dan kram pada ekstremitas dengan keluhan perasaan kaku pada kedua belah tangan serta kaki
Pada tetanus laten, ditunjukkan oleh tanda Trousseau atau Chvostek yang positif.
• Tanda trousseau dianggap positif apabila terjadi spasme karpopedal yang ditimbulkan akibat penyumbatan aliran darah ke lengan selama 3 menit dengan manset tensimeter.
• Tanda chvostek menunjukkan hasil positif apabila pengetukan yang dilakukan secara tiba-tiba di daerah nervus fasialis tepat di depan kelenjar parotis dan di sebelah anterior telinga menyebabkan spasme atau gerakan kedutan di mulut, hidung, dan mata.
2. Pada Tetanus yang Nyata (Overt):
a. Bronkospasme
b. Spasme laring
c. Spasme karpopedal (fleksi sendi siku serta pergelangan tangan dan ekstensi sensi karpofalangeal)
d. Disfagia
e. Fotofobia
f. Aritmia jantung
g. Kejang
h. Ansietas
i. Iritabilitas
j. Depresi, kemunduran mental, psikosis
k. Kulit bersisik dan kuku patah
F. Komplikasi
1. Katarak
2. Kerusakan otak
3. Ketidaknormalan denyut jantung dan gagal jantung kongestif
G. Penatalaksanaan
Tujuan terapi adalah untuk menaikkkan kadar kalsium serum dan menghilangkan gejala hypoparatiroidisme serta hipokalsemia.
1. Pemberian kalsium glukonas intravena adalah terapi yang harus segera dilakukan apabila terjadi hipokalsemia dan tetanus pascatiroidiktomi. Jika terapi ini tidak segera menurunkan iriyabilitas neuromuscular dan serangan kejang, preparat sedative, seperti pentobarbital dapat diberikan.
2. Pemberian preparat parathormon parenteral dapat dilakukan untuk mengatasi hypoparatiroidisme akut diserti tetanus. Namun demikian, akibat tingginya insidens reaksi alergi pada penyuntikan parathormon, maka penggunaan preparat ini dibatasi hanya pada pasien hipokalsemia akut. Pasien yang mendapatkan parathormon memrlukan pemantulan akan adanya perubahan kadar kalsium serum dan reaksi alergi.
3. Preparat vitamin D dengan dosis yang bervariasi biasanya diperlukan dan akan meningkatkan absorpsi kalsium dari traktus gastrointestinal.
a. Dihidrotakiserol (AT 10 atau Hytakerol)
b. Ergokal siferol (vitamin D2)
c. Kolekalsiferol (vitamin D3)
4. Pengaturan lingkungan yang bebas dari suara bising, hembusan angin yang tiba-tiba, cahaya yang terang atau gerakan yang mendadak. Adanya iritabilitas neuromuskuler, penderita hipokalsemia sangat memerlukan lingkungan tersebut.
5. Trakeostomi atau ventilasi mekanis mungkin dibutuhkan bersama dengan obat-pbat bronkodilator jika pasien mengalami gangguan pernapasan. Misalnya; Aminophylin, Ventolin, Salbutamol.
6. Diet tinggi kalsium rendah fosfor
• Meskipun susu, produk susu dan kuning telur merupakan makanan yang tinggi kalsium, jenis makanan ini harus dibatasi karena kandungan fosfornya tinggi.
• Bayam juga perlu dihindari karena mengandung oksalat yang akan membentuk garam kalsium yang tidak larut.
• Tablet oral garam kalsium, seperti kalsium glukonat, dapat diberikan suplemen dalam diet.
• Gel aluminium hidroksida atau karbonat (gelusil, amphojel) diberikan sesudah makan untuk mengikat fosfat dan meningkatkan ekskresi lewat traktus gastrointestinal.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Kaji dengan cermat klien yang berisiko untuk mengalami hypoparatiroidisme akut, seperti pada klien pascatireidoktomi, terhadap terjadinya hipokalsemia tanyakan tentang adanya manifestasi bekas atau semutan disekitar mulut atau ujung jari kaki.
Periksa tanda chvesteks atau trousseaus positif
Mengkaji manifestasi distress pernafasan sekunder terhadap laringospasme
Perubahan fisik nyata seperti kulit dan rambut kering
Kaji terhadap sindrom Parkinson atau adanya katarak
1. Riwayat penyakit
sejak kapan pasien menderita penyakit
apakah ada anggota keluarga yang punya penyakit sama
apakah klien pernah mengalami tindakan operasi khususnya pengangkatan kelenjar parathyroid atau kelenjar tiroid
2. Keluhan utama, meliputi:
kelainan bentuk tulang
pendarahan yang sulit berhenti
kejang-kejang, kesemutan dan lemah
3. Pemeriksaan fisik, mencakup:
kelainan bentuk tulang
tetani
tanda trosseaus dan chovsteks
pernapasan berbunyi (stridor)
rambut jarang dan tipis; pertumbuhan kuku buruk, deformitas dan mudah patah; kulit kering dan kasar
B. Pemeriksaaan Penunjang
1. Sample darah dan urine
Untuk pemeriksaaan kadar kalsium serum
Kadar kalsium serum berkisar dari 5-6 mg/dl (1, hingga 1,5 mmol/L) atau lebih rendah lagi, kadar fosfat dalam serum meningkat.
2. EKG
3. Sinar X dari tulang akan memperlihatkan peningkatan densitas. Klasifikasi akan terlihat pada foto roentgen yang dilakukan terhadap jaringan subkutan atau basal ganglia otak.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif b.d. hipertonia otot pernapasan
2. Ketidakseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) b.d. penurunan absorpsi intestinal
3. Intoleransi aktivitas b.d. kekakuan ekstremitas
4. Resiko cedera b.d. kejang
D. Intervensi
1. DX I : Pola napas tidak efektif b.d.hipertonia otot pernafasan
NOC : Fungsi Otot
Tujuan : agar pola nafas pasien kembali normal
Kriteria hasil :
a. Kekuatan kontraksi otot
b. Irama otot
c. Massa otot
d. Kecepatan bergerak
e. Kontrol pergerakan
Skala : 1 = Sangat kompromi
2 = Cukup kompromi
3 = Sedang kompromi
4 = Sedikit kompromi
5 = Tidak kompromi
NIC : Peningkatan relaksasi otot
Intervensi :
a. Monitor kebutuhanpasien akan oksigen
b. Monitor kemampuan otot poernafasan dalam bernafas
c. Berikan latihan atau tindakan untuk mencegah terjadinya gangguan
d. Atur posisi yang tenang dan menyenangkan
e. Anjurkan pasien untuk bernafas dengan dalam dan pelan
2. DX II : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan absorpsi intestinal.
NOC : Status Nutrisi
Tujuan : Kebutuhan nutrisi pasien tercukupi
Kriteria hasi :
a. Melaporkan nutriosi adekuat
b. Input makanan dan cairan adekuat
c. Energi adekuat
d. Ukuran biokimia
Skala : 1 = Sangat kompromi
2 = Cukup kompromi
3 = Sedang kompromi
4 = Sedikit kompromi
5 = Tidak kompromi
NIC : Terapi Nutrisi
Intervensi :
a. Monitor makanan atau cairan yang dimakan dan dihitung masukan kalori tiap hari
b. Tentukan makanan kesukaan dengan mempertimbangkan budaya dan keyakinanya
c. Kolaborasi : Tentukan makanan yang tepat sebagai program diet
d. Dorong pasien untuk memilih makanan yang lunak
e. Dorong masukan makanan tinggi kalsium
f. Dorong masukan makanan dan cairan rendah pospor
3. DX III : Resiko cidera b.d kejang
NOC : Kontrol Resiko
Tujuan : Resiko cedera terkontrol dan berkurang
Kiteria Hasil :
a. mengetahui resiko
b. memonitor faktor resiko lingkungan
c. memonitor faktor rresiko perileku individu
d. mengembangkan strategi kontrol resiko yang efektif
e. memonitor perubahan status kesehatan
skala : 1 = tak pernah menunj
2 = jarang menunjukkan
3 = kadang menunjukkan
4 = sering menunjukkan
5 = selalu menunjukkan
NIC : Manajemen keamanan lingkungan
Intervensi :
a. identifikasi tingkat kebutuhan pasien akan keamanan
b. identifikasi bahaya yang ada di lingkungannya
c. atur lingkungan unuk meminimalkan resiko cedera
d. gunakan alat pelindung atas situasi yang berbahaya
e. monitor lingkungan untuk perubahan status keamanan
f. awasi pasien terhadap tindakan yang membahayakan.
4. DX IV : Intoleransi aktivitas b.d kekakuan ekstremitas tubuh
NOC : Perawatan diri :ADL
Tujuan : Aktivitas ADL pasien kembali normal
Kriteria Hasil :
a. Makan
b. Memakai pakaian
c. Mandi
d. Jalan
e. Duduk
Skala : 1 = tidak mandiri
2 = dengan bantuan orang lain dan alat
3 = dengan bantuan orang lain
4 = dengan bantuan alat
5 = mandiri
NIC : Terapi aktivitas
a. Rencanakan dan monitor program aktivitas yang tepat
b. Bantu pasien memilih aktivitas yang sesuai dengan kemampuannya
c. Bantu untuk memfokuskan apa yang dapat pasien lakukan
d. Buat lingkungan yang nyaman dan aman bagi pasien
e. Berikan reinforcement kepada pasien atas kemampuannya
f. Monitor respons emosi, fisik, social, dan spiritual dalam aktivitas.
E. EVALUASI
1. kekuatan otot pernafasan dalam bernafas
2. pola pernafasan
3. pergerakan
4. jumlah input dan output nutrisi pasien
5. energi
6. kadaf kalsium dan fosfoer dalam darah
7. kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
8. tingkat kenyamanan dan keamanan pasien terhadap lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
Jhonson, Marion,dkk. 2000. NOC. Missouri: Mosby
Griffin, Winter. 1994. Buku Pintar Kesehatan. Jakarta: Arca
Guyton, hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
Mc Closkey,Joane,dkk. 1995. NIC. Missouri: Mosby
Nanda. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan nanda 2005-2006. Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC
Price, Sylvia Anderson, dkk. 1985. Patofisiologi edisi 2 bagian 2. Jakarta: EGC
Rag, mark. 1994. Memahami Masalah Tiroid. Jakarta: Arcan.
Robbins, Stanley. Kumar, Vinay. 1995. Buku Ajar Potologi II edisi 4 (alih Bahasa: Staf Pengajar Laboratorium Patologi Anatomik fakultas Kedokteran Universitas Airlangga). Jakarta: EGC
Rumahorbo, Hotma. 1999. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan System Endokrin. Jakarta: EGC
www.google.com//sistemendokrin. Diakses tanggal 19 Maret 2008
Langganan:
Postingan (Atom)