KONSEP DASAR
CAMPAK
A. Pengertian
1. Campak adalah penyakit virus akut dengan demam, radang selaput lendir dan timbulnya erupsi kulit berupa bercak dan bintik berwarna merah disusul pengelupasan ruam di selaput lendir. (Ramali, Ahmad : 2005)
2. Campak adalah penyakit virus akut, menular ditandai. 3 stadium stadium katar, stadium erupsi, stadium konvolensi). (Ngastiyah: 2005)
3. Campak adalah suatu penyakit akut menular ditandai 3 stadium yaitu stadium inkurasi, stadium prodornial, dan stadium akhir. (Richard E. Behrman : 1999).
4. Campak adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan stadium yaitu stadium katar, stadium erupsi, stadium, konvalensi (Mansjoer, Arif: 2000)
5. Campak adalah demam eksantematosa akut oleh virus yang menular ditandai dengan gejala prodormal yang khas, ruam kulit dan bercak koplik (Overdorf, David: 2002)
B. Etiologi
Etiologi campak adalah virus RNA dari famili paramikoviridae, genus morbili virus. Hanya 1 tipe antigen yang diketahui. Selama masa prodormal dan selama waktu singkat sesudah ruam tampak, virus ditemukan dalam sekresi nasofaring, darah dan urin. Virus dapat tetap aktif selama sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu kamar.
Virus Campak dapat diisolasi dalam biakan emrio manusia atau jaringan ginjal kera rhesus, perubahan sitopatik, tampak dalam 5 – 10 hari, terdiri dari sel raksasa multi nudeus dengan 1 nukleusi intra nudear. Anti bodi dalam sirkulasi dapat dideteksi bila ruam.muncul. (Richard E. Behrman: 1999).
C. Patologi
Lest essensial campak terdekat di kulit, membran mukosa nasofaring bronkus, dan saluran cerna dan pada konjungtiva. Eksudat serosa dan poliderasi sel mononudear dan beberapa sel polimorfonuklear terjadi sekitar kapiler. Biasanya terjadi hyperplasia jaringan limfoid, terutama pada apendiks, dimana sel raksasa multi nudeus berdiameter sampai 100 um (set raksasa retikuloendotelial warthin-finkeldey) dapat ditemukan dikulit, reaksinya terutama menonjol sekitar kelenjar sebasea dan folikel rambut, bercak koplik terdiri dari eksudat serosa dan preliferasi sel endotel serupa dengan bercak lesi pada kulit. Reaksi kadang menyeluruh pada mukosa bukal dan faring meluas kedalam jaringan finifold dan membrane mukosa trakeobronkial. Pneumonitis interstisial akibat dan virus campak mengambil bentuk pneumonia sel raksasa hecht. Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh infeksi bakteri sekunder.
D. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis (Ngastiyah : 2005) adalah masa tuntas 10 - 20 hari. Penyakit dibagi dalam 3 stadium yaitu stadium, kataraiis stadium, erupsi dan stadium konvalensi.
1. Stadium kataralis
biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas tubuh, malaise (lemah), batuk, fct'o fobia (silau), konjungtivitis dan koriza (katar hidung). Menjelang akhir stadium kataralis dan 24 jam timbul eantema (ruam pada selaput lendir). Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi eriterna.
2. Stadium erupsi
a. koriza dan batuk-batuk bertambah
b. timbul enantema atau titik atau titik merah di palatum durum dan palatum mole
c. kadang-kadang terlihat pula bercak- bercak koplik
d. dalam 2 hari bercak–bercak menjalar kemuka, lengan atas dan bagian dada, punggung, perut, tungkai bawah.
e. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit.
f. Rasa gatal, muka bengkak
g. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening disudut mandibula dan di daerah leher belakang
h. Terdapat pula sedikit splenomegali serta sering pula disertai diare dam rnuntah
3. Stadium konvalensi.
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpiginentasi) yang lama kelamaan akan hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering pula ditemukan kulit bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomik untuk campak. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai menjadi normal, kecuali jika ada komplikasi.
E. Komplikasi
Komplikasi yang sering ditemukan pada campak adalah
1. Otitis media
2. Pneumonia
3. Bronkiolitis
4. Laryngitis obstruktif dan laringo transkeitis
5. Ensefalitis
F. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
Pencegahan campak ada 2 yaitu (Richard F. Behrman - 1999)
a. Imunisasi aktif (virus hidup yang dilemahkan)
Imunisasi campak awal dapat diberikan pada usia 12 – 15 bulan tetapi mungkin diberikan lebih awal pada daerah dimana penyakit terjadi. Karena angka serokonversi pasta imunisasi tidak 100 % dan mungkin ada beberapa yang imunisasinya berkurang, imunisasi kedua campak biasanya diberikan sebagai campak parolitis - rubella. Dosis ini dapat diberikan ketika anak masuk sekolah menengah. Remaja yang memasuki perguruan tinggi harus mendapat imunisasi campak yang kedua.
b. Imunisasi pasif
Imunisasi pasif dengan kumpulan serum orang dewasa. Kumpulan serum konvalesen. Globulin plasenta atau gamma globulin kumpulan plasma adalah efektif untuk pencegah dan pelemahan campak. Campak dapat dicegah dengan menggunakan imuno globulin serum (gamma globulin) dengan dosis 0,25 ml/kg diberikan secara IM dalam 5 hari pemajanan tetapi lebih baik sesegera mungkin.
2. Pengobatan
Sedative antipiretik untuk demam tinggi, tirah baring dan masukan cairan yang cukup dapat terindikasi. Pelembaban ruangan mungkin perlu pada laryngitis atau batuk yang mengiritasi secara berlebih dan paling baik mempertahankan ruangan hangat daripada dingin. Penderita harus dilindungi dari terpajan pada cahaya yang kuat selain masa fotofobia. Komplikasi otitis media dan pneumonia memerlukan terapi anti mikroba yang tepat.
Pada komplikasi seperti ensefalitis, pan ensefalitis steklerotikans sub akut, pneumonia sel raksasa dan koagulasi intra vascular tersebar. Setiap kasus, harus secara individual. Perawatan pendukung yang baik sangat penting. Gamma globulin hiper imun, dan steroid bernilai terbatas. Pengobatan dengan vitamin A oral mengurangi morbiditas dan moltalltas anak dengan campak berat di Negara yang sedang berkembang.
Pathway Keperawatan Menurut Ngastiyah 2005
ASUHAN KEPERAWATAN DADA
PASIEN CAMPAK
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat keperawatan : riwayat iminusasi, kontak dengan orang yang terinfeksi.
2. Pada pengkajian anak dengan campak dapat ditemukan adanya tanda¬-tanda:
a. Demam
b. Nyeri tenggorok
c. Nafsu makan menurun
d. Adanya bercak putih kelabu
e. Kelemahan pada ekstremitas
f. Batuk
g. Konjungtivitis
h. Eritema pada banan belakang telinga, leher dan bagian belakang
i. Lemah, lesu
j. Apabila terjadi komplikasi pada telinga dapat ditemukan adanya serumen atau cairan yang keluar dari telinga.
k. Apabila pada bronkhus dapat menyebabkan bronkhopneumonia, terjadi masalah pernafasan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko infeksi berhubungan dengan organisme purulen.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan imunitas
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan dalam memasukkan, mencerna, dan mengabsorpsi makanan.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan.
6. Nyeri akut berhubungan dengan keterbatasan agen injury.
C. INTERVENSI
1. Dx I
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi.
NOC : Immune status
Kriteria Hasil :
a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi.
b. Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya.
c. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
d. Jumlah leukosit dalam batas normal
e. Menunjukkan perilaku hidup sehat
Indikator Skala :
1 : Tidak pernah menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan
NIC : Infection Control.
Intervensi :
a. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
b. Batasi pengunjung bila perlu
c. Pertahankan teknik isolasi
d. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan
e. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung meninggalkan pasien.
f. Tingkatkan intake nutrisi
g. Berikan antibiotik bila perlu
2. Dx II
Tujuan : Setalah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan jalan nafas efektif.
NOC : Respiratory status : Ventilation
Kriteria Hasil :
a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara, nafas yang bersih, tidak ada sianosis, dan. dyspnen.
b. Menunjukkan jalan nafas yang paten
c. Mampu mencegah dan mengidentifikasi faktor yang dapat menghambat jalan nafas.
Indikator Skala :
1 : Tidak pernah menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan
NIC : Air way management
Intervensi :
a. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
b. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alai jalan nafas buatan
c. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
d. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
e. Monitor status respirasi dan O2.
3. Dx III
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan kerusakan integritas kulit tidak terjadi.
NOC : Tissue integrity : Skin and mucous membranes
Kriteria Hasil :
a. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi.
b. Tidak ada luka, atau lesi pada kulit
c. Perfusi jaringan baik
d. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera berulang.
e. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami.
Indikator Skala :
1 : Tidak pernah menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan
NIC : Pressure Management
Intervensi :
a. Anjurkan pasien untak menggunakan pakaian yang longgar.
b. Hindari kerutan pada tempat tidur
c. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
d. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap 2 jam sekali
e. Monitor kulit adanya kemerahan
f. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
g. Monitor status nutrisi pasien
4. Dx IV
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan nutrisi pasien terpenuhi.
NOC : Nutritional Status : Food and fluid intake
Kriteria Hasil :
a. Adanya penigkatan berat badan sesuai dengan tujuan
b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
c. Mampu mengidentifikasikan kebutuhan nutrisi
d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
e. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.
Indikator Skala :
1 : Tidak pernah menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan
NIC : Nutrition management
Intervensi :
a. Kaji adanya alergi makanan
b. Kolaborasikan dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake protein, Fe, dan vitamin C
d. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
e. Berikan makanan yang terpilih.
5. Dx V
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan pasien dan keluarga mengerti tentang penyakitnya.
NOC : Knowledge : Disease process
Kriteria Hasil :
a. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan.
b. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar.
c. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya.
Indikator Skala :
1 : Tidak pernah menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan
NIC : Mengajarkan proses penyakit
Intervensi :
a. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit dengan cara yang benar.
b. Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat
c. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
d. Hindarkan harapan yang kosong
e. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
f. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan dengan cara yang tepat.
6. Dx VI
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan nyeri dapat teratasi/hilang.
NOC : Pain Level
Kriteria Hasil :
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri) .
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri.
c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
Indikator Skala
1 : Tidak pernah menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan
NIC : Management pain
Intervensi :
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor predisposisi.
b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
c. Ajarkan teatang teknik nonfamakologi
d. Kaji tipe dan untuk menentukan intervensi
e. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
f. Tingkatkan istirahat
D. EVALUAS1
1. Dx I
Kriteria Hasil Skala
a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi 5
b. Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor
yang mempengaruhi penularan serta, penatalaksanaannya. 5
c. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi 5
d. Jumlah leukosit dalam batas normal 5
e. Menunjukkan perilaku hidup sehat 5
2. Dx II
Kriteria Hasil Skala
a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,
tidak ada sianosis dan dyspneu. 5
b. Menunjukkan jalan nafas yang paten 5
c. Mampu mencegah dan mengidentifikasi faktor yang dapat
menghambat jalan nafas. 5
3. Dx III
Kriteria Hasil Skala
a. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan
(sensasi elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi). 5
b. Tidak ada luka atau lesi pada kulit 5
c. Perfusi jaringan baik 5
d. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit
dan mencegah terjadinya cedera berulang. 5
e. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan
kelembaban kulit dan perawatan alami. 5
4. Dx IV
Kriteria Hasil Skala
a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan 5
b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan 5
c. Mampu mengidentifikasikan kebutuhan nutrisi 5
d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi 5
e. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti. 5
5. Dx V
Kriteria Hasil Skala
a. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang
penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan. 5
b. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur
yang dijelaskan secara benar 5
c. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang
pasien dan keluarga dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya. 5
6. Dx VI
Kriteria Hasil Skala
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri). 5
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri. 5
c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas,
frekuensi dan tanda nyeri) 5
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang. 5
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Aziz Alimul A. 2006. Penyakit Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.
Ovedoff, David. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Batam Centre: Binarupa Aksara.
Ramali, Ahmad. 2005. Kamus Kedokteran. Jakarta: Djambatan.
Richard, E. Behkman. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta EGC.
Wong, Dona. L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta: EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar