Minggu, 24 Mei 2009

TUMOR CEREBRI

A. Pengertian
1. Tumor cerebri / tumor otak adalah lesi intracranial setempat yang menempati ruang didalam tulang tengkorak (Baughman, Piaree, 2000).
2. Tumor cerebri adalah lesi desak ruang jinak maupun ganas, yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak (Price, Slyvia, 2000).
3. Tumor otak adalah sebuah lesi terletak pada intrakranial yang menempati ruang di dalam tengkorak (Brunner & Suddarth, 2002).
4. Tumor otak adalah neoplasma yang berasal dari sel saraf, neuro epithelium, sel glia, saraf kranial, pembuluh darah, kelenjar pineal, hipofisis (Donna L. Wong, 2002).

B. Klasifikasi
Tumor otak ada bermacam-macam menurut Price, Sylvia Ardeson,2000, yaitu :
1. Glioma adalah tumor jaringan glia (jaringan penunjang dalam system saraf pusat (misalnya euroligis), bertanggung jawab atas kira-kira 40 sampai 50 % tumor otak.
2. Tumor meningen (meningioma) merupakan tumor asal meningen, sel-sel mesofel dan sel-sel jaringan penyambung araknoid dan dura dari paling penting.
3. Tumor hipofisis berasal dari sel-sel kromofob, eosinofil atau basofil dari hipofisis anterior
4. Tumor saraf pendengaran (neurilemoma) merupakan 3 sampai 10 % tumor intrakranial. Tumor ini berasal dari sel schawan selubung saraf.
5. Tumor metastatis adalah lesi-lesi metastasis merupakan kira-kira 5-10 % dari seluruh tumor otak dan dapat berasal dari sembarang tempat primer.
6. Tumor pembuluh darah antara lain :
a. Angioma adalah pembesaran massa pada pembuluh darah abnormal yang didapat didalam atau diluar daerah otak. Tumor ini diderita sejak lahir yang lambat laun membesar.
b. Hemangiomablastoma adalah neoplasma yang terdiri dari unsur-unsur vaskuler embriologis yang paling sering dijumpai dalam serebelum
c. Sindrom non hippel-lindan adalah gabungan antara hemagioblastoma serebelum, angiosmatosis retina dan kista ginjal serta pancreas.
Tumor congenital (gangguan perkembangan). Tumor kongenital yang jarang antara lain kondoma, terdiri atas sel-sel yang berasal dari sisa-sisa horokoida embrional dan dijumpai pada dasar tengkorak.

C. Etiologi
Menurut Brunner dan Suddarth 1987,beberapa penyebab tumor otak antara lain :
1. Peningkatan TIK yang terlalu tinggi
2. Kejang dan tanda-tanda neurologi fokal
3. Perdarahan intrakranial
4. Gangguan imunologi tubuh
5. Hidrocefalus
6. Gangguan fungsi hipofisis

D. Patofisiologi
Menurut Brunner dan Suddarth 1987, gangguan neurologi pada tumor otak disebabkan oleh 2 faktor yaitu gangguan fokal disebabkan oleh, tumor dan kenaikan TIK.
1. Gagguan fokal, terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi atau invasi langsung pada parekim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat (misalnya glioblastama multiforme).
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan perubahan serebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan dengan kompresi, invasi dan perubahan suplai darah kejaringan otak. Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis fokal.
2. Peningkatan TIK dapat diakibatkan oleh bebrapa faktor : bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena ia mengambil tempat dalam ruang yang relatif tetap dari ruangan tengkorak yang kaku. Tumor ganas menyebabkan oedema dalam jaringan otak sekitarnya. Mekanismenya belum seluruhnya dipahami, tetapi diduga disebabkan oleh selisih osmotik yang menyebabkan penyeparan cairan tumor. Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan oedema yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah-otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume intrakranial dan kenaikan TIK.
Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan sub araknoid menimbulkan hidrosepalus.
Peningkatan TIK akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat akibat salah satu penyebab yang akan telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila TIK timbul cepat. Mekanisme kompensasi antara lain : bekerja menurunkan volume darah intrakranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intra sel dan mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi ulkus / serebellum. Herniasi ulkus menekan mensesefalon menyebabkan hilangnya kesadaran saraf otak ketiga. Pada herniasi cerebellum tergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medulla oblongata dari henti pernafasan terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis lain terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis lain terjadi akibat peningkatan TIK yang cepat adalah bradikardia progesif, hipertensi sitemik, (pelebaran tekanan nadi) dan gangguan pernafasan.
E.
Gangguan fungsi hipofisis
Gangguan imunologi tubuh
Perdarahan intrakranialPathway Keperawatan
Peningkatan TIK
Tumor Otak
Bertambahnya massa dan edema otak
Pembedahan
Penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi / invasi langsung pada parenkim otak
Nyeri
Trauma Intrakranial
Penekanan / kompresi pada otak
Peningkatan TIK
Gangguan fokal
Resiko Tinggi Cedera
Perubahan proses keluarga
Nyeri
Dislokasi pupil
Perubahan suplai darah ke otak
Kematian
Cemas










Risiko infeksi
Risiko kekurangan volume cairan
Ketidakseimbangan nutrisi
Kejang

Gangguan Proses Pikir
Trismus
Kurang pengetahuan
Reflex cahaya menurun
Perubahan Persepsi Sensori Visual
Resiko Cedera
Konflik pengambilan keputusan
Kerusakan komunikasi verbal

Gangguan tumbang
F. Manifestasi Klinis
Menurut Price, Sylvia Ardeson,2000 :
1. Sakit kepala
Sakit kepala merupakan gejala umum yang paling sering dijumpai pada penderita tumor otak. Rasa sakit dapat digambarkan bersifat dalam dan terus menerus, tumpul dan kadang-kadang hebat sekali. Nyeri ini paling hebat pada pagi hari dan lebih menjadi lebih hebat oleh aktivitas yang biasanya meningkatkan TIK seperti membungkuk, batuk, mengejan pada waktu BAB. Nyeri sedikit berkurang jika diberi aspirin dan kompres dingin pada tempat yang sakit.
2. Nausea dan muntah
Terjadi sebagai akibat rangsangan pusat muntah pada medulla oblongata. Muntah paling sering terjadi pada anak-anak berhubungan dengan peningkatan TIK diserta pergeseran batang otak. Muntah dapat terjadoi tanpa didahului nausea dan dapat proyektif.
3. Papiledema
Disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan pembengkakan papilla nervioptist. Bila terlihat pada pemeriksaan funduskopi akan mengingatkan pada kenaikan TIK. Seringkali sulit untuk menggunakan tanda ini sebagai diagnosis tumor otak oleh karena pada beberapa individu fundus tidak memperlihatkan edema meskipun TIK tidak amat tinggi. Dalam hubungannya dengan papiledema mungkin terjadi beberapa gangguan penglihatan. Ini termasuk pembesaran bintik buta dan amaurusis fugun (perasaan berkurangnya penglihatan).
4. Gejala fokal
Tanda-tanda dan gejala-gejala tumor otak antara lainnya juga terjadi, tetapi ini lebih cenderung mempunyai nilai melokalisasi :
a. Tumor korteks motorik, memanifestasikan diri dengan menyebabkan gerakan seperti kejang yang terletak pada satu sisi tubuh yang disebut Kejang Jacksonian.
b. Tumor lobus oksipital menimbulkan gejala visual, hemiaropsia humunimus kontralateral (hilangnya penglihatan pada setengah lapang pandang, pada sisi yang berlawanan dari tumor) dan halusinasi penglihatan.
c. Tumor serebelum, menyebabkan pusing, ataksia (kehilangan keseimbangan) atau gaya berjalan yang sempoyongan dengan kecenderungan jatuh ke sisi yang lesi, otot-otot tidak terkoordinasi dan nistagmus (gerakan mata berirama tidak disengaja) biasanya menunjukkan gerakan horizontal.
d. Tumor lobus frontal sering menyebabkan gangguan kepribadian perubahan status emosional dan tingkah laku, dan disintegrasi perilaku mental. Pasien sering menjadi ekstrem yang tidak teratur dan kurang merawat diri dan menggunakan bahasa cabul.
e. Tumor sudut serebroponsin biasanya diawali pada sarung saraf akustik dan member rangkaian gejala yang timbul dengan semua karakteriatik gejala pada tumor otak :
1) Pertama, tinnitus dan kelihatan vertigo, diikuti terjadinya tuli (saraf cranial-8)
2) Berikutnya kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan lidah (saraf cranial-5)
3) Selanjutnya, terjadi kelemahan atau paralisis (saraf cranial-7)
4) Akhirnya, karena pembesaran tumor menekan serebelum, mungkin ada abnormalitas pada fungsi motorik.
f. Tumor ventrikel dan hipotalamus mengakibatkan somnolensia, diabetes insipidus, obesitas, dan gangguan pengaturan suhu.
Tumor intrakranial dapat menghasilkan gangguan kepribadian, konfusi, gangguan fungsi bicara dan gangguan gaya berjalan.

G. Komplikasi
Menurut Brunner dan Suddarth 1987, komplikasi yang dapat terjadi adalah :
1. Peningkatan TIK dari tumor dalam ruang kranium yang terbatas. Biasanya menimbulkan gejala-gejala neurologis seperti perdarahan dan infeksi. Penggunaan steroid oral akan menurunkan oedema serebral dan mungkin dapat mengontrol gejala tersebut.
2. Adanya lesi yang mengganggu fungsi normal yang dikontrol oleh bagian otak tersebut
3. Pengobatan kemoterapi mungkin memberikan kontribusi pada oedema serebral sementara yang mungkin memerlukan peningkatan pemberian steroid atau obat anti konvulsan. Gejala yang dialami pasien secara langsung diakibatkan dengan lokasi tumor otak.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. CT Scan, memberikan informasi spesifik yang menyangkut jumlah ukuran dan kepadatan jejas tumor dan meluasnya tumor serebral sekunder, selain itu alat ini juga member informasi tentang system ventrikuler.
a. b. c.
a.Ct-Scan Tm
b.Head CT Scan menunjukkan 2 buah tumor yang masih tersisa.
c.Bercak putih menunjukkan tumor otak
2. MRI, digunakan untuk menghasilkan deteksi jejas yang kecil, membantu dalam mendeteksi tumor didalam batang otak dan daerah hipofisis.
3. Biopsi stereotaktik bantuan computer (3 dimensi) dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberikan dasadasarpengobatan dan informasi prognosis.
4. Angiografi serebral, memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral.
5. EEG, dapat mendekati gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.
6. Penelitian sitologis pada CSF, untuk mendekati sel-sel ganas, karena tumor-tumor pada system saraf pusat mampu menggusur sel-sel ke dalam cairan serebrospinal.
7. Ventriculogram / Arteriografi, apabila diagnose yang diduga sedemikian rumitnya sehingga pungsi spinal atau pungsi lumbal tidak bias dilakukan karena kontra indikasi peningkatan TIK.

(1) (2)
Gambar 1 : Pencitraan 3D CT scan memberikan gambaran detail struktur anatomi, lesi, tumor.
Gambar2 : Tumor yang terakhir dioperasi dari bagian belakang otak.

I. Penatalaksanaan
Menurut Brunner dan Suddarth 1987 :
1. Pembedahan
Merupakan pilihan pertama bagi pasien dengan tumor otak. Tujuan diagnosis definitive dan memperkecil tumor tersebut. Pengangkatan dari semua tumor menimbulkan defisit neurologis yang berat.
2. Terapi radiasi
a. Radioterapi, untuk mengatasi daerak eksisi dimana lesi metastatic tumor telah diangkat.
b. Kemoterapi, untuk mengatasi kalignasi tumor otak.
Obat-obatan yang digunakan : Nitroseurea, BCNU dan CCNU karena obat ini mampu melewati sawar darah / otak. Selama pemberian obat-obatan ini pasien harus menghindari makanan yang tinggi tiramin (misalnya anggur, yogurt, keju, hati ayam, pisang) dan alcohol, karena pokorbazine menghambat dan melemahkan aktivitas inhibitor monoamine oksidase (MAO). Prokabazine dikaitkan dengan mual dan muntah yang mungkin hilang atau berkurang saat pertama kali atau saat pengobatan sedang dilakukan.
3. Imunoterapi
a. Dengan menggunakan antibody monoclonal yang diciptakan secara khusus untuk menyerang dan menghancurkan sel tumor otal.
b. Interleukin-2 digunakan untuk mengganti lesi-lesi metastatic dari kanker primer ginjal dan melanoma, akan tetapi kemanjurannya masih perlu dibuktikan.
4. Pengobatan penyelidikan
a. BCNU digabungkan dalam bentuk tablet tipis yang mematikan secra biologis untuk ditempatkan pada daerah tumor selama pembedahan kraniotomi.
b. Penempatan kateter arteri dekat dengan tumor. Beri infus manitol untuk perusakan dari barier darah atau otak.
c. Transplantasi sumsum tulang juga sedang digunakan dalan uji klinis untuk penatalaksanaan astrosiloma.





ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN TUMOR OTAK

A. Data Fokus Pengkajian
Pengkajian keperawatan berfokus pada bagaimana pasien berfungsi bergerak dan berjalan beradaptasi terhadap kelemahan atau paralisisdan untuk melihat dan kehilangan kemampuan bicara dan adanya kejang.
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Inkoordinasi, hilang keseimbangan (berdiri dengan dasar kaki lebar, jatuh, kesandung, membentuk obyek), kelemahan, kekakuan.
Tanda : Kontrol motorik halus buruk
Hiporefleksia atau hiperfleksia
Tanda babinski positif
Paralisis
2. Sirkulasi
Gejala : Peningkatan tekanan darah
Perubahan frekuensi jantung (bradikardi, takikardi)
3. Integritas Ego
Gejala : Perubahan perilaku, perilaku aneh (bengong, gerakan otomatis).
Tanda : Peka rangsang, cemas, mudah tersinggung, penurunan nafsu makan, gagal tumbuh, keletihan, letargi, koma
4. Eliminasi
Gejala : Inkontinensia kandung kemih atau mengalami gangguan fungsi.
5. Makanan / Cairan
Gejala : Dengan atau tanpa mual atau makan
Mengalami perubahan / penurunan nafsu makan
Muntah secara progresif, lebih parah dipagi hari muntah (mungkin proyektif)
Muntah hilang dengan bergerak dan mengubah posisi.
6. Neurosensori
Gejala : Defek visual (nistagmus, diplopia, strabismus, episode “graying out”, pada penglihatan, defek lapang pandang.
Tanda : menengadahkan kepala, pembesaran cranial papiledema.
7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Sakit kepala kambuhan dan progresif, pada area frontal atau oksipital, biasanya tumpul dan berdenyut memburuk saat bangun berkurang disiang hari, makin berat saat menunduhkan kepala / mengejan (defekasi, batuk, bersin)
Tanda : Menangis, memutar kepala
8. Pernapasan
Tanda : Perubahan pola napas
Penurunan pernapasan
9. Keamanan
Gejala : Edema karena kejang
Tanda : Gangguan penglihatan
Kejang
Hipotermi, hipertermi

B. Diagnosa Keperawatan
Pre Op
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK
2. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan perubahan fungsi neurologis
3. Perubahan persepsi sensori visual berhubungan dengan gangguan persepsi, transmisi
4. Gangguan komunikais verbal berhubungan dengan tumot otak
5. Gangguan proses piker berhubungan dengan peningkatan TIK
6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita penyakit serius
7. Konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang informasi yang relevan
8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informais
Post Op
1. Nyeri berhubungan dengan prosedur bedah



1.
2. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan trauma intracranial
3. Keterlambatan tumbang berhubungan dengan efek dari kecatatan fisik
4. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post op
5. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
6. Cemas berhubungan dengan ancaman kematian
7. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menjalani pembedahan kritis untuk penyakit yang mengancam kehidupan

C. Intervensi
Dx 1 : Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK
NOC : Perilaku Mengendalikan Nyeri
Tujuan : Anak tildak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima anak
Kriteria hasil :
a. Anak tidak menunjukkan adanya nyeri atau minimalnya bukti-bukti ketidaknyamanan
b. TIK dalam batas normal
c. Anak tidak menunjukkan bukti-bukti peningkatan TIK
d. Anak belajar dan menginplementasikan strategi koping yang efektif.
Skala : 1. Ekstream
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak Ada
NIC : Menejemen Nyeri
Intervensi :
1. Berikan pereda nyeri dengan manipulasi lingkungan (missal lampu ruangan redup, tidak ada kebisingan, tidak ada gerakan tiba-tiba).
2. Berikan analgesia sesuai ketentuan, observasi adanya efek samping.
3. Lakukan strategi sesuai non farmakologi untuk membantu anak mengatasi nyeri.
4. Gunakan strategi yang dikenal anak atau gambarkan beberapa strategi dan biarkan anak memilih.
5. Libatkan orang tua dalam pemilihan strategi
6. Ajarkan anak untuk menggunakan strategi non farmakologi sebelum terjadi nyeri atau sebelum menjadi lebih berat.

Dx 2 : Resiko tinggi cedera berhubungan dengan perubahan fungsi neurologis
NOC : Menjadi Orang Tua : Keamanan Sosial
Tujuan : Pasien tidak mengalami cedera
Kriteria hasil :
· Anak bebas dari cedera
· Anak dan keluarga menyetujui aktivitas atau modifikasi aktivitas yang tepat untuk anak
Skala : 1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC : Mencegah Jatuh
1. Tekankan pentingnya mematuhi program terapeutik
2. Hindari anak yang diketahui akan mencetuskan kejang
3. Dampingi anak selama aktivitas yang diijinkan
4. Jaga agar penghalang tempat tidur tetap terpasang
5. Bantu ambulasi dan aktivitas hidup sehari-hari dengan tepat

Dx 3 : Perubahan persepsi sensori visual berhubungan dengan gangguan persepsi, transmisi
NOC : Pengendalian Ansietas
Tujuan : Pasien menunjukkan tanda-tanda penyesuaian terhadap defisit sensoris / persepsi
Kriteria hasil :
· Anak menyesuaikan diri pada defisit sensoris / persepsi
· Anak menunjukkan sikap dan rasa aman dalam lingkungan
Skala : 1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC : Pengelolaan Lingkungan
1. Berikan aktivitas visual motorik untuk bayi / anak (memegang kepala, berdiri, merangkak, menggenggam obyek)
2. Berikan lingkungan yang mendorong rasa akrab dan rasa aman
3. Dorong partipasi dalam bermain aktif
4. Diskusikan kebutuhan untuk mencoba bermain aktif dalam lingkunagan yang aman bersama anak-anak yang lain
5. Diskusikan bersama keluarga pentingnya membatasi lingkungan

Dx 4 : Gangguan komunikais verbal berhubungan dengan tumot otak
NOC : Neurogical Status
Tujuan : Pasien menunjukkan komunikasi verbal yang efektif.
Kriteria hasil :
a. Fungsi neurologis
b. TIK dbn
c. Komunikasi
d. TTV dbn
Skala : 1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC : Pengelolaan Lingkungan
1. Membantu keluarga dalam memahami pembicaraan
2. Berbicara kepada pasien dengan suara yang jelas
3. Menggunakan kata dan kalimat yang singkat
4. Instruksikan pasien dan keluarga untuk menggunakan bantuan berbicara
5. Anjurkan pasien untuk mengulangi pembicaraannya jika belum jelas
6. Beri pujian positif ketika pasien bisa bicara.

Dx 5 : Gangguan proses piker berhubungan dengan peningkatan TIK
NOC : Status Neurologis
Tujuan : Pasien diharapkantidak terjadi gangguan proses pikir.
Kriteria hasil :
a. Membuka mata terhadap adanya stimulus eksternal
b. Mematuhi perintah
c. Berespon terjadap stimulus eksternal
Skala : 1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC : Penatalaksanaan Delusi
1. Pantau kemampuan perawatan diri
2. Pantau status fisik pasien
3. Anjurkan keluarga tentang cara menghadapi orang yang mengalami delusi
4. Kolaborasi pemberian obat antiasnsietas jka diperlukan.

Dx 6 : Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita penyakit serius
NOC : Family Normalization
Tujuan : pasien (keluarga) disiapkan untuk prosedur diagnostic / operasi
Kriteria hasil :
d. Keluarga menunjukkan pemahaman tentang tes dan prosedur
e. Anak dan keluarga menunjukkan tentang informasi yang diberikan
Skala : 1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC : Peningkatan Normalisasi
5. Jelaskan alasan setiap tes dan radioterapi
6. Jelakskan tanggung jawab anak, misal kebutuhan untuk tetap tidak bergerak selama tes dan atau radioterapi
7. Jelaskan pada anak tentang pengalaman umum setelah pembedahan
8. Jelaskan pada keluarga apa yang akan terjasi paska operasi
9. Berpartisipasi dalam konferensi praoperasi dengan keluarga dan dokter

Dx 7 : Konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang informasi yang relevan
NOC: Decision Making
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan tidak terjadi konflik dalam keluarga.
Kriteria Hasil:
a. Identifikasi informasi yang relevan
b. Identifikasi alternatif
c. Memilih berbagai alternatif
Keterangan skala:
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
NIC: Family Support
a. Informasikan kepada keluarga tentang alternatif pilihan atau solusi
b. Bantu keluarga mengidentifikasi keuntungan dan kerugian alternatif lain
c. Tawarkan informasi konsen
d. Bantu keluarga dalam menjelaskan keputusannyapada anggota keluarga yang lain, jika diperlikan
e. Berikan dukungan secara penuh

Dx 8 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informais
Tujuan : Keluarganya dapat mengerti / lebih paham mengenai penyakit anaknya dan pengobatannya.
NOC : Knowledge: Proses Penyakit
· Mengidentifikasi keperluan untuk penambahan informasi perawatan anak
· Menjelaskan proses penyakit
· Menjelaskan sebab atau faktor yang mempengaruhi
· Kolaborasi aktif dengan tim kesehatan dalam pengobatan anaknya
Ket: 1 : Tidak mengetahui
2 : Terbatas pengetahuannya
3 : Sedikit mengetahui
4 : Banyak pengetahuannya
5 : Intensif atau mengetahuinya secara kompleks
NIC : Pengatahuan Proses Penyakit
1. Identifikasi faktor dalam atau luar untuk menambah / meningkatkan motivasi pengobatan anaknya.
2. Tentukan hubungan individu dengan latar belakang sosial budaya pada individu, keluarga atau masyarakat mengenai tingkah laku kesehatannya.
3. Hindari menggunakan teknik menakut-nakuti
4. Mengikiusertakan keluarga (bila memungkinkan) dalam melaksanakan pengobatan/ terapi anaknya.
5. Memberikan pengajaran sesuai dengan tingkat pemahaman keluarga.

Dx 9 : Nyeri berhubungan dengan prosedur bedah
NOC : Tingkat Nyeri
Tujuan : Pasien tidak mengalami nyeri, antara lain penurunan nyeri pada tingkat yang dapat diterima anak
Kriteria hasil :
c. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri
d. Nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima anak
Skala : 1. Ekstream
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak Ada
NIC : Menejemen Nyeri
Intervensi :
1. Berikan pereda nyeri dengan manipulasi lingkungan (missal ruangan tenang, batasi pengunkung).
2. Berikan analgesia sesuai ketentuan
3. Cegah adanya gerakan yang mengejutkan seperti membentur tempat tidur
4. Cegah peningkatan TIK
5. Kompreskan air hangat pada dahi

Dx 10 : Resiko tinggi cedera berhubungan dengan trauma intrakranial
NOC : Pengendalian Resiko
Tujuan : Pasien mengalami stress minimal pada sisi operasi
Kriteria hasil :
a. Stress minimal pada sisi operasi
b. Anak tetap pada posisi yang diinginkan
Skala : 1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC : Positioning
1. Konsul dengan ahli bedah mengenai pemberian posisi, termasuk derajat fleksi leher.
2. Posisikan anak datar dan mirirng, bukan terlentang atau tinggikan kepala
3. Balikkan anak dengan hati-hati
4. Hindari posisi trendelenburg

Dx 11 : Keterlambatan tumbang berhubungan dengan efek dari kecatatan fisik
NOC : Physical Aging Status
Tujuan : Pasien mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal sesuai usianya.
Kriteria hasil :
a. Rata-rata berat badan
b. Cardiat out put
c. Elastisitas kulit
d. Kekuatan otot
Skala : 1. Ekstrem
2. Berat
3. Sedang
4. Tingan
5. Tidak ada
NIC : Developmental Enhancement
1. Bina hubungan saling percaya dengan anak
2. Demonstrasikan aktivitas yang meninggkatkan perkembangan anak sesuai dengan umurnya (contoh bermain icik-icik)
3. Bantu anak belajar ketrampilan
4. Bina kesempatan untuk mendukung latihan aktivitas motorik/verbal pasien
5. Berikan reinforcement positif


Dx 12 : Resiko infeksi berhubungan dengan luka post op
NOC : Pengenalian Resiko
Tujuan : Pasien tidak mengalami infeksi atautidak terdapat tanda-tanda infeksi pada pasien.
Kriteria hasil :
a. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
b. temperatur badan
c. Imunisasi

Skala : 1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC : Pengendalian Infeksi
1. Pantau tanda / gejala infeksi
2. Informaiskan kepada orang tua tentang jadwal imunisasi
3. Rawat luka op dengan teknik steril
4. Memelihara teknik isolasi (batasi jumlah pengunjung
5. Ganti peralatan perawatan pasien sesuai dengan protap

Dx 13 : Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
NOC : Fluid balance
Tujuan : Pasien tidak mengalami dehidrasi atau cairan tubuh pasien adekuat.
Kriteria hasil :
a. Kulit dan membran mukosa lembab
b. Tidak terjadi demam
c. TTV dbn
Skala : 1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC : Manajemen cairan
1. Monitor BB tiap hari
2. Catat intake dan output
3. Monitor status hidrasi seperti membran mukosa, nadi, tekanan darah dengan cepat.
4. Monitor status nutrisi
5. Beri cairan yang sesuai dengan terapi
6. Anjurkan pada orang tua untuk memberikan banyak minum


Dx 14 : Cemas berhubungan dengan ancaman kematian
NOC : Kontrol Cemas
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kecemasan hilang atau berkurang.
Kriteria hasil :
a. Monitor intensitas kecemasan
b. Rencanakan strategi koping untuk mengurangi stress
c. Gunakan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan
d. Kondisikan lingkungan nyaman
Skala : 1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang-kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
NIC : Enhancement Coping
1. Sediakan informasi yang sesungguhnya meliputi diagnosis, treatmen dan prognosis.
2. Tetap damping pasien untuk menjaga keselamatan pasien dan mengurangi ansietas
3. Instruksikan pasien untuk melakukan ternik relaksasi
4. Bantu pasien mengidentifikasi situasi yang menimbulkan ansietas.

Dx 15 : Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menjalani pembedahan kritis untuk penyakit yang mengancam kehidupan
NOC : Family Coping
Tujuan : Pasien (keluarga) mendapat dukungan yang adekuat
Kriteria hasil :
a. Keluarga mendiskusikan perasaan dan kekhawatirannya
b. Anak dan keluarga melakukan tindakan keamanan
c. Keluarga mendapat dukungan yang terus-menerus
Skala : 1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC : Emotional Support
1. Bantu keluarga merencanakan masa depan, khususnya untuk membantu anak agar dapat hidup dengan normal
2. Dorong keluarga untuk mendiskusikan mengenai kehidupan anak sebelum diagnose dan prospeknya untuk bertahan hidup
3. Diskusikan dengan keluarga bagaimana mereka akan memberitahu anak tentang hasil pembedahan dan kebutuhan terhadap pengobatan tambahan
4. Berikandukungan untuk keluarga melalui pelayanan keperawatan komunitas


























DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth.2001. Buku Ajar Keperawatan medical Bedah Edisi 8 Volume 2.Jakarta : EGC.
Carpenito, L.J.1997.Buku Saku Keperawatan Edisi 6 ALih Bahasa Monica Ester.Jakarta : EGC.
Donna, L.Wong.2002.Keperawatan Pediatrik.Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif.2000.Kapita selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
Marilynn E.Doengoes. 2002.Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta : EGC.
Mc. Closkey,Joanne C.1996.IOWA Intervention Project nursing Intervention Clasification (NIC) Edisi 2. Wesline Industrial Drive, St. Louis : Mosby.
Santosa, Budi.2005.Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006 Definisi dan Klasifikasi.Yogyakarta : Prima Medika.
http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.hjmi.net/Pustaka/Ilmiah/CPA%2520tumor-Permasalahan serta Penanggulangan Tumor Otak dan Sumsum Tulang Belakang/Prof. dr. H. Adril Arsyad Hakim, Sp S, Sp BS (K).com (diakses pada tanggal 18 Juni 2008)
http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.beritaiptek.com/images/agussyaraf2.JPG&imgrefurl=http://www.beritaiptek.com/zberita-beritaiptek-2007-11-03-Teknologi-sistem-informasi-dapat-membantu-operasi-bedah-saraf. (diakses pada tanggal 18 Juni 2008)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar